Rombongan Bapak baru saja tiba cukup larut malam saat ini sekembalinya mereka dari Aceh. Para ajudan masuk dengan perlahan karena tidak ingin mengganggu yang lainnya sedang istirahat, namun salah satu adc bapak yang bernama Deril tidak sengaja masuk lebih dahulu dari bapak dan tidak sengaja menjatuhkan koper yang di bawanya dengan cukup keras.
Mala yang saat itu menunggu mereka sampai tertidur di ruang tamu terbangun karena kaget mendengar suara benda jatuh yang cukup keras, Deril yang menyadari kehadiran Mala di ruang tamu seketika bersuara "sorry.... Kenapa non tidur di ruang tamu?" Tanyanya bingung, seingatnya Mala bukankah punya kamar ya? Tanyanya dalam hati.
"Gausah formal pake panggilan nona atau non segala ya kalian, panggil aku Mala aja mas, iya ini aku nunggu bapak, sama ada perlu sama pak Teddy" jawabnya sambil mengucek mata.
Mala menghampiri Bapak dan mencium tangan Bapak "Bapak.... Kenapa pulang larut banget, di Aceh sana ada kendala ya?" manjanya sambil memeluk bapak dari arah samping dan menyandarkan kepalanya ke bahu bapaknya
"Bukan gitu nak, tadi ada ke beberapa tempat yang memang wilayahnya masih di Aceh, jadi bapak sekalian saja, kamu kok gak tidur di kamar saja? Kamu tidur jadi engga nyanyak kan, tulangmu sakit gak tidur di sofa situ?" Tanya bapak, sambil mengelus kepala dan punggung putri semata wayangnya.
"Oalah... Kabari toh pak, untung tadi aku lagi nonton, engga papa kok badanku aman, emang aku sengaja menunggu Bapak dan ada perlu sama pak Teddy" jawabnya sambil melirik ke arah Teddy, mendengar namanya di sebut Teddy menoleh menyimak obrolan ayah dan anak itu, ia pun juga menggelengkan kepalanya.
"Ada perlu apa memang sama Teddy?" Tanya bapak penasaran.
"Itu aku mau nanya soal kemarin pak, sama pak Teddy"
"Kirain ada apa, ya sudah bapak masuk dulu ya ke kamar mau bersihkan tubuh, lelah sekali seharian ini nak, sekalian mau istirahat" ucap Bapak sambil berjalan ke arah ruangan pribadinya di ikuti dengan Teddy dan Rizky.
Sesudah mengantar bapak ke ruangan pribadinya Teddy kemudian mencari-cari keberadaan Mala, ia khawatir jika ada hal penting tentang kemarin. Ternyata saat ini Mala sudah berada di lantai dua ruangan yang menyatu dengan kamar pribadinya. Ruangan itu memang tidak tertutup, jadi Teddy tidak perlu mengetuk pintu.
"Permisi Mala, ada apa ya? tadi saya dengar kamu mencari saya?"
"Ini pak... Saya mau menanyakan insiden di bandara kemarin, koper saya kan tuh ada dua ya itu ada dimana dan tas kecil sling bag saya juga ada dimana?" Tanya Mala dengan penuh harap cemas sambil menatap Teddy
"Oh tas koper sama tas kecil kamu yang itu, ada kok, kenapa ya mbak?"
"Saya mau mengurus koas saya pak, rencananya dalam waktu dekat saya mau mengajukan itu. Selain karena studi saya sudah selesai saya mau mengabdi menjadi dokter di negara ini" jelasnya.
Teddy sambil memperhatikan ekspresi Nala dengan seksama, wajah cemas, wajah seriusnya, pokoknya segala ekspresi yang Mala ciptakan.
"Untuk tasnya mungkin besok baru bisa saya bantu urus ya mbak, nanti jika mbak sudah ada skedul perkuliahan tolong kasih tau saya ya mbak, dikarenakan bapak meminta laporan kegiatan mba ke saya, selain itu bapak juga meminta mbak mengikuti giat bapak kalau kegiatan mbak lowong"
"Oke untuk tas, iya pak nanti akan saya infokan kegiatan saya, untuk giat bapak apa memang harus ya?" Tanyanya sambil mengerutkan kening, hei dia baru pulang setelah bertahun-tahun di luar negeri, ya memang bapaknya menteri tapi apakah memang harus?
"Iya mbak harus, dikarenakan bapak juga ingin mengenalkan koleganya ke mbak, selain itu selama ini kan bapak tidak ada pendamping" terangnya.
"Iya saya tahu pak, tapi kan pasti saat memasuki koas nanti saya akan sibuk sekali, tidak ada waktu untuk mengikuti giat Bapak"
"Justru itu mbak, bapak meminta saya untuk mengatur jadwal mbak, agar bisa mengikuti kegiatannya" jawab Teddy tenang.
"Oke nanti kita lihat saja ya pak ke depannya. Saya engga mau memberikan janji untuk selalu ikut giat bapak loh" jawab Mala sambil berlalu begitu saja dengan ekspresi sedikit kesal.
Teddy yang memperhatikan Mala begitu saja pergi hanya menggelengkan kepalanya pelan, ia melihat tingkah Putri bapak yang seperti anak-anak pikirnya.
Teddy berjalan ke arah ruangan para staff, ia melihat beberapa rekannya yang masih terjaga. Ada beberapa yang fokus bermain catur, ada beberapa yang bermain PS dan menontonnya.
"Kalian engga istirahat" tegurnya.
"Belum nih bang, tadi Abang Teddy dicariin Mala udah ketemu anaknya bang?" Tanya Agung yang sedang menonton Rajif dan Rizky bermain catur.
"Sudah. dia cariin tasnya, sama ada beberapa hal juga yang sudah saya sampaikan terkait giat bapak" jawab Teddy sambil mendudukkan dirinya di dekat para staff yang sedang bermain PS.
"Baguslah, anaknya pendiem ya bang?" Tanya Agung kembali bertanya, ia cukup penasaran dengan anak bapak itu.
"Engga sih kayaknya, mungkin karena sudah terbiasa tinggal di luar jadi agak pendiem, karena kan kalo di luar harus mandiri" jelas Teddy, dikarenakan sifat Mala ya menurut Teddy tidak pendiem, orang ekspresif gitu kok, ucapnya dalam hati.
"Emang gitu ya bang kalo kelamaan tinggal di luar?" Rajif menyela, yang di balas oleh Teddy dengan menaikkan bahunya, tanda ia juga tidak tahu. Memang sih sebelum dirinya bekerja menjadi ajudan bapak, dirinya sempat juga tinggal di Amerika, tapi kan pelatihan militer berbeda dengan warga sipil, yang dimana militer memang dituntut harus terbiasa mandiri, pelatihannya saja sudah berat dari jamannya Akmil.
"Saya pulang dulu ya, besok saya mau mengurus tas dan koper Mala, saya juga minta tolong Rajif dan Agung nanti siapkan adc lainnya ya kalo mbak Mala keluar, kita harus siaga" ucap Teddy sambil bersiap untuk pulang, ia berdiri dari tempat para staff bermain PS, ia berjalan menghampiri mejanya dan mengambil jaket yang tersampir di kursi.
Bersambung...
KAMU SEDANG MEMBACA
Ajudan | LENGKAP✅
Fanfic(Completed) Disclaimer, just a fiction story. Cerita ini hanya karya fiktif, apabila ada kesamaan nama, tempat, serta alur cerita, itu adalah sebuah kebetulan tanpa unsur kesengajaan. Kemala HarjadiKusumo seorang calon dokter lulusan Harvard harus k...