Soka melihat ulang kartu ujiannya. Ia mendapat sesi siang. Ia bersiap dengan terus menggenggam kertas kecil materi dan membacanya seklias sembari melakukan aktivitasnya. Brina sempat bertanya dengan siapa dan bagaimana ia akan berangkat. Soka dengan enteng menjawab kalau Sadam yang akan menjemputnya. Kakaknya itu jelas sedikit panik karena ia hanya berpenampilan biasa hari ini.
"Kak Sadam yang menawariku, dia tahu kalau aku akan ujian di gedung fakultas Seni, tempat kakak kuliah juga. Aku tidak bisa menolak. Akhirnya kuberitahu kalau aku akan ujian di sesi siang nanti."
Brina pun menghela napas. Tak berapa lama dari itu, Sadam benar-benar datang untuk menjemput.
"Ikut sekalian, kita tungguin dia." Sadam mengajak Brina.
"Tapi ... "
"Udah, kan ada automatic feeder yang aku kasih ..." Sadam berusaha membujuk dengan mengingatkan benda pemberiannya.
Soka dan Brina sempat berpandangan. Mereka akhirnya pun sepakat untuk pergi semuanya. Brina sempat mengajak bicara Hani dan Bani untuk berpamitan. Brina pun mengunci pintu rumah dn memastikan semua jendelanya tertutup rapat agar dua kucingnya ini tak pergi dari rumah.
Sadam mengantar Soka menuju gedung fakultasnya. Ia memperingatkan agar Soka tak membuka ponsel di dalam mobil.
"Aku hanya membuka sebentar untuk menyalakan musik penenang." Soka memprotes.
Sadam sampai di depan halaman fakultasnya. Sadam menanyakan apakah Soka ingin ditunggu atau ditinggal selama menjalani ujiannya. Sadam berpikir sejenak sembari membereskan barang bawaannya dan memasukkannya dalam tas. Ketika ia keluar dari mobil ia baru mengutarakan jawabannya.
"Ditinggal aja, nanti aku hubungi lagi kalau aku selesai. Ujiannya agak lama soalnya."
"Oke kalau gitu, nanti keluarnya makan malam bareng dulu, ya? Baru kuantar pulang. Good luck!" Sadam memutar balik arah mobilnya keluar gerbang.
Soka melangkahkan kakinya memasuki gedung fakultas Ilmu Budaya dan seni, Ia segera mencari ruangan ujian yang berupa laboratorium komputer. Ada dua ruangan besar lab komputer di fakultas itu dan ia harus segera mencari kode ruangan yang tertera di kartu ujiannya. Setelah menemukannya, ia disarankan untuk duduk di aula terlebih dulu untuk bersiap dan menitipkan barang bawaannya di ruang tersebut. Ia menyempatkan diri untuk belajar sejenak dan berdoa juga di ruangan itu.
"Peserta dipersilakan masuk ke ruang ujian. Alat yang boleh dibawa ke dalam hanyalah alat tulis berupa pena atau pensil serta penghapus karet. Kertas akan panitia sediakan untuk media berhitung." Panitia ujian itu mengingatkan sebelum peserta ujian memasuki ruangan.
Soka tersenyum karena merasa sudah siap dengan ujian yang akan ia tempuh. Khusus untuknya, akan ada sesi pengunggahan portofolio berupa video sesuai jurusan yang diinginkan. Ia juga membawa CD file tersebut di kantung celananya.
Saat menghadap komputer dengan kode ujian miliknya, Soka sempat merasa gugup. Soka mengulang doanya lagi dan sedikit menggumamkan materi-materi yang kemungkinan akan keluar pada saat ujiannya nanti. Saat kertas lembar jawab sementara dan kertas hitungan dibagikan, Soka menghela napas kasar. Kegugupannya semakin menjadi. Ia melihat layar komputernya yang mulai berubah ke laman ujiannya, Soka baru mulai merasa mantap untuk mengerjakan.
***
"Gimana progres pameranmu? Lukisannya udah jadi?" Tanya Sadam pada Brina di tengah perjalanan mereka membeli sesuatu.
"Tinggal beberapa lagi, aku kan bikin beberapa corner gitu, nah tinggal corner terakhir yang belum aku kerjain. Tapi untuk tema utama kopi, semuanya selesai."
KAMU SEDANG MEMBACA
Cat Lucks
FantasyKucing hitam membawa sial? Itu hanya Mitos. Kedatangan kucing hitam di kehidupan Brina dan adiknya mengubah semuanya menjadi lebih berwarna. Banyak kejutan yang dua kucing itu hadirkan di tengah sunyinya rumah kecil itu. Menghadirkan banyak cinta da...