Bagian Dua Puluh Satu

31 6 1
                                    

Vote dan komen, yaaa 😇😇

💍💍💍

Kepala Kala terkulai di sandaran kursi belakang mobil yang sekarang akan membawanya kembali ke rumah setelah seharian bersama Dora.

Melihat kondisinya yang pucat karena terlalu terkejut setelah mendengar semua cerita tentang Dipta, Dora akhirnya memanggil salah satu karyawan suaminya untuk mengantar Kala pulang.

Berkat hidup tak bermewah selama ini, Kala dan Dora adalah dua perempuan yang lebih handal menggunakan sepeda motor daripada mobi. Bersyukur suami Dora sudah punya segalanya. Sahabatnya itu jadi tidak perlu kesusahan jika ke sana sini tanpa sang suami.

Tapi sekarang ini tentang dirinya. Lembayung Sandhyakala yang punya titik balik paling tidak masuk akal dalam hidupnya.

Kala pikir selama ini hidupnya hanya bermasalah pada keluarga dan segala tuntutan yang menjadi momok di kepalanya, tapi ternyata percintaannya jauh lebih menyedihkan.

Pria sempurna yang selama ini selalu dijadikannya tempat bergantung, ternyata hanya memanfaatkannya sebagai sebuah alat untuk bisa dipergunakan selama yang dia mau. Lalu setelah tidak lagi berguna, alat itu dibuang tanpa peduli akan membusuk di tempat seperti apa.

Dari segala perasaan yang bercampur aduk untuk Dipta karena sudah membohonginya hingga lima tahun berjalan, pikiran Kala justru terus tertuju pada pria yang seminggu lalu sempat dia caci maki dengan tuduhan tak berdasar.

Sekarang Kala sadar, bukan salah pria itu. Hanya dia yang tak terima dengan kenyataan dan mencoba mencari pelampiasan amarahnya. Sehingga, hanya ada Sangga yang bisa menjadi sasaran kebencian.

"Tapi, kenapa aku yang dicemburui, Dor? Selama ini aku gak pernah merasa ada yang salah sama Dipta," tanya Kala masih mencari pembenaran.

"Karena beberapa waktu Dipta lebih banyak samamu dibandingkan ke dia itu. Ke mana si DIpta waktu acara pernikahanku?"

"Dinas ke luar kota," cicit Kala, sedikit takut dengan kenyataan selanjutnya.

Dora menggeleng sambil menghempaskan napas kuat.

"Gak adanya dia dinas ke luar kota! Dia sedang menyelesaikan masalahnya dengan si dianya itu, Kala! Tapi berakhir dengan hubungan mereka yang masih juga tersebar luas karena banyaknya orang yang sudah tau soal itu."

Kala sudah tidak bisa memproduksi kalimat apa pun. Kepalanya kosong dan hanya dipenuhi rasa benci karena selama ini dia hanya dibohongi. Napasnya terhela berat. Sesak dadanya benar-benar menyebalkan.

Jadi ini alasan pria itu terlihat terburu-buru dan cemas saat mereka bertemu untuk memutuskan hubungan. Ternyata kekasih yang sesungguhnya sedang berada di sekitar dan memperhatikan setiap gerak-gerik dan ucapannya.

"Bersyukurnya aku kau sudah putus dari laki satu itu. kalau sampai menikah dan gak segera hamil, dikatain mandul kau pasti sama mamaknya Dipta. Gak tau dia anak lakinya itu yang gak normal. Gitu masih sombong aja mamaknya."

Dora memukul meja dengan terus merapalkan amit-amit guna menjauhkan hal-hal buruk itu dari hidup dan keturunannya.

"Ah, satu lagi! Dia sekarang ke luar negeri. Hampir mau di pecatnya dia. Tapi orang tuanya masih mengusahakan agar anaknya terus jadi pegawai negeri kebanggaan keluarga mereka itu."

Kalimat-kalimat di percakapannya dengan Dora barusan kembali berkumpul dalam pendengarannya. Kala tak merespon banyak, tubuhnya menjadi lemas tak begitu ingin bergerak. Kepalanya pening karena hantaman yang bertubi.

Kala menutup matanya, mencoba meminimalisir rasa pusing yang sekarang mendera.

"Biar mas antar, nduk!"

Lembayung Kesukaan SanggaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang