Bab masih belas-belas aja ini. Kapan puluhannya? 🥲🥲
💍💍💍
Kala kembali ke rutinitasnya yang biasa. Pergi pagi dengan lebih dulu mengantarkan Ratri ke sekolahnya, mengajar sampai sore dan kembali ke rumah dengan lebih dulu menjemput sang adik.
Ratri memang tidak bersekolah di tempat yang sama dengan Kala mengajar dan itu sangat menguntungkan. Kala tidak mau repot dengan statusnya sebagai seorang kakak membuat adiknya itu semakin besar kepala. Pilihan yang tepat untuk tidak bekerja di sekolah sang adik.
Liburan satu minggu yang dia lalui berjalan cukup menyenangkan meski terus dibayangi oleh Sangga di belakangnya.
Kala cukup menikmati liburannya. Kadang di suatu waktu, Kala lupa jika dia terganggu dengan adanya Sangga sehingga dia begitu menjadi dirinya sendiri saat sesuatu membuatnya benar-benar terpana.
Adrenalinnya habis karena energi yang terkuras benar-benar positif.
Kala lupa dengan segala beban yang kadang membuat kepalanya terasa bising dengan segala tuntutan yang diterimanya. Tubuhnya yang sering kali letih karena terus menerus takut dengan segala kemungkiinan buruk terasa lebih ringan.
Jika dipikirkan, ternyata Kala tidak begitu terganggu dengan kehadiran Sangga.
"Saya gak kenal sama kamu. Maaf, saya gak bisa ngasih kontak ke sembarang orang," tolak Kala malam itu.
Tak ada wajah marah saat Kala mengatakan inginnya dengan jujur. Pria itu bahkan mengangguk dengan sunggingan dan langsung menarik ponselnya tanpa protes.
"Bagus!" Sangga menyandarkan tubuhnya di sandaran kursi. "Inget, nduk! Mas ini orang lain. Jadi selama liburan ini, kamu harus menikmati semua tempat yang kamu kunjungi tanpa terganggu sama kehadiran mas. Anggap aja mas ini supir pribadinya Matthew. Orang kaya selalu punya supir pribadi, kan?"
Ada rasa sedikit tidak enak saat mendengar ucapan Sangga waktu itu. Ternyata pria itu benar-benar mengerti jika Kala merasa tidak nyaman karena kehadirannya.
Jika tidak saat jam makan siang atau hendak kembali ke hotel, Kala tak menemukan kehadiran Sangga di penglihatannya. Meski Kala yakin, pria itu tetap berada di sekitarnya.
Itulah yang menyebabkan Kala bisa lebih menikmati liburannya dengan baik.
"Mas tau kamu gak mengharapkan pertemuan setelah ini. Tapi mas gak bisa bohong kalau akan mencari banyak cara untuk bertemu sama kamu, nduk. Sampai bertemu lagi di Sidoarjo, ya," ujar pria itu di hari terakhir mereka akan menghabiskan liburan bersama.
Tapi sepertinya, Sangga bahkan tidak bisa menepati ucapannya malam itu. buktinya, sampai detik ini, bahkan di kebetulan yang tidak disengaja pun, Kala tidak pernah menemukan sosoknya.
Baguslah! Tentu saja Kala bersyukur karena tidak ada pertemuan dengan Sangga lagi. Pria itu hanya merepotkannya saja. Toh, Kala sudah menjalani kehidupannya dengan sangat normal.
"Temenmu udah jadi PNS semua loh, Mbak. Mosok kamu juga ndak bisa mengusahakan sama kayak mereka."
Kalimat yang sama dan terus menghabisi suasana hati seorang Lembayung Sandhyakala di pagi tepat saat gadis itu memulai hari untuk berangkat bekerja.
Tak ada yang bisa Kala berikan untuk pernyataan berulang dari sang Ibu. Tak ada pembahasan lain yang diucapkan sang ibu selain dirinya yang belum mampu mencapai apa yang ibunya harapkan.
Terlebih setelah pengumuman kelulusan PNS PPPK yang dua hari lalu diselenggarakan melalui daring. Sangat disayangkan Kala belum masuk menjadi salah satu anggota abdi negara tersebut.
KAMU SEDANG MEMBACA
Lembayung Kesukaan Sangga
RomanceSi tengah yang selalu di andalkan. Si tengah yang berbeda. Si tengah yang penuh dengan harapan meski bukan miliknya sendiri. Si tengah yang tidak terlalu beruntung dalam beberapa hal. Si tengah yang.... Ah, sudahlah! Lembayung Sandhyakala bahkan tid...