Saat ini para staff dan ajudan bapak Teddy sedang menunggu Bapak dan juga Mala bersiap untuk berangkat ke istana negara malam ini, tampak para staff sudah selesai daritadi dikarenakan mereka hanya menggunakan batik dan celana hitam ke acara itu, sementara Teddy tentu juga sudah siap, ia tidak kembali ke rumahnya karena di Kartanegara ini dia punya kamar dan terdapat baju-baju seragamnya juga disini.
Bapak tampak sudah keluar dari ruangannya yang tentu diikuti oleh Deril, "Anak saya belum keluar kamar juga ya?" Tanyanya kepada Teddy yang sedang berdiri di dekat piano yang terdapat di dekat ruang tamu itu.
"Siap... Belum pak, boleh saya susul pak?" jawab Teddy inisiatif dengan wajah penuh tanya, bapak terdiam sejenak dan menggelengkan kepala.
"Engga usah Ted, minta Bi Pur saja untuk susulin Mala ke atas ya Teddy" Teddy berjalan ke arah ruangan belakang untuk mencari keberadaan Bi Pur dan memintanya untuk segera menyusul Mala di ruangan pribadi gadis itu.
Mala saat ini sedang mengambil dress simpel basic berwarna putih dan tas yang berwarna senada di walking closed yang terdapat di kamarnya, jangan lupakan ia juga mengambil sepatu yang ia rasa cocok berwarna hitam agar terlihat formal.
Tidak lama setelah dia menggunakan dress, pintu kamarnya di ketuk dari arah luar, "iya masuk" ucapnya sambil menggunakan anting dan aksesoris lainnya, tidak lupa dia juga menyapukan matte lipcream ber-merk c itu ke bibirnya.
"Non sudah selesai belum?" ucap Bi Pur sambil melihat nona nya yang sedang bersiap.
"Iya sebentar lagi ini tinggal pakai sepatu aja bi" jawab Mala sambil memakai sepatu heelsnya, sebelum ia keluar dari ruang pribadinya, Mala memandang dirinya yang sudah memakai baju dan sepatunya, "sempurna" dalam hati
Mala berjalan dengan anggunnya turun ke lantai satu dimana bapak dan staffnya berada di sana, "wah ayunya kamu nak" ucap Bapak sambil memperhatikan anaknya dengan seksama.
Sementara itu staff bapak lainnya yang akan menemani mereka ke istana juga memperhatikan Mala dari atas hingga bawah, jarang-jarang gadis itu jika di rumah berpenampilan seperti ini sepengetahuan mereka.
Tidak terkecuali Teddy dan Rizky juga memperhatikan Mala tanpa mengalihkan pandangan, "cantik banget Mala pak" ucap Rizky tanpa sadar dan ketika tersadar dirinya sudah menutup bibirnya dengan tangan dan berdehem pelan.
Rendy yang berada tepat di samping Teddy menyenggolnya pelan, "kakaks itu anak bapak enggak usah di lihatin terus eh, nanti naksir" ucapnya di kuping Teddy, Sementara itu Teddy yang sedang di dekat piano bersuara "ayo pak kita berangkat sudah jam setengah tujuh lewat, karena kamu saya jadi harus menyingkatkan skedul yang ada sebelumnya kan" ucap Teddy dengan wajah masam dan berjalan keluar terlebih dulu daripada yang lainnya.
Mala yang merasa di juteki Teddy juga ikutan cemberut jadinya, dirinya jadi dalam keadaan mood yang tidak baik. Namun ia berusaha untuk tetap tenang dan mengikuti yang lainnya berjalan keluar rumah.
Yang akan ikut bapak ke istana ada beberapa orang staff, jadi sebelum berangkat Teddy sudah membagi para staff itu ke beberapa mobil yang berbeda.
Mobil yang pertama Teddy akan duduk di kursi samping pengemudi, kemudian di belakangnya terdapat bapak yang di dampingi oleh Rizky.
Mobil kedua di isi oleh Rendy di samping pengemudi, kemudian di belakangnya terdapat Mala dan di dampingi oleh Rajif dan belakang mereka ada Deril.
Dan staff lainnya berada di mobil ketiga termasuk Agung dan Lino untuk pengawalan tambahan.
Ketiga mobil itu berjalan meninggalkan pekarangan Kartanegara dan menembus kemacetan di ibukota menuju istana yang berada di daerah jakarta pusat.
Sesampainya mereka di depan istana, tentu seperti biasa Teddy langsung melakukan pengawalan kepada Bapak untuk masuk ke dalam di bantu oleh Rizky, di dalam istana terlihat sangat ramai oleh para wartawan.
Di lain sisi saat sampai Mala juga melihat begitu banyak wartawan dan mereka tentunya susah untuk turun dari mobil, oleh karena itu Rendy, Rajif, dan Deril, serta Agung dan Lino juga turun secepat mungkin dari mobil ketiga dan melakukan pengawalan tambahan untuk Mala.
"Bagaimana kabar mbak setelah kembali dari Amerika?" Tanya salah satu wartawan yang mengerubungi Mala dan di jawab senyuman olehnya, "Alhamdulillah kabar saya baik" tambahnya.
"Mbak Mala bagaimana kabar ibunya apa sehat?" Tanyanya yang lain tapi hanya di balas anggukan dan senyuman olehnya.
"Mbak Mala bagaimana kabar kakak anda? Apa ada tanggapan?" Tanya yang lain kembali, sementara itu Deril yang berada di sebelah Mala menyadari raut wajah Mala berubah pucat seketika, ia memberi kode ke staff yang lain untuk segera masuk ke dalam.
"Maaf nanti lagi ya mas dan mbak, saat ini mbak Mala ingin masuk ke dalam karena acara juga sudah mau di mulai, permisi" tutup Agung.
Mala di arahkan oleh para staff untuk duduk bersama influencer lainnya yang tentunya di dampingi oleh Rajif dan Agung.
Tidak lama setelah mereka duduk Raffi menyadari keberadaan Mala dan bergabung ke meja Mala.
"Hallo Mala kita ketemu lagi" ucap Raffi sambil tertawa pelan, yang di jawab anggukan oleh Mala.
"Kita gabung yuk ke yang lainnya dulu, ya hitung-hitung silahturahmi gitu" ucapnya kembali sambil menarik Mala ke arah yang lainnya. "Nah ini istriku Gigi dan ini anakku Rafa" ucap Raffi sambil mengenalkan mereka.
"Aku tahu kok kak Raffi, ini kak Gigi, dan ini si kecil Rafa" jawabnya sambil tertawa
"Aku kira karena kamu dari dulu di luar jadi enggak kenal loh Mal"
"Engga kok, aku engga seketinggalan itu kak Raffi ada-ada aja nih, anak yang paling kecilnya engga ikut ya kak?"
"Karena masih agak kecil jadi engga di bawa ya, soalnya kan ini acara formal, takut anaknya rewel nanti disini" jawab Gigi sambil memangku Rafa, Mala yang melihat interaksi ibu dan anak itu merasa iri sedikit.
"Mala ini kenalin juga mbak Nana, kalo yang ini ibu Meutia" ucap Raffi kembali mengenalkan yang lainnya.
"Hallo aku Mala" ucapnya kepada kedua orang yang berbeda jauh umur darinya.
"Iya kamu anaknya pak Prajoko kan", jawab Ibu Meutia sambil tersenyum.
"Oh ini yang studi di Amerika itu kan" ucap mbak Nana yang di balas anggukan oleh Mala.
"Kamu ambil studi apa di sana?" Tanyanya kembali.
"Aku kebetulan ambil kedokteran di Harvard mbak, ini juga habis transfer nilai ke UI kemarin" jawabnya
"Transfer nilai ke UI? Berarti secara engga langsung kamu juga mahasiswi UI dong, kita sama-sama UI" ucap mbak Nana yang dibalas tertawa oleh Bu Meutia dan senyuman oleh Mala.
"Kapan-kapan kita ngumpul yuk, sesama UI, sama si Teddy juga" ucap Ibu Meutia
"Haduh saya engga enak, saya mahasiswi transferan soalnya Bu" ucap Mala tersenyum malu-malu.
"Ya engga apa-apa, santai aja sama kita" jawab Ibu Meutia kembali.
Bersambung...
KAMU SEDANG MEMBACA
Ajudan | LENGKAP✅
Fanfiction(Completed) Disclaimer, just a fiction story. Cerita ini hanya karya fiktif, apabila ada kesamaan nama, tempat, serta alur cerita, itu adalah sebuah kebetulan tanpa unsur kesengajaan. Kemala HarjadiKusumo seorang calon dokter lulusan Harvard harus k...