34. Lieblingsblume

290 97 4
                                    

Hari-hari telah berlalu sejak pertunjukan Opera di Barliner Staatsoper. Rosanné dan Jeffryson kini menetap sementara di sebuah penginapan khusus yang disediakan untuk para petinggi militer Jerman. Penginapan ini terletak di jantung kota, dikelilingi oleh taman-taman yang indah dan jauh dari hingar-bingar peperangan.

Bangunan ini memiliki nuansa mewah namun tetap menjaga kerahasiaan dan keamanan bagi para penghuninya. Setiap kamar dilengkapi dengan perabotan yang nyaman, memberikan sedikit kelegaan dari tekanan perang yang terus berlanjut.

Jeffryson menghabiskan sebagian besar waktunya di ruang kerjanya yang terletak di lantai pertama penginapan tersebut, tempat dengan cahaya cukup namun dipenuhi dengan aura determinasi dan ketekunan. Di balik jendela besar yang membingkai pemandangan alam musim dingin yang keras, dia membenamkan dirinya dalam dunia yang penuh dengan peta-peta strategi baru, mempelajari setiap detail yang dapat memberikan keuntungan bagi pasukannya di medan perang yang ganas dan penuh tipu muslihat.

Di antara tumpukan dokumen yang menggunung, terdapat juga telegram dan surat-surat penting yang harus dia kirim ke berbagai pihak. Kertas-kertas tersebut tidak hanya membawa pesan, tetapi juga harapan dan beban dari mereka yang berada di garis depan, mengandalkan keputusannya untuk bertahan hidup.

Salah satu surat yang paling mencolok di antara mereka adalah Telegram Zimmermann, sebuah pesan rahasia yang menawarkan dukungan militer kepada Meksiko jika mereka menyerang Amerika Serikat. Telegram ini, yang tertulis dalam kode yang rumit dan dipenuhi dengan janji-janji tersembunyi, merupakan salah satu strategi berisiko yang diambil oleh pihak Jerman.

Pesan ini, nantinya akan diungkap oleh intelijen Inggris, menjadi tanda bahaya dan kontroversi yang mengguncang dunia. Telegram Zimmermann, dengan segala rahasianya yang terkubur di balik kata-kata yang tampaknya sederhana, adalah simbol dari kompleksitas dan keputusasaan perang yang tidak terlihat dari permukaan.

Rosanné sering menemani Jeffryson di ruang kerjanya, meskipun hanya sebagai pengamat yang penasaran. Pada suatu siang yang tenang, dia melihat Jeffryson sibuk menulis dan mengurus berbagai dokumen. Cahaya matahari yang lembut masuk melalui jendela, memantulkan bayangan halus di atas meja kayu tua, menambah kesan hangat dan tenang di dalam ruangan yang penuh dengan aroma kertas dan tinta.

Rosanné, dengan rasa ingin tahu yang membara di dalam hatinya, memperhatikan setiap gerakan Jeffryson dengan seksama. Ia melihat bagaimana tangan Jeffryson yang kokoh menari di atas kertas, menggoreskan kata demi kata yang penuh arti dan tanggung jawab.

Dengan rasa ingin tahu yang tak tertahankan, Rosanné akhirnya membuka suara, suaranya lembut namun penuh dengan keinginan untuk memahami, "Laporan apa lagi hari ini yang kau buat, Jeff?" Pertanyaannya melayang di udara, menyatu dengan suara halus pena yang masih menari di atas kertas.

Jeffryson, yang sudah terbiasa dengan kehadiran Rosanné, tersenyum kecil, seolah-olah menemukan kedamaian dalam ketertarikan sederhana Rosanné. "Aku sedang mempersiapkan strategi dan mengirim beberapa surat penting. Beberapa di antaranya adalah telegram untuk komunikasi dengan komando pusat," jawabnya dengan nada suara yang tenang dan penuh wibawa, membuat Rosanné semakin terpesona oleh dedikasi dan keteguhan hatinya.

Rosanné mengangguk perlahan, berusaha memahami meskipun tidak sepenuhnya mengerti detail-detail militer. Ia merasa seperti sedang mengamati seorang maestro dalam pertunjukan besar, di mana setiap keputusan yang diambil memiliki bobot yang berat. "Kau sering menulis surat dan telegram. Ke mana saja surat-surat itu dikirim?" tanyanya lagi, matanya berkilau dengan rasa ingin tahu yang tulus.

Jeffryson meletakkan penanya sejenak, memandang Rosanné dengan penuh kesabaran dan kasih sayang yang tersembunyi di balik tatapan matanya yang tajam. "Sebagian besar surat ini untuk mengatur strategi dan memberikan instruksi kepada pasukan di berbagai lokasi. Ada juga laporan status dan permintaan dukungan dari pihak pusat," jelasnya, suaranya membawa ketenangan dan kepastian yang membuat Rosanné merasa sedikit lebih tenang meskipun hatinya masih dipenuhi dengan banyak pertanyaan.

GERMANY, 1917 (The Train Love and Fire)✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang