18

224 47 2
                                    

Yunseok menatap foto yang baru ia lihat dan Taeho secara bergantian. Di foto tersebut ada pemuda yang kini berdiri di hadapannya juga Kang Ha dan Inhan yang tak pernah ia duga sebelumnya. "Sial, kau membuatku tercengang," katanya tanpa mengendurkan cengkeraman pada leher Taeho.

"Ini Park Taeho, putra pemilik Hotel Jaeyul? Ibumu seorang PSK? Kau anak haram?" Rentetan pertanyaan itu tak dijawab oleh Taeho, ia hanya diam takut dengan orang-orang di depannya.

"Dia tak pernah tinggal di AS, dia anak dari hasil perselingkuhan, dia satu SMP dengan Kang Ha dan Inhan, lalu dia buat identitas baru." Fakta yang selama ini Taeho sembunyikan, terungkap semuanya dari mulut Chanmin.

"Lepas ini, kenapa kau memakainya?" Yunseok melepas kasar dasi yang dikenakan Taeho, benda itu yang membedakan antara siswa biasa dengan siswa beasiswa.

"Jadi, apa statusnya? Dia disebut apa? Ibunya PSK dan ayahnya konglomerat? Jenis baru ini harus diberi nama." Pertanyaan Hera diabaikan oleh Yunseok, pemuda itu menendang kaki Taeho membuatnya mengaduh kesakitan.

"Ada manusia setengah hewan. Dia kaya setengah miskin?" lanjut Hera mengundang tawa Yunseok dan yang lainnya.

"Tunggu. Jika dia satu SMP dengan anak anjing itu, artinya selama ini dia tahu? Dia tahu segalanya. Kau membodohi kami?" tambahnya, menyebabkan situasi semakin panas.

"Itu... maksudku..." Taeho hendak menyangkal, tapi sepertinya Yunseok tidak sabaran, kartu yang ada di tangannya dilempar ke arah Taeho membuat wajah pemuda itu berpaling.

"Sial. Apa maksudmu? Bicara yang benar, menjengkelkan. Menyenangkan telah membodohi kami? Oi, menyenangkan, ya? Itu menyenangkan? Jawab."

"Maaf, Yunseok." Hanya ada kata 'maaf' yang terucap, bahkan Taeho terus menyebut kata tersebut meski telapak tangan Yunseok berulang kali mendarat di pipinya.

"Berhenti!" Bak pahlawan super, Kang Ha datang di waktu yang tepat meski agak terlambat. Atensi yang awalnya terpusat pada Taeho, kini berpaling ke arahnya.

"Taeho, temanmu datang," kata Yunseok. "Kalian berteman sejak SMP?" lanjutnya bertanya.

"Kang Ha." Taeho memanggil, seolah meminta bantuan dari temannya itu.

Kang Ha beranjak maju, ia melepas cengkeraman Yunseok pada leher Taeho. Taeho terbatuk begitu dirinya sudah tak lagi dicekik dan Yunseok mundur beberapa langkah akibat dorongan Kang Ha.

Perkelahian dimulai, semuanya berawal dari Yunseok yang mengatakan jika dirinya menggali informasi mengenai latar belakang Kang Ha hingga mengancamnya. Seluruh perhatian kini tertuju ke belakang kelas, tempat dimana perkelahian terjadi.

Tak peduli dengan perkelahian antara Kang Ha dan Yunseok, Hera membagikan undangan pesta perpisahan Jae-i pada Bada dan Yeji. Juwon yang mendengar langkah kaki dari luar kelasnya menoleh, melihat lelaki dewasa yang hanya diam menonton perkelahian tanpa ada niat untuk memisahkan, lelaki itu pergi setelah beradu tatap dengannya.

Juwon mengedarkan pandangannya ke seluruh penjuru kelas, teman-temannya tampak tidak terganggu oleh keributan antara Yunseok dengan Kang Ha, hingga suara tepuk tangan menghentikan semuanya.

