• | chapter 20

1.9K 84 1
                                    

"Bengong aja ini anak, padahal tadi habis terima tamu, tadi siapa memangnya?" Tanya Agung, seraya menepuk dan menggoyangkan pundak Rajif yang duduk disebelahnya, iya sekembalinya Rajif ke ruangan para staff setelah menemani bapak tadi untuk menerima tamu, Rajif lebih sering diam dan tidak fokus bekerja, sehingga agung ajak diskusi jadwal bapak besok saja ia bagaikan bicara dengan angin lalu. Tentu hal itu membuat Agung jadi keheranan dibuatnya. "RAJIF!" Teriak Agung di kuping Rajif.

"Iya gue dengar. Engga usah teriak segala Gung, kuping gue masih sehat" jawab Rajif sambil memutar bola matanya malas.

"Lagian diajak diskusi bukannya nyaut, malah diem aja, awas ketemplokan setan penunggu ruangan ini loh, enggak tanggung jawab gue ya!" Ucap Agung sebal.

"Jadi sampe mana tadi Gung?" Tanya Rajif ulang.

"Nah gitu tuh kalo diajak ngomong kurang fokus, kurang air kayaknya" Jawab Agung kembali.

"Iya maaf-maaf...."

"Itu loh, Bang Teddy kan masih jaga Mala ya di rumah sakit. Sedangkan besok ada jadwal dadakan bapak ke rumah mantan presiden, Bang Teddy gimana terusnya?"

"Iya tinggal kabarin aja sih Agung apa susahnya, justru kalo kita enggak bilang malah abis kita sama Bang Teddy"

"Yaudah lu yang kabarin ya jif, gue kabarin Agni minta jaga Mala di rumah sakit" tutup Agung. "Sama gue mau nanya, tadi siapa yang datang jif? Gue kan daritadi lagi buat laporan yang diminta Bang Teddy jadi enggak tahu" tanya Agung penasaran.

"Tadi tuh yang datang Bu Widyawati, sudah-sudah, kerja-kerja, kata lu balik kerja tadi" jawab Rajif.

-000-

"Gimana jif? Ada jadwal kunjungan ke rumah mantan presiden besok?" Teddy mengerutkan keningnya, sambil melihat ke arah Mala yang sedang berusaha untuk mendudukkan dirinya.

"..."

"Dadakan banget ya, tolong cek jif seragam saya PDL ada enggak di lemari saya? Kalo ada jadi saya enggak usah pulang"

"...."

"Oh oke, makasih ya jif, Agni sudah di infokan?"

"....."

"Oke baik, nanti kabarin Agni ya, malam sekitar jam tujuh dia sudah ada disini, makasih jif".

Setelah menutup telepon Rajif, Teddy segera menghampiri Mala yang tampak masih kesusahan untuk bangun dari tidurannya.

"Sudah tiduran rata dulu aja, engga usah duduk-duduk dulu, kata dokter kamu harus bed rest loh" ucap Teddy sambil melihat ke arah Mala.

"Minum" jawab Mala.

"Oh mau minum, bilang dong, engga usah nekat mau ambil sendiri" ucap Teddy yang di balas Mala mengedipkan matanya. Teddy yang merasa bahwa Mala nampak lucu dengan mengedipkan mata hanya dapat untuk mengusap kepala sang gadis.

Teddy memberikan gelas yang terdapat sedotan ke arah Mala, langsung tandas air yang ada di gelas itu, tandanya ia benar-benar kehausan.

"Mala saya mau bicara" ucap Teddy pelan. Gadis itu tampak menunggu kalimat selanjutnya yang meluncur dari mulut Teddy. "Hari ini saya ijin pulang dulu ya ke Hambalang, besok saya harus menemani bapak untuk ke rumah mantan presiden. Nanti Agni menginap dulu disini" tambahnya yang hanya di balas anggukan singkat oleh sang gadis.

Teddy melihat jam yang berada di pergelangan kanannya, "masih jam enam kurang rupanya" batinnya.

Sebuah ketukan pintu menyadarkan Teddy yang tadinya melihat jam itu.

Ajudan | LENGKAP✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang