"Perempuan itu lagi yang membuatmu seperti ini?" Kali pertama dalam hidupnya Arin mengizinkan seseorang selain Bibi Ahn masuk ke dalam kamarnya. Rian, tujuan awalnya mendatangi Arin adalah ingin bercerita, namun setelah ia memasuki tempat ternyaman kembarannya itu, ia terhipnotis dengan nuansa biru dan hijau yang menghiasi kamar kakak kembarnya.
"Pergilah jika kau tidak ada sesuatu yang ingin diceritakan," usir Arin. Buru-buru Rian mengalihkan pandangannya, ia pun duduk di bangku meja belajar Arin, tetapi netranya tertuju pada sebuah benda yang menarik perhatiannya.
"Jangan sentuh barang milikku." Arin melarang ketika melihat Rian hendak menarik sebuah album foto yang berada di tengah-tengah tumpukan buku.
"Jae-i, dia berpacaranㅡ berpura-pura pacaran dengan murid beasiswa baru. Akuㅡ"
"Lalu kenapa? Bukankah hubungan kalian sudah berakhir? Apa hakmu cemburu padanya?"
Rian menoleh ke Arin yang berdiri di sebelahnya. "Baru kali ini aku mendengarmu membelanya," kata Rian membuat Arin memalingkan wajah ke arahnya. "Siapa?" tanya Arin.
"Jung Jae-i." Arin memutar kedua bola matanya, ia kembali melanjutkan aktivitasnya setelah mendengar satu nama yang disebutkan Rian. "Kang Ha, dia yang kumaksud."
"Kenapa? Kenapa kau membelanya?" tanya Rian namun tak diacuhkan oleh kakak kembarnya.
Arin membuka lemari bajunya, pergerakannya terhenti saat melihat satu kemeja yang tak pernah lagi ia pakai sejak kembali dari Kanada. Ia akui bahwa isi kamarnya sangat berbanding terbalik dengan Rian, kembarannya itu memiliki walk in closet di kamarnya sementara ia hanya memiliki satu lemari berukuran sedang sebagai tempat penyimpanan pakaiannya.
"Ada apa?" Rian bertanya lagi saat menyadari tubuh Arin yang diam membeku.
Tanpa diduga, alih-alih sebuah jawaban, Arin justru membuka satu persatu kancing bajunya, Rian yang melihatnya tentu saja langsung beranjak dari tempatnya. Rian akui dia bukanlah laki-laki baik yang tak pernah melihat tubuh seorang perempuan, hanya saja rasanya tidak nyaman jika Arin berganti pakaian di depan matanya.
"Jika kau mengusik Kang Ha, kau berurusan denganku, Kim Rian." Arin berujar saat Rian sudah keluar dan hendak menutup pintu kamarnya. Tangan Rian yang memegang kenop pintu mengepal kuat, ia tidak mengerti kenapa Arin membela murid beasiswa yang sudah jelas mengibarkan bendera perang padanya.
• • •
Kedua matanya melihat tangan Jae-i dan tangan Kang Ha yang saling bertautan, kemudian pandangan kedua gadis itu bertemu. Berbeda dengan sorot Jae-i yang penuh keraguan, Arin justru menyiratkan ketenangan lewat tatapannya itu. "Selamat, kuharap kau tidak mempermainkannya seperti kau mempermainkan Inhan." Arin melirik Kang Ha lalu kembali melangkah meninggalkan pasangan baru itu.
Keheningan tercipta, hanya ada suara langkah kaki Arin yang menjauh. Kang Ha terdiam sesaat, dalam batinnya ia bertanya-tanya, 'Ada apa? Apa yang tidak kuketahui?
"Ada seseorang yang kusukai." Kang Ha menoleh menatap Inhan yang duduk di sebelahnya.
"Siapa?" tanya Kang Ha penasaran, baru kali ini dia mendengar kakaknya bercerita pasal perasaannya.
"Teman sekelasku." Inhan tersenyum kecil, tetapi lama-lama senyumnya itu menenggelamkan matanya. "Dia cantik, apalagi saat tersenyum. Kapan-kapan aku akan mengenalkannya padamu."
KAMU SEDANG MEMBACA
Hierarchy
Fanfiction"Aku akan mengungkap semuanya, semua kebusukan yang ada di sini. Dan aku siap menanggung konsekuensinya, entah itu diasingkan atau kehilangan nyawa." Karya asli milik: Chu Hyemi