Bagian Sebelas

30 6 2
                                    

Udah ketinggalan banget rasanya 🥲🥲

💍💍💍

Ponsel pintar yang sudah terisi penuh setelah sempat mati karena kehabisan baterai itu masih menjadi hal yang dilihat begitu intens oleh Kala.

Handphone-nya benar-benar sepi tanpa notifikasi apa pun dari seseorang yang dia nantikan kabarnya.

Dipta tak pernah sesunyi ini saat sedang pergi ke luar kota atau sedang berjauhan dengannya. Pria itu pasti akan selalu mengabari lewat pesan teks dan segera memberi panggilan saat sudah tidak sibuk.

Terlebih saat Kala berada di tempat baru seperti ini. Pria itu pasti akan menanyakan banyak hal tentang seberapa nyaman Kala berada di lingkungan sekitar.

Tapi sudah hampir dua belas jam sejak kepergian Kala tadi pagi, pria itu hanya sekali mengiriminya pesan agar berhati-hati saat di jalan. Lalu tak ada lagi. Pesan Kala bahkan belum di balas.

"Jangan-jangan orang itu jodohmu, Kal."

Kala memutar matanya malas. Melihat ke arah Dora yang sekarang sedang menempelkan masker di wajahnya.

"Bukannya calon pengantin gak boleh pake skincare lagi, Dor?" Kala memberi asumsi.

Dora berdecak. "Ini cuma biar mukaku kering. Tau sendiri kau mukaku udah kayak kelapa dan kacang tanah yang dicampur baurkan."

Kala kembali menuliskan sesuatu di ruang chat nya dan Dipta. Berharap pria itu segera membalas pesannya jika sudah tidak lagi sibuk.

"Jadi siapa cowok yang kau temui tadi, Kal?" Dora bertanya dengan membuka mulutnya seminim mungkin.

"Kalo tau aku juga ndak akan kebingungan waktu di tolong, Dor. Beneran baru liat itu orang di situ."

"Makanya kubilang, barangkali dia jodohmu. Biasanya jodoh datang di saat-saat teraneh dalam hidup."

Kala menatap Dora dengan tusukkan mata yang bermakna tak setuju. "Aku udah punya Dipta, Dor."

"Astaga!" Meski mulutnya tak bisa terbuka lebar, tapi suara Dora tak kehilangan semangat untuk melengking kuat. "MAsih juga kau pertahankan pria itu? Gak habis pikirnya aku. Ingat perlakuan mamaknya, Kala. Mamaknya!"

Ternyata Dora masih begitu kencang mengharapkan perpisahannya dengan Dipta di masa depan.

"Kenapa sih gak suka banget sama Dipta, Dor?" Kala penasaran dengan itu.

"Gak taunya aku. Gak suka aja. Kayak gak bagus aja feelingku sama orang itu. Apalagi ke mamaknya, ya."

Kala terdiam mendengar jawaban tak acuh yang Dora lontarkan.

Jika soal Bunda Dipta, jujur saja Kala merasa sangsi. Tapi tidak mungkin itu akan berlanjut jika Kala benar-benar sudah menjadi istri Dipta, kan?

Malam ini Kala berkunjung ke kamar yang Dora tempati.

Setelah sampai di hotel dan membersihkan diri, Kala berbaring di kamar luas yang Dora pesankan untuknya. Sejenak menghilangkan penat. Rasanya kamar yang dipilih Dora terlalu luas hanya untuk dirinya sendiri.

Lalu sang sahabat menelpon untuk menyuruhnya datang ke kamar sang calon pengantin itu.

Besok, Dora akan melaksanakan pemberkatan yang dilanjutkan dengan pembacaan janji suci. Dihari berikutnya, barulah acara resepsi akan di laksanakan.

Kala percaya jika calon suami Dora benar-benar konglomerat tingkat dua di Sidoarjo. Melihat hotel yang akan mereka pakai untuk resepsi dan tempat para keluarga menginap saja sudah tidak biasa.

Lembayung Kesukaan SanggaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang