15. Sauveur

671 136 29
                                    

Hening menguasai seperti mimpi, wajah tegas yang bersembunyi di balik gulita menatap lekat manik mata sayu gadis dalam dekapannya. Kedua netra itu saling pandang seolah mengisyaratkan ada sesuatu yang harus segera tersampaikan.

Tangan ringkih dengan bekas luka yang melingkar di pergelangannya terangkat perlahan  berusaha meraih rahang tegas yang masih sama seperti terakhir kali ia lihat.

"Jef ..." Suara serak dan lemah menghapus keheningan diantara mereka

Sang jenderal masih diam menahan bahu gadis di hadapannya agar punggung yang penuh luka itu tidak menyentuh ubin

"Aku memang ingin menemui mu .. terimakasih kau datang dalam mimpiku," katanya sembari tersenyum tipis sekali

"Maafkan aku, Jeff." Hanya itu kalimat terakhir yang sempat lolos sebelum pada akhirnya Rosanné kembali memejamkan mata

Bertemu Jefferson dalam mimpinya adalah hal yang ia syukuri, berharap dengan pertemuan itu maafnya dapat diterima oleh sang jenderal. Meski kalimat panjangnya tidak terucap sepenuhnya namun gadis itu berharap Jeffry akan mengampuni dirinya atas kecerobohan yang seharusnya tidak ia lakukan.

Andai gadis itu tahu bahwa apa yang ia lihat bukanlah mimpi andai ia bertahan lebih lama lagi menatap teduh pada mata yang memang ia tunggu tunggu kehadirannya. Orang itu adalah Jeffryson jenderal tentara Jerman yang amat disegani karena kemampuan yang dimiliki. Dia selamat, dan kini dia datang untuk menyelamatkan Rosanné.

Jeffryson tidak bodoh untuk menyimpulkan luka itu adalah luka cambuk yang diberikan Prancis sebagai hukuman penghianatan. Dengan hati-hati dia membawa tubuh Rosanné, mengangkatnya dengan perlahan agar gadis itu tetap terlelap kemudian mereka pergi dari ruangan itu. Langkahnya mengendap pelan sebisa mungkin tidak menimbulkan suara dari langkah kakinya. 

Beruntung ini sudah tengah malam, semua penjaga sudah terlelap tidur meski masih ada beberapa prajurit di pintu depan. Jeffryson bisa mengelabuhi mereka rencananya tidak pernah gagal untuk menyelamatkan diri. Dia berhasil membawa Rosanné ada kereta kuda yang ia gunakan ke tempat ini kemudian meletakkan Rosanné dengan hati hati dalam kereta sementara ia yang akan mengendarai kudanya. Bahkan tapak sepatu kuda mereka tidak meninggalkan suara di keheningan yang begitu sunyi ini.

Rosanné masih terlelap, guncangan pada keretanya sama sekali tidak mengusik tidurnya. Jeffryson membawa mereka meninggalkan kota ini sangat jauh ia akan mengobati luka milik Rosanné sebelum kembali ke front line untuk kembali memimpin perang.

Kuda yang membawa mereka seolah juga mengerti jika didalam kereta ada seorang gadis yang sedang terluka jadi ia harus hati-hati membawanya jangan sampai guncangannya membuat luka itu terbentur dan membangunkannya.

Perjalanan mereka tempuh hingga pagi datang. Bersamaan dengan matahari yang mulai terbit mereka sampai di sebuah hutan yang aman tanpa ada satupun prajurit dari pihak manapun. Mungkin hutan itu hanya digunakan untuk penyebrangan saja antar wilayah sehingga tidak ada apapun disana.

Setelah turun dari kereta kuda, Jeffry membuka tali pengait dan membiarkan kuda itu beristirahat sambil makan rumput yang ada di sana. Kemudian masuk ke belakang untuk melihat keadaan Rosanné.

Gadis itu masih terpejam

"Apakah begitu sakit hingga kau takut untuk terjaga?" Gumam jenderal itu tangannya menyentuh pergelangan Rosanné yang masih terlihat membiru

Sebenarnya ia tak tega membangunkan gadis itu yang akan kesakitan jika membuka matanya jadi ia putuskan untuk membiarkan gadis itu tertidur sambil ia mengobati lukanya.

Luka melintang yang hampir memenuhi seluruh permukaan kulit punggung ringkih membuat hati Jeffryson sakit hanya dengan melihat luka itu. Mungkin jika yang mendapati luka adalah seorang lelaki itu sama sekali tidak masalah lelaki memang ditugaskan untuk kuat pada apapun demi kemenangan dalam berperang, namun lihatlah yang terjadi sekarang wanita lemah ini juga harus merasakan penderitaan dan yang lebih menyakitkan adalah luka itu diberikan langsung oleh negaranya. Bukankah sungguh tidak adil?

GERMANY, 1917 (The Train Love and Fire)✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang