Brina mengeluh kalau rambutnya kali ini terasa mengganggu prosesnya mengerjakan lukisan. Rambutnya memang panjang lurus hingga menyentuh pantatnya. Brina mengeluhkannya ke Sadam setelah pekerjaannya hari ini di kafe telah selesai. Sadam tertawa dan menawarkan ikat rambut besar. Brina menolaknya karena ikat rambut terasa tak berguna karena rambutnya yang begitu lembut dan tipis. Ikat rambut sekencang apapun akan lepas dengan sendirinya dengan rambutnya yang seperti itu.
"Ya udah, aku anter kamu ke salon. Eh enggak deh, aku juga butuh potong rambut sedikit dan retouch warnanya. Bantu pilihin warnanya ya nanti, sayang?" Sadam menawarkan pilihan terakhir.
"Rambut kamu nanti rusak loh kak ... warna alaminya aja baru kelihatan ..." Brina melihat ke arah kulit kepala Sadam. Rambut Sadam yang alaminya hitam baru muncul sedikit di bagian akar.
"Tapi jelek banget ini, Brin. Dikit ya?"
"Terserah deh ... tapi jangan tambah bleaching di akarnya. Bikin highlight dikit aja gitu." Brina menyarankan.
Brina masuk ke mobil Sadam setelahnya. Brina tiba-tiba teringat dengan kucingnya yang juga membutuhkan perawatan salon hewan. Cukur sedikit untuk bulu Bani dan juga grooming untuk kedua kucingnya. Pemotongan kuku berkala juga Bani dan Hani butuhkan.
"Itu besok aja, ya? Kita ke salon manusia buat diri kita dulu. Besok tetep aku anterin." Sadam menutup pembicaraan sebelum fokus ke jalanan menuju salon.
***
"Pacar kakaknya ini langganan kita sejak dia awal kuliah dulu. Warna yang dia coba emang sebenernya itu-itu aja karena banyak basic blonde atau kecokelatan itu. Baru kemarin dia nyoba warna yang agak terang begini setelah sempat balik hitam pas sidang TAnya dulu." ucap seorang hairstylist yang membantu menata rambut Brina dengan memotongnya.
"Kakaknya enggak mau sekalian coba warnain rambut? Coba model peek a boo aja kalau emang enggak mau menonjol banget. Kebetulan jenis potongan rambut yang kakak pilih tadi juga salah satu model rambut yang cocok bahkan rekomen untuk model pewarnaan peek a boo. Mau couple warna dengan kak Sadam?"
Brina menoleh ke arah Sadam yang kini sedang menjalani proses pewarnaan ulang rambutnya. Sadam sadar kalau ia ditatap. Sadam tersenyum dan memberi isyarat jika semua pilihan ada di tangan Brina.
"Aku mau lihat color chart-nya dulu, bisa?" Brina meminta.
Brina akhirnya memilih warna dengan mempertimbangkan saran dari hairstylist. Brina akhirnya memilih model peek a boo pirang highlight kebiruan dengan efek magic color. Warna kebiruan itu hanya akan muncul di pencahayaan tertentu.
Karena proses pewarnaan yang membutuhkan waktu berjam-jam, Brina dan Sadam sempat tertidur. Proses pewarnaan rambut mereka akhirnya selesai saat hari mulai gelap. Brina benar-benar puas dengan hasil pewarnaan pertama kalinya ini. Sadam senang ketika melihat Brina menyukai gaya rambut barunya yang sekarang.
Sadam akhirnya mengantar Brina pulang hingga di depan rumahnya. Sadam sempat mendapat tatapan sinis dari Soka karena mereka berdua pulang saat sudah malam. Sadam meminta maaf karena tak sempat mengabari karena dirinya juga tertidur ketika berada di salon.
"Lama banget?" Soka penasaran.
Brina dengan gestur mengikat rambut akhirnya memperlihatkan gaya rambut barunya. Soka terkejut tetapi akhirnya memakluminya. Brina memang selalu ingin mewarnai rambutnya tetapi takut dimarahi. Soka pun berkomentar kalau ia suka dengan warna rambut baru Brina.
"Aku pulang ya? Ini udah malam. Besok kalau jadi ke salon hewan kabarin aja." Sadam pamit dari hadapan Brina.
"Iya, nanti aku kabarin. Aku enggak harus ke kafe kan besok?" tanya Brina tak yakin.
KAMU SEDANG MEMBACA
Cat Lucks
FantasyKucing hitam membawa sial? Itu hanya Mitos. Kedatangan kucing hitam di kehidupan Brina dan adiknya mengubah semuanya menjadi lebih berwarna. Banyak kejutan yang dua kucing itu hadirkan di tengah sunyinya rumah kecil itu. Menghadirkan banyak cinta da...