Go outside

26 4 1
                                    

Brina dikejutkan dengan kehadiran Bani di sampingnya saat bangun dari tidur. Brina merasa kalau bulu Bani mulai terlihat terlalu panjang dan kusut. Brina akhirnya bangun untuk bersiap mengantarkan Bani ke salon hewan yang ada di dekat rumahnya. Brina merasa kalau Bani memang harus segera dicukur.

Brina membawa Bani keluar dengan menggunakan tas kucing dan banyak orang yang dibuat salah fokus dengan Bani. Brina pun kerap berhenti karena banyak orang yang ingin melihat Bani lebih dekat. Sesampainya di salon kucing yang tergabung dengan toko makanan kucing langganannya, Brina dan Bani langsung disambut baik.

"Ah, jadi ini kucing yang dibilang waktu itu. Tampan sekali. Ada keluhan apa? Kelihatannya dia sehat-sehat saja?" petugas vet itu bertanya-tanya.

"Aku ingin bulu di sekitar perut dan ekornya dicukur. Sepertinya sudah sangat mengganggu. kusut dan gampang kotor. Jangan sembarangan menyentuhnya, dia memang agak sensitif." Brina sedikit memperingatkan ketika menjelaskan masalah yang terjadi pada Bani.

"Baik, kak. Mohon ditunggu ya."

Bani, si kucing manja itu terlihat mengeluarkan jurus mata memelasnya ke arah Brina. Tentu, alasannya adalah tak boleh ada orang lain yang menyentuhnya selain Brina. Brina memberi isyarat yang entah akan dimengerti atau tidak oleh Bani. Bahwa ia akan baik-baik saja meskipun tak Brina temani lebih dekat. Bani pun menunduk sembari pasrah ketika bulu-bulu kusutnya mulai dicukur dengan alat. Bani terlihat sedikit kesal ketika ia keluar dengan posisi bulu lion cut dan diberi baju untuk penghangat.

Brina akhirnya menebusnya dengan kembali mengajak Bani berjalan-jalan di sekitar dengan membawa snack kucing yang ia beli. Bani menikmati jalan-jalan siang itu dan merasa sangat dimanja oleh Brina.

"Kamu enggak akan mungkin nyaman jalan-jalan kayak gini kalau kamu enggak mau dicukur. Kerasa kan?"

"Miaw." Bani hanya bisa merespons dengan mengeong.

Melihat langit yang tiba-tiba mendung, Brina akhirnya terburu-buru membawa Bani pulang ke rumah. Brina langsung disambut oleh erangan Hani yang merasa tak diperhatikan. Brina sempat melirik ke Soka kenapa Hani bertingkah seperti itu. Ia hanya bisa menjawab dengan mengendikkan bahu. Ia benar-benar tak tahu harus bagaimana menghadapi Hani yang tiba-tiba terlihat ngambek.

Hani mendekat pada Bani yang baru saja dicukur. Ia mengendus-endus tubuh Bani yang kini nyaris tanpa bulu. Ternyata, Hani mengira ada kucing lain yang dibawa pulang oleh Brina. Setelah tahu kalau itu adalah Bani, Hani pun langsung menjilati tubuh temannya itu dan mengajaknya bermain. Namun, Hani masih enggan disentuh oleh Brina. Ia menggigit Brina ketika berusaha mengelus punggungnya.

"Kamu iri ya enggak aku ajak jalan keluar? Maaf, tapi aku repot kalau harus bawa dua kucing keluar rumah. Lain kali aku ajak kamu jalan-jalan, ya? Lagipula aku juga enggak lama jalan-jalannya, lebih lama nungguin Bani cukur." Brina meminta maaf pada Hani secara langsung.

"Miaw." Hani merespons dengan mengusal Brina tanda memaafkan.

***

Hani–Sehan–dibuat tertawa ketika melihat penampilan baru Arbani. Arbani tiba-tiba berubah menjadi berambut pendek setelah ia dalam wujud kucingnya terpaksa dibawa ke salon hewan untuk dicukur habis beberapa bagian. Arbani terus menatap dirinya di depan cermin besar studio Brina. Potongan pendek rambutnya membuat wajahnya sedikit membulat. 

"Perlu diingat kau yang membuat buluku kusut." Arbani kesal pada Sehan.

Sehan malah semakin keras tertawa karenanya. 

Mereka melirik ke arah Brina yang tengah berdiam diri di studio. Menatap beberapa kanvas yang masih kosong atau setidaknya bersketsa tipis. Matanya bergantian memandangi case yang berisi penuh dengan cat aneka jenis dan warna, memastikan beberapa warna yang harusnya bisa ia pakai dalam proyeknya kali ini. 

Cat LucksTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang