• | chapter 47

1.3K 86 4
                                    

"Agni... Mala dimana?" Bisik-nya ia mencolek gadis itu, hingga Agni menyadari kehadirannya. Saat ini ia melihat kehadiran Agni, ia berada di dekat para staff yang berada di ruang tamu, namun ia sama sekali tidak melihat kehadiran Mala, saat ini ruang tamu itu juga masih ramai oleh para tamu pemenangan bapak sebagai presiden. Sangat sulit menemukan gadis kesayangannya itu.

"Maaf pak mayor, disini gaduh sekali. Ada apa?" Tanya Agni ulang.

"Mala, dimana dia?" Ucap mayor itu mengulangi pertanyaannya.

"Oh Kemala, dia kembali ke kamarnya. Dia merasa tidak enak badan" jawab Agni menanggapi pertanyaan pria yang ada di hadapannya.

"Bukan tadi dia sehabis jajan? Sakit karena jajanannya?" Tanya Teddy, ia jadi teringat tadi Mala banyak jajan di depan Hambalang.

"Bukan sepertinya pak. Memang agak pucat sedikit, setelah kita kembali dari luar"

"Sudah kamu panggilkan dokter, Agni?"

"Tadi Kemala hanya ingin beristirahat pak, setelah itu dia langsung ke kamar" jelas Agni, seingatnya setelah dari luar, anak atasannya itu mengambil jalan yang berbeda untuk masuk ke kamarnya.

"Ya sudah, saya periksa dulu kondisinya. Kamu bersiaga di dekat bapak dulu, khawatirnya bapak butuh apa" Agni menganggukan kepalanya, kemudian berjalan menghampiri ke dekat bapak. Sementara Teddy langsung naik ke kamar tunangannya itu.

Teddy mengetuk pintu kamar Kemala dari luar, ia menjadi khawatir, mengapa tunangannya itu pucat? Salah makan atau apa? Atau jangan-jangan melihat dirinya di peluk Alena tadi?

"Sayang, mas masuk ke dalam ya" panggil Teddy sambil memutar handle pintu itu, namun saat dia mendorong gagang pintunya terkunci dari dalam. "Sayang" Teddy terus mengetuk pintu itu, ia merasa panik, ia takut tunangannya pingsan di dalam.

Teddy mengeluarkan ponsel dan segera mencari nomer Lino, ia ingin meminta duplikat kunci kamar Mala.

"Hallo Lino.. tolong cepat kamu cari kunci duplikat kamar Mala, sekarang" ucapnya tergesa.

"...."

"Sudah, enggak usah banyak tanya dulu" bisa saja pintu ini Teddy dobrak, namun dengan kondisi rumah Hambalang masih banyak orang, apa tidak menjadi pertanyaan bagi mereka.

Teddy masih mengetuk pintu itu, berharap Mala membukanya.

"Pak Teddy, ini kuncinya" Lino menyerahkan kunci itu ke tangan Teddy.

"Makasih ya Lin, kamu kembali saja ke bawah" suruhnya, Lino segera kembali ke lantai bawah, untuk menerima para tamu yang masih terus berdatangan.

Teddy memasukan kunci dan mendorong pintu kamar Mala, kini ia melihat gadis itu sedang asyik nonton drakor? Apa dia tidak mendengar di luar Teddy sudah panik sekali, untung dia minta kunci sama Lino juga, jadi dia tidak mondar-mandir dibuatnya.

"Sayang" panggilnya, gadis itu menengok ke arah Teddy dengan wajah cemberutnya.

"Kenapa?" Tanyanya dengan raut wajah yang judes.

"Mas panggilin kamu dari luar, mas ketuk pintunya juga. Kenapa kamu engga respon? Minimal bukain pintu gitu?" Tanya masnya dengan wajah penuh keheranan.

"Sudah puas belum di peluk sama mantan tunangannya?" Tembak Mala, seketika wajah mas yang kini menjadi pucat.

"Maksud kamu apa?" Tanya Teddy, apa Mala melihat dirinya tadi sehingga gadis itu masuk ke kamarnya? Tapi apa mungkin?

"Iya tadi di taman. Aku lihat kamu di peluk dia. Aku bingung ya bisa banget itu orang, sudah tahu baru selesai operasi, bukan waktunya di pakai untuk istirahat tapi malah jalan keluar, sudah gitu nyari tunangan orang pula" cerocos Mala, saat ini mood gadis itu masih tidak baik.

Ajudan | LENGKAP✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang