GIDARA - 29

261 35 4
                                    

Gibran pulang ke apartemen untuk mengistirahatkan tubuhnya yang kelelahan, jika selama di sekolah ia terlihat biasa saja. Nyatanya sekarang tubuhnya sudah terasa remuk, ditambah pertengkaran nya dengan Adara membuat tubuhnya semakin lemas.

Hati berniat ingin istirahat namun siapa sangka jika didalam apartemen tersebut terdapat wanita yang tak diinginkan oleh Gibran.

"Lo ngapain dirumah gue!" sarkas Gibran dengan tatapan tajam nya.

Ayla yang asik bersandar dan membaca buku majalah yang ia bawa pun mendongak serta memberikan senyum tipis untuk laki-laki yang sangat tampan.

"Hai Gibran, kamu udah pulang sayang?" tanya Ayla basa-basi.

"Bungkam mulut kotor lo j*lang!" sarkas Gibran.

Ayla hanya acuh saja, ia berdiri dan menghampiri Gibran yang mundur selangkah demi selangkah, emosinya langsung naik di ubun-ubun.

"Aku kangen banget sama kamu, kenapa kamu gak pulang sayang?" tanya Ayla meraih tangan Gibran yang langsung ditepis kasar.

Gibran berdecih dan menatap Ayla penuh permusuhan. "Harusnya lo sadar diri! Kenapa gue gak pulang kerumah." sindir Gibran menatap bengis Ayla yang terkekeh pelan.

Ayla terkekeh pelan dan menyibakkan anak rambut ke belakang telinganya, persis seperti sinyal untuk menggoda laki-laki tampan seperti Gibran.

"Ayah nyuruh kamu datang kerumah, ada sesuatu yang harus di bicarakan." ucapnya tersenyum tipis namun tatapan nya seolah menyiratkan sesuatu yang sangat janggal.

Gibran mengernyit. "Gue gak mau!" tolak Gibran mentah-mentah.

Ayla bersedekap dada. "Kamu harus mau Gibran, ini perintah orang tua. Ingat aku ini istri Ayahmu." tegas nya tanpa mau dibantah.

Gibran berdecih sinis. "Cih! Pergi lo! Gausah datang ke tempat gue! Dasar j*lang gak punya tata krama. Lo pikir gue percaya sama ucapan busuk lo itu hah?"

"Lo pikir... gue mau pulang kerumah, karna suruhan bokap gue? Lo pikir gue gatau akal bulus lo!"

Gibran berbicara dengan nada yang meledak ledak, emosinya sudah tak tertahankan. Apalagi melihat Ayla yang tiba-tiba datang ke apartemen nya.

Ayla menghendikkan bahunya acuh, ia berjalan lebih dekat ke arah Gibran dan berbisik lirih. "Aku tunggu kedatangan kamu sayang."

"Ingat! Kamu harus datang kerumah, kalo kamu gak mau sesuatu terjadi dengan gadis murahanmu."

Cup

"Shit!" umpat Gibran menggeram marah saat Ayla mengecup leher Gibran.

Ayla berjalan meninggalkan apartemen dengan senyum merekahnya. Sedangkan Gibran sudah memukul tembok hingga tangan nya berdarah bahkan ditembok itu terdapat noda darah dari tangan Gibran apalagi di jemarinya terdapat cincin bermotif tengkorak kecil.

Gibran berjalan menuju kamar dan melangkah menuju kamar mandi, menyalakan shower untuk menghilangkan bekas noda yang berada di leher nya sekaligus menjernihkan pikiran nya.

Air mengalir dengan darah segar yang berasal dari jari Gibran, sedikit perih namun ia acuhkan. Emosinya menjadi tidak stabil. Ia ingin melampiaskan nya dengan sesuatu.

Menghilangkan nyawa?

Yah mungkin itu bisa membuat nya merasa lega, tapi siapa target nya? Gibran masih berpikir untuk melenyapkan seseorang yang menjadi targetnya.

Membunuh Ayla sangat tidak mungkin, Ayahnya begitu mencintai Ayla, ia harus mengumpulkan bukti untuk sikap tak wajar Ayla padanya.

Lea? Gadis murahan itu. Apa Lea harus ia lenyapkan? Ide bagus!

VERSI (GIDARA)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang