"Kau mau kemana?" Tanya Anthony, teman sekelas Soka.
"Aku harus segera pulang," jawab Soka yang langsung dengan langkah seribu mengambil sepedanya.
"Hei, hati-hati!" Tony berteriak ketika melihat Soka mengayuh sepedanya dengan begitu kencang.
***
Hani dan Bani panik ketika mendengar suara sepeda yang terparkir di garasi kecil rumah itu. Soka sudah pulang dari sekolahnya padahal hari masih cukup pagi. Mereka pun tak tahu caranya bersembunyi dengan tubuh mereka yang cukup besar dengan wujud manusia. Mereka terdiam di dapur saat itu karena sedang memasak mi instan untuk mereka makan.
Soka masuk melalui pintu belakang yang langsung tersambung ke dapur. Soka tentu terkejut karena ada orang lain di rumah itu padahal semua pintu terkunci rapat.
"Kalian siapa?" Soka bertanya tanya.
"Soka, jangan berteriak, oke? Kami bukan penjahat. Kami akan jelaskan semuanya. Jangan panik." Laki-laki berambut panjang itu berusaha membuat Soka menurut.
"Kalian siapa? Dari mana kalian tahu namaku? Kemana kucing-kucingku juga? Biasanya mereka yang menyambutku." Soka berusaha mencari kucing-kucing yang biasa menemaninya.
"Duduklah dulu, ayo makan bersama. Kami akan jelaskan itu nanti." Laki-laki bertindik itu membawa semangkuk besar mi instan masakannya.
Soka duduk di bangku ruang tengah. Soka memperhatikan detail baju yang dua laki-laki asing itu pakai. Baju yang selama ini terpaksa ia cuci karena selalu ditemukan dalam keadaan kotor tergeletak di lantai rumah secara sembarangan. Dua laki-laki asing itu ternyata selama ini hidup di rumahnya tanpa ia ketahui.
"Aku tanya satu hal dulu, kamu bakal percaya apapun yang kita bilang, kan?" Tanya laki-laki bertindik. Soka mengangguk pelan. "Ah ya, aku akan menunjukkan sesuatu. Kalung kucing yang Brina beri untukku jadi kalung chocker seperti ini saat aku jadi manusia." Ia menurunkan kerah bajunya dan menunjukkan kalung dengan pendant bulat bertuliskan nama "Hani".
"Dan ini milikku, liontin bulat ini juga dari Brina." Laki-laki berambut panjang juga mengeluarkan kalung dari balik bajunya dan memperlihatkan liontin bulat bertuliskan "Bani".
"Kami kucing yang selama ini kalian rawat, Hani dan Bani." Laki-laki bertindik itu menjelaskannya secara singkat.
"Apa yang selama ini kamu dan Brina yakini memang benar adanya, kalian bisa bilang kami adalah kucing ajaib, Soka." Laki-laki berambut panjang menambahkan.
"Kalian tahu kalau aku dan kakakku menganggap kalian pembawa keberuntungan?" Soka malah terlihat senang.
"Hahaha, terserah kalian menganggap kami apa. Kamu percaya, kan? Kami senang mendengarnya. Soka, makanlah bersama kami." Bani menunjuk mangkuk mi yng masih penuh.
Soka malah jadi canggung untuk mengambil makanan itu. Soka membiarkan dua laki-laki itu makan terlebih dulu dengan alasan ia baru saja makan di kantin sebelum pulang sekolah. Ia melihat kedua laki-laki yang tadinya adalah kucing itu dengan penuh rasa sayang. Dari cara mereka bicara, Soka tahu dalam wujud manusia seperti ini usia mereka tentu lebih tua darinya.
"Aku akan makan jika kalian selesai." Soka berujar. "Apakah kalian merasakan kalau makanan kucing yang Kakakku berikan enak? Maaf aku bertanya hal aneh seperti ini, tapi kan kalian merasakannya."
Hani hampir menyembur kuah yang sedang diteguknya. Ia masih terbayang rasa kibble yang biasa ia santap. "Enak, rasa yang mungkin tidak akan ditemukan di sereal manusia, tentunya. Aku hanya kurang suka wetfoodnya," jawabnya jujur.
"Pantas kalau saat kakakku memberimu wetfood selalu tak habis." Soka menyimpulkan.
"Hehe, maaf ya?" Hani menggaruk tengkuknya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Cat Lucks
FantasyKucing hitam membawa sial? Itu hanya Mitos. Kedatangan kucing hitam di kehidupan Brina dan adiknya mengubah semuanya menjadi lebih berwarna. Banyak kejutan yang dua kucing itu hadirkan di tengah sunyinya rumah kecil itu. Menghadirkan banyak cinta da...