"Gila. Semuanya sudah gila."
"Semua orang di sekolah ini sudah gila!"
"Akan kuungkap! Semuanya sudah gila!"
Pemuda itu buru-buru membuka ponselnya, menjawab panggilan masuk dengan tergesa-gesa. "Semua orang di sekolah ini, baik murid ataupun guru, sudah gila!" Ia berteriak, membentak orang yang menghubunginya.
"Aku tak peduli! Akan kuungkap. Akan kuungkap semua kegilaan di sekolah ini!" sambungnya. Terlalu fokus dengan ponsel di tangannya, ia tak sadar jika langkah kakinya sudah membawanya keluar dari jalanan sempit.
Terlihat sebuah mobil melaju dari arah kiri, menabraknya membuat tubuhnya melayang mengenai kaca depan kendaraan roda empat itu sebelum jatuh terguling dengan darah yang keluar dari mulutnya.
Rupanya panggilan masuk yang sempat ia terima masih tersambung, jemari tangannya bergerak untuk mengambil benda persegi pintarnya menggunakan tenaga yang tersisa. Namun, sayang, tubuhnya terlalu sakit untuk digerakkan, bahkan napasnya terasa sudah berada di pangkal tenggorokan. Pada akhirnya usahanya sia-sia, panggilan terputus sepihak bersamaan dengan nyawa yang hilang dari tubuhnya.
Kang Inhan
Sebuah tanda pengenal terjatuh tak jauh darinya. Dapat disimpulkan jika pemuda itu adalah pemiliknya. Kang Inhan, upaya untuk mengungkapkan kegilaan sekolahnya tak berjalan mulus, atau bisa dibilang ia sudah gugur padahal perang belum dimulai.
= = = = =
Pagi hari yang cerah ditambah semilir angin menyejukkan, di sebuah tempat bernama SMA Jooshin terlihat banyak remaja berlarian menuju pintu masuk dan koridor yang mengarah ke kelas mereka. Sebuah mobil berhenti tepat di depan pintu masuk, tanpa membuka kacanya pun seisi sekolah sudah tahu siapa yang berada di dalamnya.
Kim Rian dan Kim Arin, sepasang kakak beradik kembar yang dikenal memiliki kepribadian hampir sama. Keduanya sama-sama terkenal dingin tak tersentuh, bedanya Rian masih bisa diajak berkomunikasi meski hanya bersama teman dekatnya berbanding terbalik dengan Arin ㅡsang kakakㅡ.
Meski begitu, Arin tetap menjaga kesopanannnya, berbicara mengenai attitude sudah jelas Arin berada di posisi paling atas dibanding saudara kembarnya dan juga murid-murid lain terutama ketiga teman Kim Rian.
Hari ini akan ada upacara pembukaan tahun ajaran baru, semua guru dan murid diwajibkan berkumpul di aula untuk mendengar penyambutan dari kepala sekolah dan juga murid baru. Arin hanya diam dengan wajah datarnya ketika yang lain bertepuk tangan. Meski sorot matanya lurus ke arah panggung dan telinganya sibuk mendengarkan, tetapi pikirannya melayang entah kemana.
"Kenapa terus memilih murid beasiswa yang tak bisa bertahan lama?" Pertanyaan Woojin menarik kesadarannya, ia melirik ke arah belakang tempat dimana Woojin duduk.
"'Berikan kesempatan pada anak miskin.' Noblesse oblige. Mereka tak bisa melepas itu," ujar Hera menjawab Woojin.
"Kepala sekolah?" tanya Woojin lagi.
"Bukan. Pemilik sekolah, orang tua mereka." Arin sadar jika dua pasang mata menatap punggungnya, namun ia tidak memedulikan itu dan tetap fokus pada pemuda yang berdiri di atas panggung.
"Selamat pagi, teman-teman, para senior dan junior. Namaku Kang Ha. Aku meraih nilai sempurna di ujian beasiswa..." Kalimatnya terhenti kala pintu aula terbuka. Muncul pemuda yang dikenal seantero sekolah dengan wajah angkuhnya diikuti satu pengikut setianya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Hierarchy
Fanfiction"Aku akan mengungkap semuanya, semua kebusukan yang ada di sini. Dan aku siap menanggung konsekuensinya, entah itu diasingkan atau kehilangan nyawa." Karya asli milik: Chu Hyemi