13

315 61 2
                                    

Cung yang menunggu cerita ini update!
Maaf ya aku PHP, ngeghosting kalian :)

"Jika ada yang merundung atau berbuat jahat padamu, jangan melawan." Kang Ha terdiam, ia mencoba memahami maksud perkataan Jae-i. Kenapa gadis itu menyuruhnya diam saja saat ditindas? Bukankah itu aneh? "Jae-i," panggilnya membuat sang pemilik nama menghentikan langkahnya. "Kau masih suka Kim Rian?"

Mendapat pertanyaan yang menurutnya adalah rahasia hatinya, tentunya Jae-i terkejut. Ia menoleh ke arah Kang Ha yang kembali bersuara. "Kalau masih suka, kenapa putus dan menjauh darinya? Apakah ada alasan untuk itu? Alasan kenapa kalian tak bisa bersama."

"Bukankah aku pernah bilang? Jangan melewati batas."

Kang Ha menjejakkan kakinya, melangkah lebih dekat ke hadapan Jae-i yang sudah membalikkan tubuh. Raut datarnya berubah menjadi senyuman lebar begitu tungkainya berhenti di depan Jae-i. "Aku juga ingin melihatmu tersenyum. Jadi, ayo kita berpacaran dan akhiri sandiwara ini. Aku akan berada di sisimu, bukan Kim Rian. Agar kau tak cemas dan kesepian. Aku akan membuatmu tersenyum."

"Jangan terlalu cemas. Aku akan membantumu. Aku akan berada di sisimu."

'Anehnya, mereka begitu mirip.' Entah kenapa bayangan Inhan yang juga pernah menemuinya di atap hadir begitu saja. Jae-i merasa Kang Ha dan Inhan memiliki sebuah hubungan yang entah apa.

"Sandiwara atau bukan, tak ada artinya bagi aku."

"Apa maksudnya?" bingung Kang Ha.

"Kau tak akan paham," kata Jae-i.

"Karena aku murid beasiswa?"

"Aku tak pernah menganggap kita berbeda. Namun, aku hidup di dunia yang tak peduli tentang pikiran dan perasaanku. Tidak. Aku harus bertahan di dunia itu, sampai aku bisa hidup sendiri," ujar Jae-i menjawab pertanyaan Kang Ha sekaligus menjelaskan kalimat 'tak akan paham' yang ia maksud.

"'Bertahan'?" beo Kang Ha.

"Sudah kubilang, kau tak akan paham. Aku anggap tak dengar ucapanmu tadi." Jae-i berbalik, kali ini ia benar-benar pergi tanpa dicegah oleh Kang Ha. Kang Ha sendiri hanya diam menatap punggung Jae-i yang perlahan semakin menjauh dari pandangannya.

• • •

Duduk menyendiri di dalam perpustakaan adalah sebuah hobi terbaru Kim Arin selama seminggu belakangan ini. Kali ini sedikit berbeda, ia tidak begitu memedulikan orang-orang di sekitarnya yang sibuk belajar atau hanya sekedar membaca buku fiksi. Arin menyandarkan tubuhnya, matanya fokus pada layar laptop di depannya tanpa merasa terganggu dengan sorot mata pemuda yang duduk lumayan jauh darinya.

Layar di depannya itu menampilkan rekaman gambar yang tak diketahui oleh siapapun kecuali sang pelaku dan orang-orang terdekat yang mungkin sengaja pura-pura tidak tahu. Rian dengan Jae-i, Woojin dengan Bu Han, dan Hera dengan Seonu, tak perlu dijabarkan secara rinci, yang jelas itu bukanlah sebuah hal baik yang dilakukan oleh pelajar seusianya.

Keringat dingin perlahan mengucur deras, membasahi seragam yang ia kenakan. Tangannya tak lagi diam, entah jari keberapa yang menjadi korban tangan kanannya. Ingatan masa lalu tiba-tiba terputar, hadir memenuhi kepalanya. Arin tak bisa lagi berfikir jernih, senyuman Inhan, seringai lebar seorang laki-laki, gelak tawanya, hingga kabar mengenai kematian Inhan terus berputar seperti kaset rusak.

"Tenang saja, aku akan menemanimu."

"Aku menyukaimuㅡ tidak, aku mencintaimu."

"Kang Inhan, berjanjilah satu hal padaku."

"Kita itu satu, tak akan ada yang bisa memisahkan kita kecuali maut. Tidak apa-apa, aku ada di sini."

Kriet..
Brak!

Bangku yang berderit ditambah suara jatuhan benda elektronik mengalihkan atensi murid-murid yang ada di dalam perpustakaan termasuk pemuda yang sedari tadi menatapnya. Pemuda itu beranjak menolongnya setelah menutup laptop yang menjadi saksi bisu mengapa Kim Arin bersikap aneh seperti orang ketakutan.

"Jangan sentuh," katanya. Seluruh tubuhnya bergetar, ia semakin menjauh saat yang lain berusaha untuk menolongnya. "Jangan sentuh aku. Jangan sentuh aku! Kubilang jangan sentuh aku!"

Brak!

Pintu perpustakaan dibuka kasar, pelakunya adalah Kim Rian yang datang bersama Lee Woojin dan antek-anteknya. Rian datang setelah mendapat pesan mengenai kondisi Arin oleh seseorang.

"Tidak! Tidak! Jangan pegang aku! Lepas! Lepaskan!"

Drrrt drrrt...

Park Hyewon
|Aku menemukannya
|Dia adalah pemilik Ayeong Coffee. Apakah aku benar? []

HierarchyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang