21

218 52 7
                                    

"Itu Yoon Hera."

"Benarkah? Bukankah keluarganya bangkrut?"

Berita mengenai perusahaan keluarga Hera yang gulung tikar sudah tercantum di media massa, kini keadaan berbalik sepenuhnya. Orang-orang yang dulu menganggap Hera teman, kini menjauh dan membicarakannya di belakangnya. Tungkai jenjang Hera melangkah ke arah Rian, entah kenapa ia merasa marah setelah berbincang sebentar bersama Jae-i tadi.

"Dasar bodoh," umpatnya begitu sepasang kakinya berhenti di hadapan Rian.

"Sapaanmu sangat agresif," ujar Rian mengalihkan pandangannya dari ponsel di tangannya.

"Tidak. Aku mengutukmu. Kau begitu bodoh sampai tak bisa melindungi pacarmu," tukas Hera membuat kening Rian berkerut samar. "Apa maksudmu?" tanya pemuda itu.

Hera memutuskan kontak mata dengan pemuda di hadapannya, ia melihat ke arah lain saat Rian menuntut jawabannya meski hanya lewat tatapan matanya. "Vila itu, tempat kenangan kalian. Ada yang merekamnya dan itu ulah siapa?"

Rian terkejut mendengar penuturan Hera, refleks ia berdiri dari tempatnya bertanya pada gadis yang memiliki rasa suka padanya. "Bagaimana kau bisa tahu?" tanyanya.

"Itu vila Jae-i. Selain kau dan Jae-i, hanya ada satu orang yang bisa ke sana." Meski marah dan kecewa, Hera tak bisa diam saja saat mengetahui bahwa hidup sahabatnya mungkin terancam. Rahasia yang selama ini ia simpan, akhirnya ia bongkar dan mengungkapkannya pada Kim Rian. Hera yakin, Rian pasti akan bertindak untuk melindungi gadis itu.

Dan benar saja, setelah Hera mengatakannya, Rian langsung pergi diikuti Yunseok beserta antek-anteknya yang lain. Ia tak tahu kemana Rian akan pergi, namun yang pasti pemuda itu memiliki rencana untuk memberi pelajaran pada orang yang dia maksud.

• • •

"Hei! Selain Jaehyeok, semua keluar!" Kalimat Yunseok adalah mutlak, mereka yang ada di dalam ruang loker berbondong-bondong meninggalkan tempat mereka meski penasaran akan apa yang terjadi.

Melihat ruang loker kelas satu meninggalkan Jaehyeok sendiri, Rian yang sedari tadi diam kini melangkah ke arah Jaehyeok. Semakin Rian mendekat, Jaehyeok menambah satu langkah mundur hingga tubuhnya terpojok.

Sebuah tamparan mendarat, Jaehyeok yang tidak siap pun terjatuh sambil memegang pipinya yang terasa panas. Saat ia belum menyempurnakan posisi berdirinya, Rian lebih dulu menariknya dan mendorongnya hingga tubuhnya menabrak salah satu loker. "Rian..." Ia masih tidak mengerti mengapa pemuda di hadapannya terlihat marah.


"Dasar berengsek. Apa niatmu merekamnya? Mau kau gunakan untuk apa?" Rian murka, ia berteriak tepat di depan wajah Jaehyeok.

"Yoon Hera, sialan," gumamnya memaki gadis yang ia duga pelaku yang mengadukannya pada Rian. "Ah, Rian, bukan seperti ituㅡ" Ucapannya terpotong sebab Rian memukulnya begitu ia menunjukkan senyum bodohnya.

Pukulan terus Rian layangkan, ia tak memberi kesempatan kepada Jaehyeok untuk sekedar bernapas atau memberinya penjelasan. Rian terus memukulnya, menendangnya hingga Jaehyeok terbatuk.

Jaehyeok ingin pergi, namun gerakan Rian lebih cepat, pemuda yang berusia setahun lebih tua di atasnya menarik kerahnya dan membantingnya membuatnya kembali terjatuh. Entah sudah keberapa kali Jaehyeok menerima pukulan dari Rian, ia merasa kesadarannya sudah berada di ambang batas.

"Kim Rian, kau sudah gila? Kau tahu apa yang sedang kau lakukan?" Kang Ha datang memisahkan, menarik Rian dan Jaehyeok ke arah yang berlawanan.

"Hei, sial, beraninya kau menyentuhku! Dasar murid beasiswa rendahan!" Kang Ha sendiri tidak menuntut ucapan terima kasih, ia sendiri tahu bagaimana watak Jaehyeok yang memang menyebalkan. Pemuda itu pergi meninggalkannya berdua bersama Rian.

HierarchyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang