Bagian Delapan Belas

25 8 0
                                    

Update lagiiii 🥳🥳🥳

💍💍💍

Persiapan yang sejak beberapa hari lalu di sekolahnya, akhirnya mencapai garis finish.

Tamu yang mereka nantikan sudah berada di ruang kepala sekolah bersama dengan anggota yang dibawa serta pegawai inti dari platform mengajar yang membawa mereka ke sini.

Kala sedang bersiap di aula sekolah untuk melakukan beberapa kali gladi bersih sebelum nanti benar-benar berbincang bersama tamu yang Kala dengar dari Australia itu.

Sebagai yang paling sering ditunjuk untuk menjadi wakil wali kelas untuk memberi kata sambutan, Kala juga sering dimintai untuk menjadi pembawa acara di berbagai kesempatan.

Meski sedikit kesal karena terus menjadi tumbal, Kala akhirnya menyetujui dengan sedikit terpaksa.

Toh, untuk kali pertama mereka menerima tamu dari luar negeri. Meskipun ada beberapa guru bahasa Inggris lainnya, tapi Kala adalah yang termuda. Kemampuannya tentu masih lebih segar dari guru lain yang sudah lumayan sepuh.

"Sudah sangat siap kau, Kal?" tanya Dora memastikan sebagai ketua panitia di acara ini.

Kala mengangguk. "Gimana penampilanku, DOr?"

Dengan sigap Dora menatap sang sahabat dari atas sampai bawah. "Mantap! Sebentar lagi ada yang meminanglah kalo kau cantik begini," canda Dora dengan gelakkan.

"Wes ta lah, Dor. Baru dua hari putus udah kamu suruh aku cari pengganti."

"Ya, haruslah itu. Ngapain kau pikirkan lama-lama manusia keparat macam Dipta? Gak berjalan dengan baik nanti hidupmu."

Kala sudah menceritakan perihal hubungannya dan Dipta yang kandas pada Dora. Bukannya ikut prihatin, Dora malah mengatakan kebahagiaannya saat mendengar berita itu.

"Tuhan sudah menyelamatkan kau dari mertua jahat, Kala," Dora kala itu sambil memeluknya erat. "Jujur saja, bersyukur kali aku kau putus sama Dipta."

Dora mengurai pelukannya dengan senyuman tipis yang menenangkan.

"Gak ada temen yang malah bahagia mendengar kabar putusnya hubungan temennya, Dor. Keon gak kasian karo aku a?" tanya Kala dengan wajah sendu.

"Aku lebih kasihan kalau kau masih terperangkap sama laki satu itu. Gak akan bahagia hidupmu."

"Tapi dia bilang aku selingkuh!" Kala masih tidak terima.

"Aku yakinnya itu Cuma alasan. Pasti ada yang disembunyikan Dipta karena tiba-tiba ngajak putus. Entah-entah mamaknya itu yang nyuruh karena gak suka sama mu."

Kala memutar matanya. "Gak boleh berprasangka buruk. Sama orang tua lagi."

"Itu hanya hipotesis, Kala. Bisa saja benarnya. Ada juga kemungkinan salah. Kita gak tau, pun."

Untung saja, saat bercerita Kala pun sudah tidak mengeluarkan airmata. Rasanya sudah habis kering maniknya mengeluatkan genangan halus itu. sudah tertumpah tak bersisa malam itu.

Perasaannya yang begitu sakit karena dalam satu hari itu terhantam banyak kejadian tidak terduga, membuat Kala pun mengakhiri pedih hatinya saat itu juga.

Jika masalah dengan sang ibu sudah sering terjadi, dan meski begitu sakit hatinya Kala tidak pernah membiarkan ketegangan terus mengungkung dirinya dengan sang ibu. Bagaimana pun, ibu tetaplah ibu. Meski tak salah, Kala tetap merasa bersalah jika karena sudah mendebat ibunya.

"Sudah kau bicarakan hubunganmu sama Dipta berakhir ke orang tuamu?" Dora mendekat untuk bisa menyampaikan tanyanya dengan suara lebih rendah.

"Sudah," jawab Kala singkat.

Lembayung Kesukaan SanggaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang