05

664 103 13
                                    

"Mulai sekarang! Siapapun yang dekat dengan murid beasiswa baru itu dan mengobrol dengannya, akan dianggap setara." Yunseok memberi peringatan pada murid beasiswa kelas tiga yang berdiri takut di hadapannya.

"Chanmin," panggilnya kemudian menendang tulang kering pemuda itu. "Semestinya kau mengurus semua ini. Aku harus ajarkan satu persatu?" tanya Yunseok ketus tanpa tahu Hera tengah menyunggingkan senyum miringnya.

"Aku malu sebagai seniormu. Aku sedang membuat rencana untuk menangani dia." Suara tawa terdengar setelah Chanmin berkata, sontak mereka menoleh ke arah Kang Ha yang sedari tadi hanya diam saat Yunseok membicarakannya.

"Konyol sekali. Masa kau buat rencana di depan targetmu? Bukan begitu?" tanyanya tak peduli dengan tatapan teman-teman sekelasnya.

"Berengsek! Kau mau mati?" Chanmin beranjak dari tempatnya, melayangkan sebuah pukulan namun tertahan sebab Kang Ha berhasil menahan tangannya. "Yunseok melarangmu berbicara denganku. Kau tidak dengar?" ujar Kang Ha membuat umpatan keluar dari mulut Chanmin. Tanpa disangka Kang Ha memutar tangan Chanmin, erangan terdengar jelas, tetapi Kang Ha tak memedulikannya.

"Chanmin, yang seharusnya kau pukul bukan aku, tetapi Yunseok, benar?" Kang Ha tersenyum, sorot matanya mengarah ke Yunseok.

Pemuda berdasi biru itu menulikan pendengarannya, matanya tak sengaja mengarah pada pintu kelas bersamaan dengan Jae-i yang masuk tanpa peduli pada keributan yang tengah terjadi di belakang kelas. Kang Ha melepas tangan Chanmin dan mendorongnya hingga jatuh. Terlalu fokus karena kehadiran Jae-i, Kang Ha tidak mengetahui jika Chanmin berdiri lalu memukulnya.

"Apa-apaan kalian semua?" Suara Bu Han menginterupsi Chanmin yang hendak melayangkan pukulannya lagi ke wajah Kang Ha. "Kelas tiga? Sedang apa di sini?" tanya wanita muda itu saat Chanmin menoleh ke arahnya.

Chanmin pun pergi diikuti teman-temannya bersama rasa malu yang ikut dengannya. Yunseok berjalan menuju tempat duduknya saat Bu Han berbalik dan Chanmin yang sudah menghilang dari balik pintu.

"Ada sedikit pengumuman. Healing Forest tahun ini diadakan sesuai jadwal. Ini akan diumumkan di grup, cek di sana. Jika tak bisa ikut, beritahu lebih awal. Itu saja." Pengumuman singkat Bu Han sampaikan, wanita muda itu pun meninggalkan kelas setelah menyampaikan informasi yang ia terima dari kepala sekolah.

• • •

"Keluar dari sekolah ini." Jae-i memberi saran atau mungkin perintah saat melihat sudut bibir Kang Ha yang terluka. "Keluar? Kenapa aku harus keluar?" tanya Kang Ha tanpa mengalihkan tatapannya dari mata Jae-i.

"Kau telah mengusik Rian. Dan kau... telah memberikan kesan pertama yang buruk pada Arin. Itulah satu-satunya cara menghadapi mereka." Kang Ha terdiam, bayangan malam pesta penyambutan terputar di benaknya.

"Tentang itu, biar kuatasi sendiri. Selain itu... aku senang. Di hari itu, karena kau. Karena kau tidak mendorongku. Aku senang." Baik Jae-i maupun Hera yang mendengarnya tak percaya dengan apa yang dikatakan Kang Ha. Bagaimana bisa dia mengabaikan peringatan Jae-i yang sudah jelas jika Rian mengibarkan bendera perang kepadanya?

"Aku mendukungmu. Romansa melampaui status sosial," kata Hera begitu Jae-i lebih dulu pergi meninggalkannya. "Kenapa kau pilih Jae-i? Padahal ada banyak gadis hari itu," tanya Hera penasaran. "Karena dia cantik," aku Kang Ha.

"Apa?"

"Dia paling cantik di hari itu, di antara banyak gadis." Tanpa memberi alasan yang jelas, Kang Ha pun melanjutkan langkahnya, meninggalkan Hera yang masih bingung di tempatnya. "Hanya itu? Kau mempertaruhkan nyawa hanya karena dia cantik?"

HierarchyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang