Makin deket deadline makin deg degan. Takut gak selesai sesuai jadwal 🥺🥺
💍💍💍
Kala begitu giat berjalan mengelilingi kamarnya setelah pulang dari acara pemberkatan dan penyampaian janji suci oleh Dora dan Matthew.
Kejadian tak terduga itu entah kenapa membuat Kala jadi tidak tenang.
Acara selesai sampai menjelang sore. Bersyukur Kala sedang dalam tanggal merah, sehingga dia tidak perlu memikirkan untuk menyelesaikan kewajibannya sebagai umat di dunia ini.
Rangkaian prosesi ditunaikan dengan begitu khitmad dan tenang. Namun tidak dengan diri Kala saat itu.
Rasa gelisah membuatnya tak tenang duduk di tempat. Berkali-kali perempuan itu merasa terganggu tapi tak bisa menutupi rasa penasarannya. Sehingga meski hatinya jengkel, gangguan itu semakin menumbuhkan keingintahuan yang besar.
Beberapa pertanyaan dalam kepalanya terjawab tanpa sempat terlontar.
Kala pikir dia berada di tengah-tengah sepupu Dora berada. Dia benar-benar tidak menyangka bahwa seseorang yang berdiri di sampingnya sejak tadi adalah pria itu.
Pria yang mengaku bersemat nama Sangga Bumi Kaindra. Apa-apaan dengan nama yang terdengar begitu gagah itu? Sial! Benar-benar serasi dengan wujud yang Tuhan berikan pada pria itu.
"Jangan salah sangka. Saya tau nama kamu bukan karena menguntit. Waktu itu pesan suara dari Feo, kan? Secara tidak langsung, dia yang memberitahu saya nama kamu."
Sangga merapatkan diri untuk berbisik pada Kala yang melakukan sebaliknya. Dengan begitu susah payah, gadis itu mencondong tubuhnya ke arah samping agar tidak bersentuhan lengan dengan Sangga.
"Jadi nama kamu beneran Lembayung?" Tapi pria itu tidak gentar dan terus dengan senang hati berbicara.
Kala melirik dengan menajamkan ekor matanya. "Lembayung Sandhyakala. Kala! Orang-orang manggil saya biasanya dengan nama itu!"
Mulut Sangga membulat sambil mengangguk pelan. "Nama yang bagus. Orangnya juga cantik. Tapi sayang, gak mau senyum."
Hei! Ini kali kedua pertemuan mereka. Kenapa pria itu terdengar akrab sekali bicara dengannya?
Kala kini menolehkan kepalanya penuh ke arah Sangga yang jelas sekali menahan senyuman.
"Bisa ndak saya fokus dulu ke acara pemberkatan ini? Jangan ngomong terus!"
Dan entah kenapa Kala menjadi sangat ketus.
Selama ini, Kala begitu menjaga perasaan orang lain dan selalu memperhitungkan sikapnya agar terlihat menyenangkan di depan orang-orang. Tapi dengan pria ini, Kala nyaman saja mengeluarkan perasaannya yang sesungguhnya.
"Jadi setelah acara pemberkatan ini kamu bisa fokus sama aku, gitu?"
Kala bergerak dari tempat duduknya agar bisa melihat Sangga yang masih dengan setia tersenyum kecil itu sepenuhnya.
Beberapa kali Kala menoleh ke arah sekitar, berharap mereka tidak membuat keributan yang menimbulkan perhatian dari orang-orang di gereja itu.
Sungguh! Tak ada suara di gereja ini selain pendeta yang sedang memberi ayat-ayat penuh berkat pada kedua mempelai. Kala tak mau mengacaukan pernikahan sahabatnya sendiri.
Kala menarik dan menyelipkan rambutnya yang bergerak ke belakang telinga. "Saya gak bilang gitu, ya."
"Tapi kesannya seperti itu."
"Saya ndak kenal kamu!"
"Kan tadi saya sudah memperkenalkan diri. Sangga. Panggil aja begitu."
KAMU SEDANG MEMBACA
Lembayung Kesukaan Sangga
RomansSi tengah yang selalu di andalkan. Si tengah yang berbeda. Si tengah yang penuh dengan harapan meski bukan miliknya sendiri. Si tengah yang tidak terlalu beruntung dalam beberapa hal. Si tengah yang.... Ah, sudahlah! Lembayung Sandhyakala bahkan tid...