Verdun,Sur-Meuse
North France
July, 1916Di dalam sebuah ruangan sempit penuh sesak dua kepala sedang berdiskusi pasal hal yang sangat penting. Raut wajah keduanya terlihat sangat tegang hanya karena mengamati sebuah kertas peta di hadapannya. Pasukan yang mereka pimpin di Verdun, masih belum menemukan titik kemenangan namun semalam mendapat kabar jika hampir seribu anggota mereka tewas karena serangan mendadak di Somme oleh tentara sekutu. Pertempuran Somme terjadi atas todongan senjata dari Inggris namun saat itu pihak Jerman yang memiliki siasat perang lebih unggul tidak merasa mereka akan kalah jadi perang parit dilakukan juga di Somme.
Enam orang jenderal memimpin pertempuran itu dan empat diantaranya merangkap memimpin pertempuran di Verdun. Perang yang sebenarnya tidak se-sederhana yang tertulis pada buku sejarah. Para jenderal juga ikut bertempur di parit bersama dengan prajurit dibawah pimpinan mereka, dan mereka juga akan memikirkan siasat demi siasat untuk terus melanjutkan perang sampai mencapai wilayah yang akan dimenangkan.
Dua jenderal yang sedang mengamati peta lokasi parit di Somme saling menukar pendapatnya dengan serius, meski diluar sana ledakan peluru masih bersahutan.
"Kita harus pergi ke Somme siang ini juga."
Jenderal dengan perawakan lebih muda membuka suara setelah keheningan mencekam mengusik mereka. Keputusan yang dibuat tidak bisa main main karena ini menyangkut nyawa para pasukan dan wilayah kemenangan. Serangan tiba-tiba yang dilakukan pihak sekutu tadi malam benar benar menjatuhkan harga diri pasukan Jerman. Banyak korban nyawa yang tumbang sia sia dan persediaan makanan para prajurit yang musnah bersama debu dari parit mereka yang runtuh.
"Ku rasa Prancis ingin menunda kemerdekaan mereka!" sorot mata tajam dari jenderal tentara itu tangannya terkepal erat menggenggam kayu kecil yang sedari tadi ia gunakan untuk menunjuk arah peta
"Verdun akan menjadi siasat mereka untuk menyerang kita di Somme."
Kedua jenderal itu telah bersepakat untuk meninggalkan Verdun dan pindah memimpin di wilayah Somme. Sebelum itu mereka memerintahkan petugas radio untuk mengirimkan pesan sandi untuk kompi di Somme.
Mereka keluar dari ruangan itu menuju parit dengan ribuan pasukan di dalamnya. Parit sempit dengan kedalaman 3 meter telah menjadi hunian paling aman untuk melindungi nyawa dari serangan peluru yang bertaburan setiap saat. Mereka, para tentara hidup disana bersama para tikus yang juga menjadi penghuni tetap parit. Jadi tak jarang mereka harus gugur terlebih dahulu sebelum keluar dari parit hanya karena penyakit yang menyerang mereka. Saat perang, kekuatan fisik tidak menjadi penentu siapa pemilik pasukan terbaik. Namun kesehatan fisik dan psikologis menjadi senjata tambahan yang kuat di medan perang, yang mampu menjadi faktor penentu kekalahan atau setidaknya yang paling lama bertahan dari serangan musuh.
Jerman selalu merasa mereka lebih unggul dari Prancis baik dari segi persenjataan yang lebih lengkap, dan pasukan tentara yang lebih mampu berperang dibandingkan pasukan Prancis yang lebih banyak berasal dari remaja berusia 16 tahun yang bahkan tak tahu apa arti dari perang. Kedua jenderal yang sudah sepakat untuk berpindah tugas telah mengabari jendral lainnya disana yang lain tampak tidak risau meski mereka juga mendengar telah kehilangan banyak prajurit karena sebuah serangan tiba-tiba yang di lakukan saat malam hari pada pasukan Jerman.
KAMU SEDANG MEMBACA
GERMANY, 1917 (The Train Love and Fire)✔️
Ficción histórica"𝘔𝘢𝘳𝘪 𝘣𝘦𝘳𝘵𝘦𝘮𝘶 𝘬𝘦𝘮𝘣𝘢𝘭𝘪 𝘥𝘪 𝘬𝘦𝘩𝘪𝘥𝘶𝘱𝘢𝘯 𝘴𝘦𝘭𝘢𝘯𝘫𝘶𝘵𝘯𝘺𝘢 𝘴𝘦𝘣𝘢𝘨𝘢𝘪 𝘮𝘢𝘯𝘶𝘴𝘪𝘢 𝘣𝘪𝘢𝘴𝘢 𝘺𝘢𝘯𝘨 𝘴𝘢𝘭𝘪𝘯𝘨 𝘮𝘦𝘯𝘤𝘪𝘯𝘵𝘢𝘪 𝘵𝘢𝘯𝘱𝘢 𝘳𝘢𝘴𝘢 𝘴𝘢𝘬𝘪𝘵" Ditengah kengerian Perang Dunia 1 Rosanne seo...