15

436 73 1
                                    

"Hei, apa kau sudah gila? Kau benar-benar gila! Siapa kau berani dekat dengan Jae-i? Hah? Jawab pertanyaanku, siapa nama orang gila ini?"

"Kang Inhan."

"Kang Inhan? Apa kau setangguh itu? Dasar gila! Kau gila!"

Rekaman gambar di ponselnya tak membuat Kang Ha berkedip meski hanya sepersekian sekon. Video itu menunjukkan Inhan yang tengah menjadi korban perundungan dari kakak kelasnya bersama teman-teman pemuda itu. Suasana di sana sangat ramai, sepertinya sedang ada acara berlangsung sehingga mengadakan pesta mewah yang tak pernah Kang Ha rasakan sebelumnya.

Kang Ha merasa jika dirinya berada di dalam sana, ia menatap sekeliling penuh kebingungan dengan orang-orang yang tampak tak acuh terhadap aksi perundungan yang sedang terjadi di tengah acara. Kang Ha melihatnya, bagaimana Inhan yang dipukuli dan memberontak walau tidak bisa lepas serta ketidak pedulian Rian yang hanya lewat seakan tak terjadi apa-apa.

"Kenapa murid beasiswa suka sekali tempat kumuh seperti ini?" Kang Ha menoleh, ia kembali tertarik ke dunia dimana ia berada sekarang, melihat Hera di belakangnya, ia pun berdiri.

"Seharusnya kau berterima kasih."

"'Terima kasih'?'

"Bahkan elite pun sulit bertatapan mata dengan Ayah Jae-i. Berkatku, kau bisa perkenalkan diri pada orang sehebat itu," kata Hera.

"Kau hanya mau menyusahkan Jae-i. Bukannya minta maaf, malah mau aku berterima kasih?" sahut Kang Ha.

"Kau yang harus minta maaf. Kau yang sebenarnya menyusahkan Jae-i. Kau bergaul dengannya." Hening sesaat sebelum Hera melangkah menempatkan diri di depan Kang Ha dan kembali melanjutkan ucapannya. "Mau dengar cerita menarik?" tawar Hera.

"Sebelumnya juga ada anak polos sepertimu. Dia akrab dengan Jae-i dan Arin. Tetapi, kau tahu bagaimana nasibnya? Pernah dengar, 'kan?"

Kang Ha terdiam sejenak, sorot matanya terlihat sayu, ia melihat ke arah lain agar tidak melakukan kontak mata dengan gadis di depannya. "Murid beasiswa yang mati karena Rian," ujarnya menjawab pertanyaan Hera.

"Rian? Rian itu pewaris Jooshin grup, untuk apa Rian turun tangan?" Hera mengalihkan pandangannya saat Kang Ha menatapnya, ia tersadar jika dirinya tak sengaja mengungkapkan sebuah fakta jika Rian memanglah pelakunya.

"Jika harus menyalahkan seseorang, justru bagiku itu terjadi karena Jae-i. Tidak, Arin juga salah."

"Karena Jae-i?"

"Tak seharusnya dia menerima empati atau belas kasihan Jae-i dan tak seharusnya dia menerima berteman dengan Arin lalu membuatnya suka pada dia. Andai begitu, insiden tragis itu tak akan pernah terjadi. Jae-i dan Arin yang membunuhnya. Murid beasiswa itu.

Ini bukan cerita orang lain, kalian tak ada bedanya. Setiap murid beasiswa ikut campur, selalu ada masalah. Entah akhirnya malang atau kacau, itu tak berdampak bagi kami. Semua berdampak pada kalian."

Kang Ha mengepal kedua tangannya, ia berbalik menatap Hera yang berpindah posisi dari tempat sebelumnya. "Kenapa kau mengatakan itu padaku?" tanyanya bingung.

"Khawatir? Anggap itu kekhawatiranku. Kami tak mau terlibat tragedi yang sama." Hera pun pergi, meninggalkannya sendiri yang masih bingung di tempatnya.

HierarchyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang