GIDARA - 15

293 21 0
                                    

Gibran terdiam dengan pandangan yang datar, di depan gerbang SMA JAKARTA 1, tiba-tiba muncul segerombolan anak Gengster atau bisa disebut sebagai rivalnya. Yakni ATLANTA Gengster yang tak pernah mengakui kekalahan, dan selalu ingin menang.

Mereka datang dengan alasan karena salah satu anggota nya dilukai oleh anggota RED FIRE. Gibran tentu saja tak terima. Sebab, ia tau Gengster yang ia bangun tidak akan memulai atau menyalakan api jika tidak dipancing.

Dengan istilah lain, RED FIRE tidak akan memulai duluan jika tidak ada yang mengibarkan bendera perang.

Beruntung sekolah dipercepat sejak kedatangan Rival, entah lah. Padahal ini sekolah, tapi kenapa banyak sekali Gengster atau geng motor yang mencari masalah di area sekolah.

Seperti sekolah adalah tempat yang pas untuk berperang saja. Pikir Gibran.

"MAU APA LO BRENGSHAKE!? MAU NGAJAK TAWURAN? ISTIGHFAR YA ALLAH ISTIGHFAR! KASIAN MAK BAPAK LO!" teriak Kevin dramatis.

"HALAH TAIKK! GAK USAH BANYAK BACOT! ANGGOTA LO YANG UDAH NYELAKAIN ANGGOTA GUE DI JALANAN! SURUH DIA MAJU BANGSAT!" teriak Rivalnya yang bernama Rehan.

Gibran memberi kode kepada anak buahnya, tatapannya tak pernah berubah. Hanya tatapan dingin dan datar yang ia tunjukkan, dibalik saku celana tangannya mengepal erat seperti siap menghajar rivalnya hingga tewas.

"Ini cowok yang lo maksud?" tanya Gibran santai sembari menyeret anggotanya hingga terdorong ke depan di hadapan Rehan.

Rehan hanya melotot seolah memberi kode kepada anak itu, dan itu tak luput dari Gibran yang menyeringai. Ah ketahuan.

"Gimana? Mau lo hajar gak? Atau gue buat dia tewas di tempat?" tanya Gibran santai.

Rehan seolah memikirkan situasi, namun dengan gerakan cepat ia memukul anak itu tanpa perlawanan. Gerak gerik nya sudah terbaca oleh ketua.

Gibran hanya terkekeh dalam hati. "Pengkhianat." desisnya menatap tajam.

"Stop!" titah Gibran membuat Rehan berhenti Seketika.

"Kalo lo mau ngehajar orang-" ucapnya menggantung.

Gibran dengan kepalan tangannya langsung menghajar sang pengkhianat itu dengan tangan kosong, pukulannya yang keras membuat anak itu terpental sedikit jauh, meski demikian itu menandakan bahwa pukulan Gibran tidak main-main.

"Minimal bikin dia masuk rumah sakit dengan kondisi wajah retak." lanjutnya dengan seringai.

"Gimana mata-mata lo? Udah dapat apa yang lo mau?" tanyanya sinis.

Rehan meneguk ludahnya kasar. "Sial, jadi gue ketahuan." batinnya kesal.

"Banci lo, mainnya orang dalam. Kalo mau jatuhin Gengster kita, minimal langsung hajar ketuanya." sahut Kevin yang langsung mendapat tatapan tajam dari Gibran.

Kevin menyengir kuda mendapati respon Gibran. "Ampun Bos, bercanda doang elah serius amat." Gibran menghiraukan sahabat nya itu dan kembali fokus ke target utamanya.

Gibran maju menghampiri anak itu dan mencengkram dagunya kasar. "Dibayar berapa lo sama dia? Sampe mau jadi mata-mata? Huh?"

"Ngerasa pinter lo? Dengan jadi mata-mata bakal bikin Gengster yang gue bangun jatuh, huh!" sarkas nya dengan nada dingin.

"Bastart!" makinya didepan wajah anak itu.

Tak sungkan-sungkan ia meludah didepan anak itu. Anggap saja ia tidak sopan. Lagipula siapa yang bermain api, maka Raja singa tidak akan kasih ampun.

Gibran berdiri dan menghempaskan kepala itu kasar hingga tertoleh, ia menatap Rehan yang menatapnya sedikit takut. "Sorry, lo ngelihat adegan kurang ajar dari gue, jadi lo mau apa kesini?" tantangnya.

VERSI (GIDARA)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang