Saat ini para staff bapak sudah berkumpul di meja makan, untuk makan siang bersama seperti biasanya. Beda halnya dengan seorang gadis yang berada di salah satu kamar yang terletak di lantai satu itu, ia belum bisa bergerak terlalu banyak. Sesuai perkataan bapak semalam, jika dirinya harus istirahat penuh selama beberapa waktu ke depan.
Bi Pur juga saat ini tengah menata makan siang yang di buat oleh chef di dapur, ia di bantu oleh beberapa para asisten rumah tangga lainnya.
"Bi Pur, Mala sudah di antar untuk makan siang?" Tanya bapak dengan suara khasnya, sambil melihat ke beberapa makanan yang sudah tersaji di meja.
"Belum Pak, untuk nak Mala masih di siapkan oleh para chef, sepertinya sebentar lagi jadi, tadi sudah disiapkan untuk buburnya di atas nampan".
Bi Pur masih meletakkan beberapa hidangan lagi di meja dan kembali menuju ke dapur, untuk memastikan apakah makanan Mala sudah jadi atau belum, di karenakan nantinya akan ia bawa ke kamar anak majikannya itu.
Bi Pur kembali keluar dari dapur membawa sebuah nampan yang berisi semangkuk bubur di suir ayam, soup kaldu, telur rebus, dan juga air putih beserta sebuah teko kecil berisi air untuk tambahan refill.
Teddy sempat melihat ke arah Bi Pur yang sepertinya kewalahan, ia bangun dari tempatnya duduk di samping bapak, "Bi Pur.. saya bantu bawa ya" ucapnya menawarkan diri.
"Makasih pak mayor! Tapi engga usah, biar saya aja yang bawa" jawabnya pelan sambil tersenyum ke arah Teddy, namun dengan sigap Teddy mengambil nampan itu. Sontak para perintilan bapak yang berada di meja seperti Rizky, Agung, Rajif, Deril, Rendy, dan juga Lino tampak saling pandang dan tersenyum ke arah Rizky, sementara Rizky yang di tatap hanya diam dan mengangkat bahunya acuh.
"Sudah engga apa-apa bibi, saya ke kamar Mala dulu ya" tutup Teddy, bapak yang juga melihat hal itu ikutan tersenyum di buatnya.
-000-
Pria itu sempat mengetuk pintu kayu itu beberapa kali, sebelum dirinya masuk kamar yang di huni oleh anak bapak, di rasa tidak ada jawaban, ia masuk perlahan, sambil membuka pintu itu lebar-lebar, di khawatirkan terjadi sesuatu yang tidak-tidak.
Ia melihat seorang gadis yang baru saja terbangun dari tidurnya, "Ia mas Teddy" ucapnya sambil menguap lebar, tentu saja hal itu menjadi pemandangan bagi Teddy.
"Eh maaf pak" ucapnya sambil menutup mulutnya dan tersenyum malu, ia sadar dirinya menguap sangat lebar.
"Saya kok masih di panggil bapak heran saya" ucapan Teddy tentu membuat gadis itu tersenyum lagi.
"Iya maaf mas, ada apa ya?"
"Saya bawain kamu makan siang, itu di meja, kamu mau makan sekarang engga?" Tentu hal itu mendapat anggukan dari si gadis. Ia sangat lapar sekarang, mengingat sudah masuk siang hari dan dia belum makan apapun.
"Kamu sudah bisa makan sendiri kan Mal?" Tanyanya sambil melihat ke tangan Mala yang sudah tidak tertutupi oleh perban.
"Iya... Sudah bisa kok aku makan sendiri, tolong bawain kesini aja ya mas" ucapnya sambil memandang sebuah nampan yang berada di meja.
Teddy mengambilkan perlahan dan menaruh nampan itu tepat di pangkuan Mala.
"Makan perlahan ya. Kalau sudah taruh di sampingmu dulu saja, nanti mas bilang ke Bi Pur minta diambilkan mangkuk bekasnya. Mas balik ke ruang makan dulu ya, mau lanjutin makanan mas" ucap Teddy sambil mengelus kening Mala, sebelum akhirnya dirinya pergi keluar kamar, sambil menutup rapat pintu kamar.
"Baik banget itu orang, jangan jatuh cinta Mala, inget yang terakhir" batinnya berteriak, ia jadi teringat setelah putus kemarin dirinya juga di pergoki oleh Teddy, untung hanya terlihat menangis.
