GIDARA - 31

260 29 3
                                    

Adara menuju parkiran setelah ia melakukan hukuman nya, hari ini ia memang tidak berangkat bersama dengan Gibran karena rasa marah nya.

Bahkan saat menjalani hukuman pun Adara lebih memilih sendiri dan tidak menampakan wajahnya di hadapan Gibran.

Saat ia ingin meninggalkan sekolah di depan terdapat sebuah mobil dengan Ayla yang memakai masker tak lupa dengan cara pakaian nya yang glamour.

Adara mengernyit namun tak urung ia mengacuhkan nya. Tapi, Ayla memang sudah mengetahui lebih dulu jika motor yang ditumpangi itu adalah Adara.

"Kita harus bicara, Adara." ucapnya tegas sambil membenarkan kacamata nya.

Adara hanya terdiam sebelum mengendari motornya menuju Cafe terdekat, Ayla pun senantiasa mengikuti nya hingga akhirnya mereka pun berada di lokasi yang sama.

Ayla keluar begitu juga dengan Adara yang turun dari atas motor. Adara berjalan lebih dulu dengan wajah datar nya sedangkan Ayla berjalan dengan wajah angkuh dan sombongnya.

Memilih lokasi yang aman untuk berbicara berdua akhirnya Adara pun duduk di kursi diikuti Ayla.

"Apa yang mau lo omongin?" tanya Adara tanpa basa-basi.

Ayla menyunggingkan senyum sinis, "Benar-benar tidak punya tata krama." sinis Ayla menghina.

Ayla pun mengambil posisi ternyaman dengan tangan yang saling melipat, ia menatap Adara yang menatapnya tanpa minat.

"Sebagai Ibu dari anak ku, kamu harus nya jaga tata krama mu, Adara. "cetus Ayla tersenyum tipis namun seakan tatapan merendahkan.

Adara mendengus geli, "Ngimpi lo? Hahahaha." tawa Adara seakan itu adalah hinaan.

"Anak atau target keserakahan lo?" tanya Adara menyeringai sinis.

Adara mengambil posisi ternyaman seolah menantang, "Ayla-Ayla. Bisa gak sih berhenti jadi pelacur, perusakan hubungan orang. Nyaman banget ya sama posisi lo yang sekarang, sampe lo lupa siapa diri lo sebenarnya?" tukas Adara menatap Ayla dengan tatapan intens namun mematikan.

Ayla sontak memegang gelas yang berada ditangan nya dan meremasnya dengan kuat, ia menatap Adara penuh benci.

"Jaga mulut sampah lo anak sialan!" desis Ayla menggertak.

Adara tertawa remeh, "Kenapa lo? Ngerasa ya?" dengus Adara meremehkan.

Berdehem pelan dan mulai menatap sekitar nya seolah mengintai lalu beralih menghadap ke arah Ayla yang menatapnya penuh emosi.

Adara tersenyum miring, "Lo gak pernah menang ngelawan gue, Ayla."

"Inget siapa diri lo dan siapa diri gue." ucap Adara dengan tegas.

"Jangan sampai gue hancurin lo kalo berani berulah, ingat. Kartu As lo semua ada di gue."

Aira mengambil tas ransel nya kemudian pergi dari sana dengan langkah yang lebih leluasa seolah semua beban nya terangkat begitu saja.

Ayla yang ditinggalkan sendirian disana pun hanya bisa membanting gelas yang berada di tangan nya.

"Aaaakhhh sialan!" teriak Ayla.

Seseorang yang melihat itu pun tersenyum miring.

"Good job." gumam nya lalu pergi dari sana.

Adara menatap seseorang yang sedari awal mengikutinya, ia mengernyit sebelum akhirnya ia melenggang pergi dan mengacuhkan orang tersebut.

"Semua berjalan sesuai rencana tuan." ucap orang tersebut.

"Bagus, terus awasi dia." ucap seseorang yang berada di telpon.

VERSI (GIDARA)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang