Rizal sore ini bersama temannya didalam kamar hotel milik temannya bernama bagas, ada juga dito yang ikut nimbrung.
Rizal sedari datang hanya terdiam saja membuat kedua temannya saling tatap dan bertanya ada apa dengan rizal.
"Zal lo kenapa?" Tanya dito yang berani bertanya.
"Gw cerita tapi lo jangan kasih tau putri apalagi keluarga gw, gw juga butuh saran dari kalian." Kata rizal membuat dito dan bagas penasaran.
Mereka berdua bahkan sampai duduk menghadap dengan rizal duduknya pun semakin mendekat.
"Tadi malam gw perawanin gadis." Kata rizal membuat dito dan bagas menatap rizal dengan tertawa sumbang.
"Nggak lucu kali canda lo zal" Kata dito.
"Perawan nggak pantas jadi candaan zal" Kata bagas menatap rizal dengan tertawa sumbang bersama dito.
"Gw nggak bohong, tadi malam gw mabuk. Lo tau gw paling nggak bisa minum, tadi malam gw cuma ingat maksa cewek masuk kamar hotel dan maksa dia buat muasin gw. Gw bahkan acuh saat dia berteriak nangis, sampai dia nangis tanpa suara." Kata rizal menjelaskan secara singkat, wajahnya sangat masam saat menjelaskan.
"Anjing" Umpat dito dan bagas secara bersamaan.
"Gw kemarin cuma nawarin tapi lo tetap minum sampe mabuk, dito pun bilang lo udah tidur dikamar gw." Kata bagas mengingat keadaan tadi malam.
"Gw emang tidur dikamar lo, tapi gw ngerasa asing dan pergi diam diam." Kata rizal membuat dito dan bagas lagi lagi mengumpat.
"Gw bingung harus gimana, tapi gw ngerasa bersalah sama cewek itu. Cewek yang enggak gw kenal." Kata rizal lagi mengusap wajahnya.
"Tanggung jawab" Kata bagas.
"Tapi lo tau gas r-"
"Gw tau, tapi cewek itu nggak bersalah. Lo nggak akan tau gimana rasanya jadi cewek itu, lo enggak akan tau se trauma apa dia dilecehkan. Apalagi dia masih perawan bro, lo nggak akan tau sebagaimana frustasi nya dia kehilangan mahkota yang dia jaga." Kata bagas memotong ucapan dito, bagas amat merasa sakit jika berada diposisi gadis itu, apalagi adik bagas meninggal gara gara diperkosa dan frustasi dan akhirnya memilih bunuh diri saat orang tua nya tidak terima dengan keadaan adiknya.
"Gw akan tanggung jawab, tapi gw bingung sama keadaan gw. Apa gw harus nikah siri." Kata rizal yang sama frustasinya.
"Orang tua lo harus tau dunia harus tau, jangan menjadi laki laki pengecut. Lo nggak akan tau rasanya jadi gadis itu suatu saat nanti, kita tidak akan tahu apa yang akan terjadi. Tapi mental gadis itu harus selamat." Kata bagas lalu pergi dari kamar hotelnya menyisakan dito dan rizal yang sama sama terdiam.
Dito tau betul gimana perasaan bagas begitupun dengan rizal maka dari itu mereka membiarkan bagas menenangkan pikirannya sejenak.
"Yang dibilang sama bagas bener zal, kita nggak akan sanggup saat dunia mencela diri kita begitupun dengan gadis itu." Kata dito.
"Bantu gw cari cewek itu to" Kata rizal pada akhirnya.
"Akan gw bantu, kita ke ruang cctv hotel untuk mengetahui gadis itu." Kata dito yang yang diikuti oleh rizal, tidak bisa dipungkiri rizal merasakan kelegaan walaupun itu hanya sedikit.
...__...
Anggun merawat amel dengan penuh kasih sayang, melebihi malika. Amel juga sudah merasa lebih baik walaupun masih sedikit merasa takut, sepertinya amel mengalami trauma ringan.
Anggun menatap amel yang kembali tertidur sudah 1 hari dirinya berada dikamar kos amel tanpa berniat meninggalkan amel untuk mata kuliahnya, dirinya teramat takut meninggalkan amel, lebih baik ia meninggalkan mata kuliahnya dari pada amel.
Amel segala bagi anggun begitupun sebaliknya, mereka saling melengkapi satu sama lain, sebab itu banyak yang mengira anggun dan amel kakak adik, dimana anggun memang lebih besar 1 tahun dari pada amel. Amel masuk sd lebih cepat dari pada anggun yang masih masuk tk, amel sendiri tidak masuk tk dirinya dulu menolak keras karna masih suka bermain dengan teman dikampungnya.
"Gw akan selalu ada disamping lo mel, walaupun mereka menolak lo, gw akan selalu ada untuk lo. Jadi plis gw mohon jangan seperti ini gw nggak bisa lihat lo kaya gini, memang semua itu menyakitkan mel. Tapi jangan terlalu malam terpuruknya ini bukan salah lo ini bukan kemauan lo." Kata anggun menatap amel yang tertidur, ia membenarkan selimut amel dan keluar kamar untuk menyelesaikan tugas mata kuliahnya.
Sedangkan dikamar amel terbangun disaat anggun menutup pintu kamarnya, amel menatap langit langit kamar. Air matanya sudah tidak ada untuk dia menangis lagi, dada nya kembali sesak saat membayangkan kedua orang tua dan kakaknya akan menolak kehadirannya yang sudah kotor ini.
"Ya tuhan kenapa cobaan mu begitu berat untuk hamba, apa kesalahan yang hanya perbuat hingga kau memberikan cobaan seperti ini, hamba anak yang lemah hamba tidak sekuat itu hingga kau memberikan cobaan ini." Kata amel menatap langit kamar, 1 hari full ia tidak syolat karna merasa dirinya kotor dan juga diperkuat oleh tubuhnya yang lemah.
"Mel" Kata anggun memasuki kamsr amel dan dugaannya benar amel terbangun.
"Hai kenapa?" Tanya anggun menghampiri amel.
"Gun apa aku harus memberitahu ayah dan bunda serta kakak ku dengan keadaan ku saat ini?" Tanya amel kepada anggun.
"Sembuh dulu baru lo bisa kasih tau orang tua dan kakak lo, kalo kaya gini gimana cara lo kasih tau nya." Kata anggun membantu amel duduk dan menyerahkan air yang sengaja anggun taruh dinakas.
Amel meminum air itu sedikit tenggorokannya sakit, amel menyerahkan botol minumnya kembali kepada anggun dirinya sangat lemas.
"Kuliah gw gimana gun?" Tanya amel saat mengingat kuliahnya.
"Aman lo udah gw izinkan, dosen lo enak nggak kaya dosen gw curigaan mulu." Kata anggun mencoba mencairkan suasana.
"Derita lo yang nggak mau ambil ekonomi" Kata amel.
"Lo tau gw nggak suka tuh mapel, gw mah udah clop sama pisikologi." Kata anggun membuat amel mengangguk.
"Owh iya mel, kemarin kak ken sempat tanya lo tapi udah gw hendel kok." Kata anggun membuat amel kembali mengingat keadaannya saat ini.
"Udah, terpuruk lo cukup, jangan lagi. Lo harus bisa berdiri lagi, lo harus bisa melawan kedaan lo saat ini. Itu semua bukan salah lo, bukan juga kemauan lo. Cukup sampai sini terpuruk lo sekarang bangun untuk berdiri lagi." Kata anggun menyemangati amel membuat amel terharu, anggun masih mau menjadi temannya dan bahkan merawatnya padahal dirinya sudah amat kotor.
"Udah ya mel, gw nggak suka liat amel gw yang ceria ini terpuruk. Diam nangis, diam nangis dan sakit." Kata anggun membuat amel mengangguk saja, terlalu bingung untuk menyahuti dengan kata apa selain kata.
"Makasih udah mau menjadi teman aku, padahal aku sudah seperti ini." Kata amel memeluk anggun.
"Gimana pun keadaan lo saat ini, esok atau selamanya lo tetap teman gw. Lo tetap orang yang akan gw ingat." Kata anggun membuat amel merasa terharu, ia semakin memeluk anggun dengan kencang.
"Tidak ada kata terimakasih untuk kita yang memiliki ikatan persahabatan, kita harus saling melengkapi, kita harus saling berantem berebutan baju celana dan kamar mandi, kita harus tetap akur. Dan kita harus tetap bersama walaupun nanti kita memiliki rumah tangga sendiri, kalo bisa kita harus tetanggaan." Kata anggun lagi membuat amel mengangguk lagi dalam pelukan nya.
"Owh iya satu lagi, nanti kalo anak kita sepasang kita jodohkan ya. Kaya seru deh mama nya sahabatan anaknya nikah kita jadi besan." Lanjut anggun yang berpikir terlalu jauh.
"Kayanya pikiran kamu terlalu jauh banget deh" Kata amel membuat anggun tertawa.
KAMU SEDANG MEMBACA
Menjadi istri kedua (END)
Short Storymenceritakan kisah tentang perjalanan amel menjadi istri kedua dan ibu sambung buat anak imut, gemoy, gembrot bernama rakha.