Kejar target di saat anak sakit. Luar biasa mamak mamak ini 🥲🥲 tolong vote dan komennya, yaaa. Bahagiain ibu ibu itu ibadah 🤭🤭
💍💍💍
"Selamat malam, Tante."
Sapaan itu terdengar di ruang tamu saat Kala masih memilih tas sandang yang akan dipakainya. Buru-buru gadis itu keluar kamar dan mendapati Feodora asyik bercerita dengan sang ibu.
Tentu saja, siapa yang memanggil orang tua dari temannya dengan sebutan tante di tanah Jawa yang menjunjung tinggi kebudaayannya ini?
Feodora benar-benar suatu hal berbeda yang membuat hidup Kala sedikit berwarna.
"Feo ajak Kala keluar dulu ya, Tante. Gak jauh kok, ke Pazkul aja."
"Iya. Hati-hati lho kalian berdua. Jangan pulang malem-malem. Arek wedok saru bali mbengi-mbengi."
"Siap, tante. Besok kami juga masih harus kerjanya. Persiapan perpisahan masih belum rampung." Kala tau, jika tidak karena Feodora yang meminta dan bersedia menjemputnya, sang ibu pasti sudah melarang untuk keluar malam.
Sejak masa Sekolah Menengah Pertama dan mulai mengerti dengan hangout bersama teman-temannya, orang tua Kala semakin membatasi waktu dirinya bermain.
Tidak boleh berada di tempat nongkrong saat tengah hari, harus ada di rumah sebelum magrib dan tak boleh keluar malam kecuali dengan orang-orang yang dipercaya.
Bahkan sampai Kala beranjak di usia hampir kepala tiga saat ini, peraturan itu masih berlaku dan terlaksana dengan baik. Sebab Kala juga tipe perempuan yang senang menghabiskan waktu di rumah.
Lagi pula, tiap peraturan yang ibunya buat bukanla hal yang buruk.
Saat ini, sang Ibu memperbolehkannya pergi keluar rumah saat langit menggelap hanya dengan Dipta dan Feodora. Ada kepercayaan yang sudah ibunya serahkan pada dua orang itu.
Bahkan, meski sudah percaya, keduanya juga kadang masih harus mendengarkan beberapa pertanyaan introgasi yang tiba-tiba saja terlontar dari sang ibu.
Terlebih pada Dipta. Kala jadi merasa tidak enak pada Dipta karena pertanyaan sang ibu kemarin malam saat pria itu mengantarnya pulang, meski pria itu berkata tidak masalah.
"Ndak pinarak dulu ta, Dip? Bapak sebentar lagi pulang kerja."
Dipta langsung berdiri dari kursi di teras yang tadi sempat menjadi tempatnya duduk dan menyalami sang ibu yang tersenyum simpul.
"Mboten riyen, buk. Sebentar lagi mau jalan, tunggu azan magribnya selesai."
"Ya sekalian sholat di sinikan bisa."
Kala mendekat sambil menyenggol pelan lengan sang ibu saat mendengar tawa canggung dari Dipta. Berharap sang ibu tak lagi memaksakan inginnya ke Dipta.
"Mas Dipta punya urusan lain, buk. Habis ini mau ke kantor lagi karena akhir bulan dan mau tutup administrasi. Jadi, mas Dipta mau sholat di kantor aja." Kala mencoba membantu sang kekasih.
"Owalah, gitu. Iya, sih. Wong mas Inggil juga sana sini dinas luar terus."
Kala tersenyum dengan anggukan sambil sesekali melihat ke arah Dipta yang juga melakukan hal serupa.
"Oh, iya, Dipta. Ayah Bunda gimana kabarnya?"
"Alhamdulillah, sae sedanten, buk."
Sungguh, Kala sudah tau akan ke mana arah pembicaraan ini akan di bawa sang Ibu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Lembayung Kesukaan Sangga
RomanceSi tengah yang selalu di andalkan. Si tengah yang berbeda. Si tengah yang penuh dengan harapan meski bukan miliknya sendiri. Si tengah yang tidak terlalu beruntung dalam beberapa hal. Si tengah yang.... Ah, sudahlah! Lembayung Sandhyakala bahkan tid...