Fyi perumahan yang ditempati oleh mertuanya ini ternyata 3 bangunan dijadikan satu, tidak kebayang seluas apa. Apalagi perumahan elit ini sangat luas pembangunannya, ditambah lagi ibu dan bapak mertuanya sangat apik dalam pembangunan susunan letak rumahnya sangat bagus, taman dengan air mancur ada didepan rumah, kebun sayuran dan bunga ada disamping rumah milik ibu ayu, ayu ning ternyata memiliki hobi yang sama dengan amel, menanam sayur dan bunga serta mencangkok tanaman buah.
Di taman sendiri ditumbuhi oleh rumput yang lebat namun tidak sampai melukai kaki jika tampa pijakan, rumputnya sangat dijaga. Rumput disini seperti bisa digunakan untuk terapi kaki, menurut amel.
Amel sendiri saat ini sedang berada di taman mengajari rakha berjalan, padahal umurnya sudah memasuki angka 1 tahun lebih 2 bulan tapi rakha belum bisa berjalan sendiri, dipegang pun masih terlihat takut. Seperti rakha sangat dimanja, tapi dimanja manja seperti diri nya dulu kalau soal tumbuh kembang harus tetap dilakukan.
"Nggak papa, bunda jaga aka kok dibelakang, tangan bunda pegang ketiak aka ini." Kata amel menyemangati rakha yang takut.
"Nanti kalo udah bisa jalan pegang tangan bunda sendiri, nanti bunda kasih aka hadiah." Kata amel, menuntun rakha untuk berjalan walaupun tertatih tidak sampai 6 langkah rakha udah mau mendudukkan dirinya dan pastinya akan merangkak.
"Nggak boleh merangkak lagi, rakha udah mau besar harus bisa jalan." Kata amel membangunkan rakha lagi, menuntunnya untuk berjalan sampai depan gerbang.
Rakha mencoba walaupun stop stop tapi dia tetap berjalan, tertatih terkadang kesandung sandal kodoknya. Amel tetap pada pendirian akan membuat rakha bisa berjalan dalam waktu dekat, bukannya dia kejam atau apa. Memang pertumbuhan si kecil itu bisa melambat tapi kalau tidak diajarkan mana bisa si bayi, apalagi bayi nya digendong melulu.
"Hore aka pintar ya bisa jalan sampai gerbang, aduh keringan ya sayang. Sini bunda lap dulu." Kata amel mendudukkan rakha di rerumputan mengelap wajah dan leher rakha dengan tisu yang ia bawa di kantong celana. Amel tidak lupa membawa botol minum juga dikantong sebelah nya untuk rakha.
"Ini sayang minum dulu" Kata amel menyerahkan botol minumnya agar rakha meminum air dengan sendirinya.
"Capek banget ya nak, sampai habis setengah airnya." Kata amel menutup botol minum rakha yang masih tersisa setengah, menaruh kembali didalam kantong celananya.
Amel menatap rakha yang bermain dengan rerumputan mencabut cabut rumput itu dengan tangannya, amel membiarkan saja rakha bermain. Walaupun rakha bukan anaknya sendiri namun amel sangat menyayangi rakha seperti anaknya sendiri, apalagi rakha sudah dekat dengannya, tidur malam pun bersama dirinya, tidak mau bersama mama dan papa nya apalagi sama oma dan opanya hanya mau bersama dirinya. Amel jelas senang dirinya tidak akan kesepian.
"Jangan dikasih nanti tangannya luka" Kata putri menghampiri amel dan rakha yang duduk didepan gerbang masih didalam rumah, duduk pun diatas rumput tanpa alas.
Amel mendongak menatap putri dan rizal yang berada dihadapannya, rakha pun ikut menoleh tapi kembali bermain.
"Enggak akan luka mba, bukan rumput liar kok ini." Kata amel menyahuti.
"Tetap aja kulit dede sensitif, lain kali izin dulu sama aku atau rizal." Kata putri mengambil anaknya yang anteng bermain, tidak sampai 3 langkah putri berjalan memasuki rumah rakha sudah menangis dengan kerasnya, meninggalkan amel dan rizal yang masih betah dalam posisinya.
"Lebay banget sih, manjain anak tuh boleh tapi jangan berlebihan seperti itu. Menghambat tumbuh kembang si anak jadinya." Kata amel entah pada siapa yang terpenting rizal mendengarnya sudah cukup kok, walaupun bukan putri.
Rizal? Jelas tidak berkomentar, posisinya sangat tidak tepat. Lebih baik diam dari pada di sinis in oleh kedua istrinya.
"Masuk mas, diam bae." Kata amel kepada rizal.
Rizal menatap kepergian amel dengan pandangan yang tidak jelas, ia juga mengikuti amel memasuki rumah, suara tangisan rakha pun masih terdengar dari sini.
Amel menghampiri putri yang duduk di ruang tamu bersama ayu, jika bertanya keberadaan wanto jelas si bapak ke ladang melihat tumbuh kembang peliharaannya dan sawah miliknya yang akan panen. Lokasinya sekitar memakan waktu 2/3 jam dari perumahan ini, karna berlokasi di desa sedangkan mereka sekarang di perumahan kota.
Ayu ning jelas sekali melihatkan kekhawatirannya terhadap sang cucu dan juga kepada kedua mantu nya, sepintar pintarnya ibu mertua amel menyembunyikannya amel jelas masih bisa melihatnya.
"Sini mba sama aku aja nanti aka demam nangis terus" Kata amel mengambil rakha walaupun tanpa izin dari putri, perkataan amel jelas menohok putri namun seperti sang tuan putri yang dituju tidak peka.
"Kenapa rakha nangis mel?" Tanya ayu kepada amel.
"Lagi anteng main rumput tapi nggak dibolehin sama mamanya" Kata amel langsung menuju dapur, ia bahkan mengabaikan putri yang hendak menyahutinya tapi diurungkan.
"Bukan nggak dibolehin bu, putri hanya takut tangan dede terluka, apalagi tangan bayi itu masih sensitif." Balas rizal, amel mendengar itu membatin. Takut istri?
Walaupun masih sesenggukan tapi rakha sudah tidak menangis lagi, amel membasuh wajah sembab rakha, tidak lupa amel memberikan rakha minum.
Amel kembali ke ruang tamu dengan memeluk tubuh rakha yang akan tertidur, amel menatap sedih rakha yang harus tertidur dengan kelelahan menangis.
Amel duduk di sofa single dengan memangku tubuh rakha yang akan tertidur, tangan rakha sampai memegang baju amel dengan erat, takut dipisahkan dengan amel.
"Rumputnya bukan rumput liar, bahkan aku udah tanya ke tukang kebun yang kemarin bersihin rumputnya, kalaupun nggak cocok kenapa tangan rakha masih utuh nggak ada cacat sedikitpun, aku juga tau kok mana yang baik mana yang nggak baik buat rakha, walaupun umur ku masih 20 tahunan. Bukan berarti aku abai sama kesehatan rakha, kalau rakha sendiri betah dan anteng kenapa aku harus larang sampai anaknya nangis kejar dan tertidur? Seneng banget ngeliat anak menderita, ngemanjain anak tuh boleh tapi soal tumbuh kembangnya jangan dilarang, nggak boleh ini lah itu lah. Anak sekecil rakha harus bisa ngerasain yang namanya jadi anak bayi yang bisa main rumput, main di tanah, daya tahan tubuhnya harus kita tes dengan membiarkan dia melakukan hal yang masih didalam nalar, kalau main pisau, kompor baru dilarang." Kata amel seperti mendongeng saja, rakha sudah tertidur ayu menatap amel kagum dan rizal hanya diam saja sedangkan putri entah lah amel tidak tahu, mungkin merasa terintimidasi karna diceramahi oleh anak semuda dia.
Amel bangun dari duduk nya, "aku ke kamar dulu kasihan rakha nanti punggungnya sakit." Kata amel lalu berjalan menuju kamar miliknya dengan menggendong tubuh kecil namun gembrot rakha dengan hati hati.
Andai saja rakha belum tertidur amel akan terus berkata, tentang tumbuh kembang rakha yang terhambat karna terlalu dimanja, manja yang sangat berlebihan. Amel sendiri juga sangat dimanja tapi soal tubuh kembang amel dulu tidak masuk dalam kemanjaan orang tuanya, amel dulu bisa berjalan disaat umur 9 bulan, ia seperti anak bayi pada umumnya, bermain tanah menggali tanah dengan tangan mungilnya mencabut rumput bahkan dulu ia dikatakan pernah memakan eek nya sendiri, tapi lihat sekarang dia sehat sampai umurnya 20 tahun ia masih bisa makan, masih bisa minum, masih bisa beraktivitas seperti manusia pada umumnya.
Tumbuh kembang anak itu bukan hanya diukur dari si bayi nya saja, kalau anaknya ada kelainan jelas bisa terhambat tapi rakha tidak memiliki kelainan sedikit pun, seperti dugaan amel pada awalnya orang tua nya terlalu acuh tidak mau lelah tapi itu sangat melelahkan, memang kalo bisa berjalan kita akan was was dan lelah mengawasi, tapi kalo tetap digendong? Akan tambah melelahkan dan itu tidak bagus buat si bayi.
"Mama sama papa kamu itu terlalu lebay nak, bukannya senang melihat anaknya anteng bermain mana ngereong dan ngebuat kamu nangis gini, emang payah menjadi orang tua harusnya mengajarkan anaknya berjalan. Pokoknya bunda yang akan mengajarkan aka berjalan, emangnya orang tua aka tuh pikirnya aka akan bisa berjalan sendiri gitu tanpa diajarin." Kata amel kepada rakha yang sudah tertidur diatas kasur miliknya, ia harus menjaga rakha disisi kiri, takut rakha terjatuh kebawah mana ranjangnya sangat tinggi, tidur rakha pun seperti gangsing.
"Tidur nyenyak aka nya bunda" Kata amel mencium pipi rakha.
KAMU SEDANG MEMBACA
Menjadi istri kedua (END)
Short Storymenceritakan kisah tentang perjalanan amel menjadi istri kedua dan ibu sambung buat anak imut, gemoy, gembrot bernama rakha.