• | chapter 42

1K 69 7
                                    

"Kemala... Mau kemana hei? Tunggu!" Teriak Agni dari kejauhan, ia berlari untuk segera menghampiri Mala, tampak Mala saat ini sudah berada di ujung lorong dekat taman rumah sakit.

Sementara Mala menengok ke arah orang yang memanggil namanya dengan sangat lantang itu, "hei apa-apaan itu Agni, bikin malu aja?" Ucap Mala dalam hati, gadis itu menepuk keningnya pelan, ia merasa malu saat ini, di lingkungan kampus bisa-bisanya Agni bertingkah seperti itu. Tanpa diteriaki juga dirinya tidak akan kabur.

Ia kemudian menengok ke arah taman kembali, untuk memastikan keberadaan seorang pria yang mendorong kursi roda seorang gadis itu, namun keberadaan mereka seolah nihil alias tidak ada.

"_Mala..." Ucap sang Ajudan kembali.

"Iya" jawabnya dengan nada malas, ia juga memutar matanya malas, merasa enggan menanggapi, karena ajudannya itu memecah konsentrasinya yang sedang menguping pembicaraan.

"Mau kemana?" Ucap Agni lagi, ingin memastikan anak jendralnya ini mau kemana sebenarnya? Bukan saat ini waktu mereka untuk pulang?

"Enggak kemana-mana, kamu enggak lihat aku diem disini"

"Sudah kan urusan di rumah sakit?" Tanya Agni sambil melihat pergelangan tangannya yang tersemat jam di sana.

"_Hmm..."

"Oke... kita pulang ya, sekarang" ucap Agni.

"Oh iya Agni, kamu tahu hari ini jadwal mayor Teddy apa saja ya?" Tanyanya sambil memandang ke arah Agni untuk mencari jawaban.

"Sayang banget... Saya enggak tahu jadwal mayor Teddy. Saya kan bukan ajudan atau asistennya beliau" jawab Agni sambil melihat jauh ke depan, mereka bersamaan berjalan ke arah parkir mobil kampus.

"Kamu punya kontak ajudan atau asistennya kah?" Tanya Mala, jujur ia ingin memastikan sesuatu, ia tidak ingin memupuk pertanyaan di benaknya saat ini, urusan rumah sakit saja membuatnya cukup pusing.

"Saya juga belum minta sayangnya. Waktu itu kan hanya dikenalkan kepada Sertu Taufik sebagai asisten mayor Teddy, tapi ya hanya sebatas pengenalan gitu Mal" ucap Ajudannya kembali.

"Kamu tuh gimana sih jadi Ajudan?" Ucap Mala dia merasa gregetan sekali dengan jawaban ajudan satu-satunya ini, mengapa tidak inisiatif.

"Ya maaf... Nanti kalo saya ketemu lagi, saya minta deh" ucap Agni memasuki mobil dari arah sebelah kanan dan kemudian ia duduk di belakang kemudi.

Mala hanya diam, terlalu malas untuk menanggapi sang ajudan, jika saja ajudannya ini masnya, pasti dia sudah gerak cepat untuk menerima informasi penting.

Ngomong-ngomong soal masnya, kenapa orang itu mirip sekali ya dengan masnya? Mala jadi pusing di buatnya, mas-nya itu berangkat ke Riau atau itu hanya sebuah alasan? Mas tidak mungkin membohonginya kan? Saat ini Mala merasa tidak tenang karena memikirkan ribuan pertanyaan di benaknya.

-000-

"Mala pulang" ucapnya saat sampai di rumah Kartanegara, di sana terdapat Rizky dan Agung yang sedang bermain catur, Rajif yang sedang asyik bermain ponsel, kemudian Rendy yang sedang melakukan siaran langsung.

"Sudah sampai Mal" ucap Agung mengalihkan pandangannya dari papan catur ke arah Mala.

"Iya mas" ucap Mala sambil berlalu masuk ke dalam rumah.

"Agni sini deh" panggil Rajif.

"Itu kenapa Mala? Wajahnya kok lesu gitu" walaupun Rajif bermain ponsel, dia lumayan cepat tanggap juga dengan situasi sekelilingnya, Rajif tahu dari suara Mala ada yang tidak beres.

Ajudan | LENGKAP✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang