Endless Luck

74 6 0
                                    

Brina begitu senang melihat reaksi Soka yang bahagia menerima tas dan beberapa alat tulis baru yang memang terlihat mahal dari Sadam. Soka sangat berterima kasih dengan Sadam yang malah repot-repot membelikan kebutuhannya yang bahkan Soka sendiri merasa tak enak jika harus meminta kakaknya secara langsung. Soka benar-benar ingin mengatakan banyak terima kasih kepada Sadam jika ia bisa bertemu dalam waktu dekat.

Brina dan Soka dikejutkan dengan kehadiran dua kucing hitam yang entah sejak kapan mendusal pada kaki mereka dan mencoba merangkak naik ke sofa tempat mereka duduk. Brina dengan hati-hati mengangkat Bani dan Hani ke pangkuannya dan membiarkan dua kucing itu mengeksplor sofa. Brina dan Soka dibuat tertawa karena tingkah dua kucing itu yang seakan berebut pangkuan Brina.

Pintu depan diketuk oleh seseorang. Soka dengan sigap membukakan pintu itu dan ternyata tukang pos mengirimkan sebuah surat untuk ia dan juga Brina. Saat ditanya dari siapakah surat itu, tukang pos hanya diam dan menunjuk detail tulisan pengirim yang hampir anonim. Hanya alamat pengirim yang tertera di sana.

"Pasti dari ayah. Alamatnya sangat jelas ini rumah nenek." Soka memberikan surat itu kepada Brina.

Brina dengan napas beratnya menerima surat tersebut. Brina sempat terkejut ketika melihat sebuah kartu yang jatuh pertama kali saat segel surat itu terbuka. Sebuah kartu ATM atau debit yang masih tampak baru. Dari warna kartunya, kartu itu bukan sembarang kartu. kelas Platinum. Brina pun membaca isi suratnya. Ayah mereka telah sukses merintis bisnis bersama dengan istri barunya. Ia sempat menanyakan apakah kedua anaknya ini masih sering mengunjungi makam sang ibu. Brina hanya menjawabnya di dalam hati, tentu sering. Sempat ada tawaran dari ayahnya untuk tinggal bersama lagi, tetapi, Soka dan Brina memilih tetap tinggal di rumah peninggalan sang ibu. Oleh karena itu, ayahnya akhirnya berjanji akan rutin mengirim uang saja.

"Dulu, Ayah bilang seperti ini rasanya hanya omong kosong. Kak, coba cek saldonya terlebih dulu. Siapa tahu ayah hanya berusaha membuat kita tenang. Kartu kosong kan sama saja bohong." Soka mengingatkan sang kakak.

Ketakutan yang sama juga muncul di benak Brina. Ia merogoh amplop surat itu dan menemukan buku tabungan yang ternyata tertulis saldo masuk. Brina tersenyum dan memilih untuk menyimpannya dan berani pada sang adik untuk mengeceknya besok. 

Pandangan keduanya kembali teralihkan oleh tingkah dua kucing yang kini bermain dengan rumbai-rumbai di bantal sofa. Kehadiran dua kucing itu dirasa membawa keberuntungan yang sangat berlipat ganda beberapa hari terakhir. Padahal, mitosnya, kucing hitam itu adalah hewan pembawa sial. Seketika, Brina dan Soka berani membantah mitos itu sebab mereka berdua benar-benar merasakan keberuntungan yang tiada henti.

"Hani, Bani, kalian sepertinya kucing istimewa ya? Hanya karena menolong kalian, rasanya hidup kami berubah." Brina mengangkat tubuh dua kucing itu bergantian dan menciumnya.

Soka sedikit terkejut dengan tindakan sang kakak. Soka yang suka dengan hal-hal berbau fantasi malah membayangkan jika kedua kucing itu tiba-tiba berubah menjadi manusia sesaat setelah dicium. Brina tertawa dan menyuruh Soka untuk berhenti membaca cerita fantasi dan menonton video hewan hewan lucu di aplikasi video pendek kesukaannya. Soka tentu tak terima sebab hanya itu hiburan untuknya yang masih harus tak berhenti belajar demi universitas impiannya.

"Tapi beneran loh kak, nanti malam bisa aja Hani atau Bani berubah jadi manusia karena kakak cium. Soalnya kan biasanya kucing hitam itu pembawa keburukan. Ini mereka beda banget." Soka masih keukeuh dengan pendapatnya.

Brina membuka ponselnya sebentar hanya untuk melihat apakah ada pesan masuk dari siapapun itu. Brina sebenarnya tahu kalau aplikasi pesan singkat yang ia pasang semuanya sepi sebab memang tak ada kontak yang ia simpan dan sering hubungi kecuali dosen dan rekan kerjanya di kafe. Ia malah dibuat terkejut karena notifikasi e-mail yang tak biasanya ia dapat. Sebuah email dari institusi yang Brina tahu adalah salah satu penyalur beasiswa yang ada di kampusnya.

Cat LucksTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang