Malam ini amel kembali tidur berdua karna rizal akan kembali ke tempatnya untuk mencari uang, amel sedikit tidak ikhlas saat rizal berpamitan kembali ke apartemennya. Rakha yang akan ditinggal kembali oleh papa nya biasa saja, hanya menangis saat melihat rizal memasuki mobil tanpa membawa dirinya. Tapi harus diperjelas bukan karna kepergian rizal namun tidak ikut menaiki mobil yang dipakai oleh rizal.
Wanto yang tidak mau melihat cucu nya menangis membawa rakha ke arah mobilnya memutari pekarangan rumahnya dan terakhir memarkirkan mobilnya di bagasi, setelah itu rakha anteng kembali. Memang penyuka mobil gapapa hanya duduk dan mundur maju yang penting ia naik dan merasakan mesin mobil menyala dan bergerak walaupun hanya sebatas kurang lebih setengah jengkal kaki.
"Udah naik mobilnya" Kata amel kepada rakha yang masih berada di gendongan wanto.
Rakha mengangguk senang, wajah nya yang tadinya sedih penuh air mata kini bersinar bahagia.
"Sini akan sama bunda kasihan opa nanti pinggangnya encok." Kata amel mengambil rakha dalam gendongan wanto.
"Bapak masih kuat gendong rakha mel walaupun tubuhnya makin gembrot, gendong ibu aja bapak masih kuat." Kata wanto menggoda ayu yang duduk di kursi teras.
"Angkat galon aja ngeluh pinggangnya sakit" Kata ayu membongkar kartu as wanto didepan amel yang sudah tertawa.
...__...
"Putri nggak bisa ma, putri harus apa? Putri tidak menolak dan mengizinkan mas ijal. Putri masih punya hati ma, putri juga perempuan, ini bukan salah dia."
"....."
"Seterah mama dan papa putri capek" Kata putri memutuskan panggilan suara dari kedua orang tua nya yang berada di balik papan.
Putri menghela nafas nya dengan berat, ia menatap pesan yang dikirim rizal tadi pagi tanpa ia balas. Putri melihat jam, 11 malam. Tidak lama lagi pasti rizal akan sampai, putri merebahkan tubuhnya tanpa berniat menunggu sang suami, toh rizal juga membawa kunci apartemen berbentuk kartu dan juga rizal masih bisa masuk dengan pin atau sidik jari.
"Aku ikhlas, ini salah ku namun percuma rasanya untuk memulai. Maaf kan mama dede, mama sayang sama dede. Maafkan mama yang tidak bisa menjadi seorang ibu yang merawat kamu penuh kasih sayang seperti bunda merawat kamu." Kata putri dengan air mata yang kembali turun membasahi pipinya tirus.
"Maaf dan makasih" Kata putri sebelum memasuki alam mimpinya.
Tak lama dari itu rizal memasuki apartemen yang gelap gulita, rizal dengan pelan membuka pintu kamar. Dapat rizal lihat putri tertidur dengan merikuk dibawah selimut, rizal menghampiri putri, mengusap rambut putri.
"Selamat tidur tuan putri" Kata rizal membenarkan letak selimut, setelah itu ia kembali keluar dan memasuki kamar tempatnya istirahat.
Rizal sangat lelah, apalagi kehidupannya yang bisa dikatakan tidak sesuai dengan jalan pikiran nya dulu. Rencana sudah ia susun dengan apik didalam otaknya, namun kenapa semua tidak berjalan seperti keinginannya.
Mempunyai istri namun seperti tidak mempunyai istri, memiliki anak namun ia malah mengabaikannya, dan sekarang tuhan malah menambah seorang istri untuknya yang benar benar seorang istri yang rizal inginkan, memperlakukannya sebagai suami, dan yang lebih lagi bisa menyadarkannya untuk membenarkan jalannya yang sesat. Rizal kembali membayangkan wajah amel saat membangunkannya, menyiapkannya baju, makanan, bahkan amel mencucikan baju nya.
Amel mau mengurus nya dan anak nya yang tidak pernah diurus oleh kedua orang tua nya dan itu dirinya dan putri, rizal mulai membandingkan amel dan putri, yang jelas kedua nya memiliki perbedaan yang sangat ketara luar dalam.
KAMU SEDANG MEMBACA
Menjadi istri kedua (END)
Short Storymenceritakan kisah tentang perjalanan amel menjadi istri kedua dan ibu sambung buat anak imut, gemoy, gembrot bernama rakha.