Soka sedikit menggerutu karena hasil pendaftarannya untuk masuk universitas lewat jalur penerimaan massal yang dibuka pemerintah dengan pertimbangan pertumbuhan nilai rapor gagal. Ia harus menunggu pembukaan jalur penerimaan baru melalui tes. Soka mendapat kabar kalau tes itu akan dilaksanakan dalam jangka waktu satu bulan dan ia dapat jadwal di gelombang pertama hari ke-tiga.
Soka belajar dengan tekun selama menunggu jadwalnya itu. Jurusan yang ia ambil adalah Seni Musik terapan dan pilihan lainnya adalah jurusan Ekonomi Bisnis. Dua jurusan yang sangat berbeda latar belakangnya. Akan tetapi, Soka memang mengincar kedua jurusan itu karena memang sesuai dengan minatnya.
"Aku ragu bisa masuk ke Program Studi Seni Musik terapan ... Kursinya terlalu sedikit. Kalau aku cuma lolos ke prodi Ekonomi ... Kakak tidak masalah, kan?" Soka mengajak Brina mengobrol ketika ia memilih untuk belajar di ruang tengah.
"Selagi kamu memang serius dan janji kuliah sampai selesai, kakak tidak masalah." Brina meyakinkan.
"Doakan aku ya?" Soka meminta.
"Selalu, sayang. Kakak selalu mendoakanmu."
Brina dan Soka dikejutkan dengan suara berisik di dekat dapur. Tempat di mana Hani dan Bani biasa tidur. Sehan dan Arbani ada di sana dan keduanya kini sedang saling menyalahkan buntut dari tempat makanan kucing yang tumpah dan sebagian kibble yang tercebur ke air minum. Terlihat, celana yang dipakai keduanya basah karena air yang menyiprat.
"Kalian itu kenapa sih?" Pertanyaan Brina membuat Sehan dan Arbani terdiam.
"Hehe, bukan apa-apa kok kak ... " Arbani berusaha terlihat baik-baik saja. Padahal wajahnya memerah menahan emosinya.
"Bersihin dulu itu tempat minum Hani sama Bani. Buang kibble yang basah. Ganti celana kalian soalnya pasti kena pasir juga kalau di situ." Brina berusaha membuat mereka bekerja sama agar tak ada perdebatan lagi. "Soka lagi belajar, kalian tiba-tiba muncul, berisik lagi."
"Oh?" Sehan jadi tampak begitu bersalah.
"Udah, bersih-bersih aja dulu, baru kalian ke ruang tengah. Janji jangan ada yang ribut lagi?" Brina memberi gestur tangan seakan mengawasi.
Brina melenggang kembali ke ruang tengah menemani Soka yang masih fokus belajar. Soka menatap Brina dengan tatapan bingung karena Brina memasang wajah agak lelah setelah kembali dari area dapur tadi. "Kenapa?" Tanyanya.
"Sehan sama Arbani ribut barusan. Ulah mereka sendiri juga karena main di sekitar tempat tidur Hani sama Bani. Mereka lagi kakak suruh bersih-bersih. Biar mereka enggak debat lagi."
"Hani sama Bani jadi manusia lagi?" Soka terkejut bukan main. "Ini kita tadi enggak ada yang ketiduran, kan? Sebelum sarapan tadi mereka masih jadi kucing loh ..."
Brina juga baru sadar akan hal itu. Mereka tiba-tiba berubah jadi manusia bahkan di saat merekalah yang tertidur di tempat tidur khusus kucing milik mereka sendiri.
Arbani dan Sehan benar-benar menyusul Brina ketika mereka telah berganti pakaian. Mereka memasang wajah menyesal dan bersalah karena sempat membuat keributan. Mereka duduk di sebuah kursi kecil yang jauh dari hadapan Brina dan Soka. Mereka menghindari kontak mata dengan Brina maupun Soka. Kepala mereka terus ditundukkan.
"Duduk sini." Soka menepuk karpet beludru yang didudukinya.
Arbani dan Sehan kompak menggeleng.
Brina sadar nada bicaranya tadi cukup keras untuk mereka. Itu sebabnya Arbani dan Sehan jadi agak takut padanya.
"Aku enggak marah, aku cuma menyayangkan kalian yang tiba-tiba berantem cuma karena numpahin makanan kucing. Padahal harusnya kalian bisa langsung beresin itu semua bareng. Tanpa bikin ribut dan kita kaget." Brina menjelaskan maksudnya berbicara dengan nada agak tinggi. "Temenin Soka belajar. Minggu depan dia ada ujian lagi di universitas impian dia. Jangan buat kegaduhan lagi. Aku akan melanjutkan lukisanku," ucap Brina sebelum dirinya melangkah menuju studionya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Cat Lucks
FantasíaKucing hitam membawa sial? Itu hanya Mitos. Kedatangan kucing hitam di kehidupan Brina dan adiknya mengubah semuanya menjadi lebih berwarna. Banyak kejutan yang dua kucing itu hadirkan di tengah sunyinya rumah kecil itu. Menghadirkan banyak cinta da...