Yok semangat yooookkk 🔥🔥
💍💍💍
Serangkaian kesibukan menjadi wali kelas XII semakin menggila dengan persiapan perpisahan yang diadakan semegah pentas seni antar sekolah.
Tak mengikuti sekolah lain yang mengangkat tema prom night untuk acara akhir sekolah itu, sekolah Kala tetap mengadakan acara perpisahan di siang hari dengan runtutan agenda yang padat.
Mengindari segala keluhan orang tua jika kegiatan itu diadakan malam, akhirnya kepala sekolah mengambil kebijakan untuk perayaan perpisahan dilakukan sejak pagi sampai sore.
Kala benar-benar tidak sempat mengistirahatkan dirinya.
Mempercepat kerjaannya mengolah nilai sehingga ijazah pun bisa segera ditulis, Kala memaksankan dirinya tidur beberapa jam dalam setiap harinya di dua minggu terakhir.
Datang ke sekolah lebih awal untuk mengupload nilai, setelah siswa mulai ramai, kerjaannya beralih pada sang siswa untuk melihat dan meninjau sejauh mana mereka sudah mempersiapkan penampilan di perpisahan nanti.
Meski umur yang rata-rata sudah menginjak di angka tujuh belas tahun, tapi siswa tetaplah anak bagi gurunya. Dan sikap mereka juga menunjukkan hal yang sama.
Manja, ingin dipuji dan selalu mencari perhatian.
Dengan sikap-sikap seperti itu, Kala kadang tidak bisa mengontrol nada bicara yang akhirnya meninggi meski tak berniat marah. Memberi pukulan gemas pada siswa yang tidak bisa fokus jika sedang latihan.
Kala bukanlah tipe guru yang susah diajak berbicara, dirinya cenderung terbuka dengan para siswa dan menjadikan mereka sahabat. Terlebih siswa didikannya adalah anak yang mulai beranjak dewasa.
Di masanya, Kala tak sempat menikmati bagaimana serunya bisa berbagi cerita dengan guru di sekolah. Setidaknya, saat menjadi guru di jaman sekarang, Kala berharap hal-hal baik bisa dia kembangkan sebagai guru muda.
Mendengar curahan hati para muridnya pun berdampak baik untuk Kala. Ada rasa yang terlipur di dalam dirinya. Ada rasa lega saat melihat siswa-siswa terkhusus siswa perempuan bisa menangis melepas keluh kesahnya.
Kala tak merasakan itu. Tak ada telinga yang mendengarnya. Tak ada hati yang luas untuk menampung sedikit saja keluhannya.
Seolah menjadi tanggung jawabnya, Kala tak ingin siswanya merasakan hal yang sama.
"Ibuuuuuukkkk! Arek lanang-lanang ki podo gak gelem mbantu, buk!"
Teriakkan dari salah satu muridnya yang memang selalu vokal di kelas saat menyampaikan pendapat itu membuat Kala menoleh ke arah segerombolan siswa berkerumun karena terlibat cek-cok.
"Lapo iku?" Kala berkecak pinggang, lelah. "Kate bubar opo ora? Ibuk merunu a?"
Dengan masih tersungut, mereka akhirnya mulai memisahkan diri satu persatu.
"Seng kompak lapo seh? Tinggal beberapa hari sama-sama kok masih aja berantem. Nanti pada kangen baru tau rasa."
Terdengar protesan tak setuju dari mereka yang baru saja ribut. Kala menggeleng dengan senyuman tipis.
Dia dulu tak jauh beda dengan siswanya sekarang saat sudah bersama teman-teman di sekolah.
Tak pernah akur, selalu saja ada hal yang dirributkan. Belum lagi siswa laki-laki yang tidak absen dalam hal mengejek. Lucunya, siswa perempuan selalu punya respon yang sama. Tak terima dan membalas ejekkan itu dengan pukulan dan harus saling kejar-kejaran.
![](https://img.wattpad.com/cover/370545145-288-k776688.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Lembayung Kesukaan Sangga
RomanceSi tengah yang selalu di andalkan. Si tengah yang berbeda. Si tengah yang penuh dengan harapan meski bukan miliknya sendiri. Si tengah yang tidak terlalu beruntung dalam beberapa hal. Si tengah yang.... Ah, sudahlah! Lembayung Sandhyakala bahkan tid...