-000-
"Mayor Teddy... Setelah kamu makan, kamu ke ruangan saya dulu ya, ada yang ingin saya bicarakan, penting" ucap Bapak yang kemudian bangkit dari kursinya setelah menyelesaikan makan siangnya. Teddy yang mendengar bapak hanya dapat menganggukan kepala tanda siap, selain itu dirinya juga saat ini masih mengunyah makanan.
Teddy dengan tenangnya masih melanjutkan makan siang, sementara yang lain beberapa sudah kembali ke ruangan mereka, hanya tersisa Rendy dan Agung di meja itu.
"Kakaks" Teddy hanya memandang ke Rendy sambil meneruskan memakan sate.
"Bang Rizky kayaknya suka sama Mala, Kakaks ada tertarik juga enggak sama anak bapak itu?" Tanyanya penasaran setelah melihat Teddy membawakan nampan itu. Pria itu hanya membalas mengangkat bahunya.
"Ada-ada saja kamu bang Rendy, ya dia suka dan tertarik kan itu urusan dia, kalo saya sih rahasia bang"
Teddy menyelesaikan makan siang itu dengan santai, karena hari ini dirinya tidak di buru-buru jadwal kegiatan bapak, mengingat jadwal bapak hari ini hanya berada di ruang kerjanya saja, tidak ada kunjungan. Membuat hari Teddy sedikit tenang dibuatnya.
-000-
"Duduk Ted! Santai. Saya mau ngomong perihal serius tapi santai saja, engga usah tegang gitu" ucap Bapak yang melihat ke arah Teddy yang masih terpaku di tempatnya.
"Jadi gini, soal insiden kemarin kan belum selesai juga ya, pihak kepolisian dan TNI katanya juga menutup kasus ini, dikarenakan Mala sendiri dalam kondisi baik-baik saja saat ditemukan. Saya bermaksud ingin menjodohkan kamu sama anak saya, agar anak saya bisa lebih aman di bawah perlindungan kamu" tutur bapak yang sontak membuat Teddy terheran-heran, kenapa tiba-tiba di jodohkan ini.
"Iya pak, kasus itu menguap begitu saja setelah Mala ditemukan, syukurlah dia juga gapapa. Maaf pak untuk di jodohkan saya tidak bisa, ada beberapa hal yang membuat saya tidak ingin di jodoh-jodohkan" tutupnya.
"Saya tahu, kamu masih trauma kan untuk menjalin hubungan? setelah calon tunangan mu yang di jodohkan itu, memutuskan untuk kabur keluar negeri" jawab Bapak pelan di akhir kalimatnya, Teddy hanya dapat melihat ke arah bapak dan menghela nafas lelah, apa yang sudah di sembunyikannya dengan mudah terbongkar sudah.
"Saya rasa anak saya tidak akan melakukan hal seperti itu Mayor" ucap bapak kembali.
"Sejujurnya saya memang ada ketertarikan dengan Mala belakangan ini pak, tapi saya sadar, saya hanyalah seorang Mayor dan dia anak jendral, terlalu jauh. Apalagi dengan dia calon dokter dengan penuh prestasi saat berkuliah di luar negeri" Teddy berterus terang kepada bapak.
"Saya tidak masalah untuk itu. Jangan merendah Ted, kamu juga bukan sembarangan, prestasi kamu sewaktu di sekolah ranger juga patut di apresiasi, kamu juga seorang mayor kopassus, kamu itu juga sudah saya anggap anak sendiri loh, saya ijinkan kamu mendekati anak saya" tutup bapak memberikan restunya.
"Makasih pak" jawab Teddy dengan sungguh-sungguh, restu sudah ia dapatkan. Tinggal anaknya saja mau sama dirinya atau tidak. "Semoga saja, semua yang akan di usahakannya nanti berjalan dengan lancar" ucapnya dalam hati.
Bersambung...
KAMU SEDANG MEMBACA
Ajudan | LENGKAP✅
Fanfiction(Completed) Disclaimer, just a fiction story. Cerita ini hanya karya fiktif, apabila ada kesamaan nama, tempat, serta alur cerita, itu adalah sebuah kebetulan tanpa unsur kesengajaan. Kemala HarjadiKusumo seorang calon dokter lulusan Harvard harus k...