Ya ampun, nyuri-nyuri waktu nulis waktu anak lengah ternyata seru juga😅. Telat banget udah dari temen-temen tulis lainnya🥲🥲. Selamat membaca, ya.🥰
💍💍💍
Pukul 16.00 sore itu. Angin bertiup sedikit kencang karena mendung yang mulai berkumpul untuk menurunkan hujan. Riuh suara daun saling bersentuhan menambah suasana semakin syahdu.
Sudah beberapa hari, cuaca terik mendominasi kota Sidoarjo.
Kipas angin mulai berderak lelah karena terlalu sering dipakai. Berputar ke kanan dan kiri sepanjang manusia-manusia yang mengisi ruangan itu duduk di kursinya masing-masing.
Setelah pekerjaan panjang, akhirnya kipas angin itu bisa beristirahat sejenak. Terima kasih pada hujan yang kini mulai menjatuhkan satu dua titik miliknya untuk segera membasahi tanah Sidoarjo hari ini.
Ruangan besar itu masih terisi oleh enam penghuni yang notabene anak muda penuh rasa juang demi generasi mendatang.
Saat akhir semester genap seperti sekarang, wali kelas XII selalu menjadi yang paling punya banyak kerjaan. Mengolah nilai untuk mengisi e-rapor dan ijazah, menulis data siswa serta nilai di ijazah dengan lebih dulu mengeluarkan Surat Keterangan Lulus agar setiap siswa bisa melanjutkan pendidikan mereka.
Belum lagi harus memisahkan siswa yang mendapatkan beasiswa untuk pendidikan selanjutnya. Surat rekomendasi wali kelas dan sekolah, transkrip nilai yang harus kembali di tinjau dan masih banyak lagi.
Sangat melelahkan tapi tak bisa dielakkan.
"Astaga! Capek kali aku!! Mau nikah aja sama pengusaha kaya atau CEO minimal, ya!"
Suasana sekolah yang sudah ditinggalkan oleh ratusan penghuninya itu menjadikan suara Feodora Eva terdengar begitu nyaring. Ruang guru yang cukup luas menggemakan dengkusan kesal dari gadis Batak yang kini mengusap wajah sambil sesekali memijit matanya.
"Gak mau kerja lagi aku. Mau ongkang kaki aja di rumah sambil men-drakor. Tapi bisa duit terus mengalir."
Sungguh! Keinginan Feodora adalah perwakilan dari seluruh umat manusia di muka bumi ini. Duit mengalir tanpa perlu repot bekerja. Harapan sempurna untuk masa depan yang terjamin.
Namun, siapa yang akan menjamin keuangan saat ini jika tidak bekerja? Dan realitanya, perempuan bersuami pun akan di cap tidak bisa apa-apa jika tidak bekerja. Kenyataan gila yang sekarang sudah menjadi hal lumrah.
"Nikah bukan akhir dari segalanya, Dora! Kehidupan baru ndak semudah itu dijalani."
Dengan satu kali tolakan kaki, Feodora sudah menggerakkan kursi kerjanya mendekat ke arah Cahya dan langsung menghadiahi pukulan di lengan sang rekan kerja. Tak terlalu keras, namun cukup membuat Cahya melotot karena terkejut.
"Bisa gak sih, gak usah kau panggil aku Dora? Feo! Biar ada kerennya namaku." Protesan Feodora membuat beberapa orang yang ada di ruangan itu menahan tawa.
"Ndak bisa! Kamu itu udah cocok sama panggilan Dora!" Dan Cahya sangat keukeuh dengan keinginannya.
"Ndak usah gaya mau sok keren kamu, Dor. Dora itu kan juga bagian dari nama kamu, pemberian terbaik dari orang tuamu. Setauku, Feodora itu artinya hadiah dari Tuhan. Arti baik kok kamu masih aja protes."
Cahya langsung menunjuk ke arah Yosep sambil mengangguk tanda setuju. Dengan mulut menganga tak percaya, Feodora melihat ke arah Yosep dan Cahya secara bergantian.
"Awas aja kau ya, Yos! Ku adukan kau sama Tuhan Yesus. Biar kena azab mengejek namaku."
"Wong aku cuma membicarakan kenyataan, kok!"
KAMU SEDANG MEMBACA
Lembayung Kesukaan Sangga
RomanceSi tengah yang selalu di andalkan. Si tengah yang berbeda. Si tengah yang penuh dengan harapan meski bukan miliknya sendiri. Si tengah yang tidak terlalu beruntung dalam beberapa hal. Si tengah yang.... Ah, sudahlah! Lembayung Sandhyakala bahkan tid...