Siang itu mereka sudah ada di dalam kereta, tidak ada waktu untuk melanjutkan bertegur sapa di pelataran, mereka harus segera pergi ke stasiun agar tidak tertinggal oleh kereta. Masalah pasukan sudah selesai, seseorang telah melapor bahwa pasukan prajurit terpilih telah diberangkatkan menuju garis depan di Somme dan mungkin tiba besok pagi. Setidaknya itu yang Jeffryson dengar sebelum ia berangkat ke stasiun.
Kali ini tinggallah masalah persenjataan. Jeffryson sebagai Jenderal pemimpin harus memastikan jumlah senjata dan segalanya sebelum dikirimkan untuk pertempuran.
"Aku yang akan membayar makanan ini. Kau cukup menghabiskannya." Kata Jeffryson ketika melihat raut Rosanné yang bimbang pada makanan di hadapannya.
Rosanné menggulung bibirnya, "terima kasih, tuan"
Bukan perihal makanan yang sejatinya membuat gadis itu terus bimbang namun pertanyaan tentang Karl yang belum ia utarakan sampai detik ini, sejak pergi menuju stasiun Jeffryson terus berbincang dengan sopir yang mengantar mereka lalu tiba di stasiun membeli tiket dan masuk ke gerbong mencari kursi yang sesuai dengan tiket. Namun karena lapar, di sinilah mereka berada sekarang, di dapur kereta memesan menu sarapan untuk mengganjal perut.
"Kau suka makanannya? "Suara sang jendral sembari tangannya menyuapi potongan daging.
Rosanné mengangguk, "iya tuan ini enak sekali."
"Makanlah dengan nyaman ku perhatikan semalam kau tidak menikmati makananmu. "Mata sang Jenderal menatap Rosanné tajam seolah mendesak gadis itu agar ikut berbicara.
"Maaf jika semalam membuat anda malu. "
Jeffryson kaget dengan jawaban tak terduga Rosanné padahal arah pertanyaannya bukan untuk itu. "Aku tidak mengatakan apapun tentang diriku yang kutanyakan hanya selera makan mu." Kedua tangannya ia letakkan di sisi piring di hadapannya
Setelah diam sejenak Rosanné barulah menjawab "terlalu banyak makanan disana saya hanya.. bingung."
"Apa jatah makanmu selama di kamp perawatan juga tidak membuatmu nyaman? "
Bukannya menjawab Rosanné masih memilih bungkam, pikirannya berkelana menduga-duga apakah semalam saat dirinya dan Karl berbicara di ruangan itu ada Jeffryson di balik pintu yang mendengarkan perbincangan mereka mengingat semalam ia memang mengutarakan kesedihannya pada Karl.
Jika benar seperti itu mungkinkah sedari awal Jeffryson telah mengikutinya diam-diam? Bukankah keberadaannya yang tiba-tiba di lorong gelap itu juga patut dipertanyakan?
"Aku sedang bertanya padamu, Rose."
Suara Jeffryson yang menyebutkan namanya menyadarkan Rosanné dari lamunannya. Kini ia gelagapan harus menjawab apa karena lupa pertanyaan yang tadi diajukan untuknya.
"Semuanya baik-baik saja, Tuan."
Sang jenderal masih diam memandang lekat netra kecoklatan milik Rosanné seolah mencari kebenaran atas jawaban yang ia dengar. Antara kebenaran dan kebohongan, gadis itu terlalu rapi menyimpan keduanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
GERMANY, 1917 (The Train Love and Fire)✔️
Historical Fiction"𝘔𝘢𝘳𝘪 𝘣𝘦𝘳𝘵𝘦𝘮𝘶 𝘬𝘦𝘮𝘣𝘢𝘭𝘪 𝘥𝘪 𝘬𝘦𝘩𝘪𝘥𝘶𝘱𝘢𝘯 𝘴𝘦𝘭𝘢𝘯𝘫𝘶𝘵𝘯𝘺𝘢 𝘴𝘦𝘣𝘢𝘨𝘢𝘪 𝘮𝘢𝘯𝘶𝘴𝘪𝘢 𝘣𝘪𝘢𝘴𝘢 𝘺𝘢𝘯𝘨 𝘴𝘢𝘭𝘪𝘯𝘨 𝘮𝘦𝘯𝘤𝘪𝘯𝘵𝘢𝘪 𝘵𝘢𝘯𝘱𝘢 𝘳𝘢𝘴𝘢 𝘴𝘢𝘬𝘪𝘵" Ditengah kengerian Perang Dunia 1 Rosanne seo...