"Ada apa? Mengapa kalian berhenti?" Tak ada satupun yang menjawab, Yunseok bahkan diam meski salah satu tangannya masih mencengkeram kerah seragam yang dikenakan Kang Ha.

"Sudah lama aku tidak melihat perkelahian secara nyata. Sial, aku tidak tahu jika Jooshin memiliki banyak pecundang dan calon atlet tinju profesional," sindirnya memukul telak Yunseok juga Chanmin beserta para pengikutnya.

"Sejak kapan kau berdiri di situ?" tanya Rian yang sedari tadi diam saja.

"Aku datang bersama Kang Ha." Arin menjawab, posisinya masih sama, yakni bersandar sambil bersedekap dada.

"Kalian tahu, 'kan? Di negara ini, ada yang namanya penjara remaja." Semuanya terdiam, bahkan Rian yang ingin berbicara pun kembali bungkam.

"Yunseok, perhatikan tanganmu." Refleks, Yunseok melepas tangannya yang mencengkeram kuat kerah Kang Ha.

Arin melangkah meninggalkan tempatnya, ia mengambil buku tahunan sekolah yang terlempar jauh dari tempat Yunseok berdiri. "Kau tahu apa tindakanku selanjutnya, bukan? Kau, lalu Chanmin." Ia menunjukkan foto Kang Ha, Inhan, dan Taeho yang sedang tersenyum lebar. "Apa yang akan kalian terima saat aku telah mengetahui jika kalian menyakiti teman-temanku?"

"Semua yang kalian perbuat, jangan sampai Arin mengetahuinya."

"Memang kenapa?"

"Dia lebih mengerikan dibanding apa yang kalian lihat. Kehidupan kalian akan hancur dalam sekejap jika dia tahu pelaku yang membuat orang terdekatnya terluka."

Yunseok masih ingat ucapan Rian tempo lalu, sebelum ia juga teman-temannya memukuli Inhan.

Tatapan keduanya bertemu, baik Kang Ha maupun Arin sama-sama terdiam. Arin menarik tangan Kang Ha, membawa pemuda itu pergi meninggalkan kelas yang menyesakkan. Melihat Kang Ha pergi, Juwon pun menarik Taeho menuju toilet sekolah.

• • •

"Terima kasih." Tak ada jawaban yang Kang Ha terima, ia pun menoleh ke arah Arin yang diam sambil melamun.

"Pamanku bilang, membantumu mungkin bisa saja membayar kesalahanku pada Inhan. Dulu, saat Inhan dirundung, aku tidak pernah mengetahuinya. Inhan selalu menyembunyikannya, dia tak pernah menemuiku sebelum luka fisiknya sembuh. Entah apa maksudnya, mungkin dia tak ingin aku melihatnya terluka. Namun, jauh dari itu, aku merasa seperti orang bodoh karena tak tahu dia menyimpan semuanya sendiri."

"Kau juga." Kang Ha memangku kedua tangannya di atas pagar pembatas atap, sorotnya menatap lurus ke arah objek di depannya.

"Aku pernah mendengarnya, kalian sama-sama memikul beban yang berat, kalian sama-sama saling bersandar dan saling mengandalkan. Dia mugkin tidak mengetahuinya, tetapi aku memahaminya."

Senyum kecil terlukis, Arin terlihat sangat menikmati semilir angin yang menyapu wajahnya. "Andaikan aku tidak pergi ke Kanada, andaikan aku tetap menemaninya, andaikan aku tak mengenalnya dan menaruh perasaan padanya, mungkin sekarang dia masih ada di sini bersamamu."

"Kang Ha," panggil Arin membuat Kang Ha menoleh ke arahnya. "Ingin tahu sesuatu?" Kang Ha berdeham sebagai jawaban, Arin menarik napasnya panjang sebelum menceritakan beberapa hal pada Kang Ha. Tak mudah baginya membagi cerita pada orang lain, tetapi Arin merasa Kang Ha berbeda, dia seperti sedang membagi kisah pada Kang Inhan, sosok yang selalu mendengarnya tanpa bertanya penuh rasa penasaran. []

HierarchyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang