(P.O.V TEDDY (2) | chapter 46

1.1K 84 5
                                    

Seharian ini aku disibukan untuk ke Jakarta dan Depok, mengurus keperluanku dan juga memeriksa berbagai keperluan bapak, jelang pelantikannya menjadi seorang presiden, jujur aku sangat bangga kepada beliau, bisa sampai di tahap itu.

Beruntungnya aku juga di bantu oleh Taufik dan juga Agni, jadi tugasku kurang lebih terselesaikan sesuai waktunya.

For your information. Agni tidak hanya menjadi ajudan dan pengawal bagi Mala, namun dia juga merangkap untuk membantu keperluanku yang lain.

Aku harus bolak-balik Jakarta-Depok juga karena sebentar lagi masa baktiku sudah berakhir sebagai ajudan bapak, nantinya tugas sebagai ajudan untuk sementara waktu akan di teruskan oleh Mas Bambang, suami mbak Nada.

Tugasku sebagai Wadan juga sudah mulai banyak, aku harus memantau latihan para prajurit, mendampingi komandan jika ada kegiatan di markas, dan kegiatan lainnya yang tidak bisa aku jabarkan.

Aku jadi teringat beberapa hari yang lalu, dimana tunangan sekaligus calon istriku memutuskan pertunangan kami, sejujurnya aku ingin mengejarnya, namun aku ingin memberikan dia waktu untuk berpikir jernih.

Aku tidak ingin membuatnya makin menjauh jika aku memaksa untuk menjelaskan soal Alena. Yang jelas di hatiku sudah tidak ada sosok Alena sedikitpun.

Aku teringat pembicaraanku dengan Mama, setelah Kemala memutuskan hubungan pertunangan kami secara sepihak.

"Mama... Saat ini kondisi sedang kacau, aku sedang berada di rumah sakit untuk menemani Alena, mama tahu, siapa dokter yang membantu untuk operasi Alena?" Ucapku melalui telepon yang tersambung kepada mama, saat itu aku kalut.

"Kenapa dek, Suara kamu kok gitu banget? Tarik nafas dulu, ngomongnya perlahan. Memang siapa dokternya?"

"Dokternya itu Mala ma... dia sekarang kecewa banget sama aku. Pokoknya aku sudah tidak mau ada urusan lagi dengan Alena. Pertunangan aku kacau jadinya" ucapku dengan penuh penekanan di akhir kalimat, aku menghela nafas berat.

"Tadi mama juga sudah bicara sama Ibunya Alena, dek. Mama sudah memintanya untuk mengurus Alena, ini kan juga bukan tugas kita mengurus dia, kenapa jadi kita yang di repotkan" kenapa mama tidak dari awal saja tegas menolak, kalo dari awal menolak, tidak mungkin akan ada masalah antara aku dan Mala.

"Terus gimana reaksi Ibunya?" Aku jadi penasaran dengan mantan calon mertuaku.

"Ibunya meminta maaf kepada mama, karena merasa di repotkan dalam mengurus Alena. katanya akan flight besok. Untuk Kemala, biarkan menantu mama tenang dulu ya Ted, kamu kasih waktu dan kasih jarak dulu, agar dia bisa berpikir jernih" kasian mama jadi serba salah begini jadinya karena mantan tunanganku itu.

"Aku enggak tenang ma, Mala memutuskan pertunangan kami secara sepihak.. dia mengembalikan cincinnya" Aku melihat cincin pertunangan milik Alena yang berada di telapak tanganku.

"Yaampun separah itu?"

"Iya ma, separah itu"

"Nanti mama hubungi Kemala ya, untuk menjelaskan pokok permasalahan ini" aku dengar mama juga menghela nafasnya di ujung sana, jadi rumit begini.

"Makasih ma sebelumnya, tapi menurutku enggak usah ma, biar Teddy saja yang jelaskan langsung ke Mala" aku dengan tegas menolak.

"Kamu yakin?"

"Iya, aku yakin. Nanti aku akan bicara dengannya, setelah mengantar bapak kembali ke Hambalang" jawabku meyakinkan, ini hubunganku dan masalah kami, jelas harus aku yang menangani sendiri, tanpa melibatkan pihak lain.

"Ya sudah, kamu kembali saja bekerja. Ada dokter dan suster juga di sana, ibunya besok juga kembali, urusan kita sudah selesai dengan keluarga mereka".

Ajudan | LENGKAP✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang