5

2.3K 72 0
                                    

Acara akad telah usai, amel dan kedua orang tua serta kakak nya sedang melepas rindu. Setelah ini mereka akan lama tidak berjumpa, dimana lokasi tempat mereka tinggal tidak lah dekat, apalagi orang tua amel saat ini sedang tugas di pulau kalimantan. Kenzo sendiri bekerja di jakarta di perusahaan milik almarhum kakek dari aryanto.

"Ingat pesan kakak, apapun itu adek harus selalu lapor ke kakak. Kalo bisa setiap detik lapornya." Kata kenzo penuh dengan posesif, saat akad tadi pun kenzo sempat menangis melihat adiknya.

"Iya kak ken, tetap tf ya perbulannya. Kalo bisa perjam soalnya kan harus beli kuota buat kabarin kakak." Kata amel membalas pelukan kenzo, untuk saat ini amel akan bersikap sebaik mungkin ia tidak melihatkan sisi sedihnya lagi.

"Hmm akan kakak sanggupi" Kata kenzo mengecup lama ubun ubun amel.

Kini bergantian aryanto memeluk putri kesayangannya yang sudah menikah, tanggung jawabnya telah diambil alih juga oleh rizal.

"Ayah sayang kamu, baik baik di sini dengerin apa kata ibu ayu dan pak wanto mereka sudah menjadi orang tua adek juga, berbakti kepada suami bagaimana pun rizal suami adek. Adek harus patuh sama dia, adek harus hormat sama dia, sekarang adek udah jadi istri kewajiban adek harus dipenuhi untuk keluarga adek sekarang, kasih tau ayah kalo mereka berbuat tidak adil sama adek. Ayah tidak akan segan segan untuk mengambil adek di rumah ini juga saat itu." Kata aryanto dengan tegasnya membuat keluarga rizal dan rizal sendiri sedikit merasa tegang.

"Siap ayah nya adek" Kata amel memeluk tubuh sang ayah dengan seerat mungkin.

Dan terakhir laras, dia sudah menangis menatap putrinya, memeluk tubuh ideal itu dengan kasih sayang. Tubuh yang dulu nya kecil kini sudah tumbuh sebesar dirinya bahkan melebihi dirinya, sekarang anak yang ia lahir kan dan rawat sepenuh hati sudah menjadi seorang istri, sudah tidak lagi menjadi anaknya seutuhnya, putri nya sudah menjadi anak dari besannya juga.

"Bunda adek juga ikut nangis" Kata amel dengan wajah bergeminang air mata, dia paling tidak bisa melihat ibu nya menangis apalagi itu karna dirinya.

"Putri kecilnya bunda sudah jadi seorang istri sekarang, bunda tau adek belum berbakat menjadi seorang istri yang sempurna, jadi adek harus belajar sama ibu ayu untuk menjadi seorang istri yang serba bisa." Kata laras mencium semua sisi permukaan wajah amel dan juga ubun ubun amel, tidak lupa ia juga mendoakan sang anak di ubun ubun itu.

"Bu, saya cuma minta satu hal. Kalo anak saya berbuat salah tolong ditegur, jangan sampai sakiti anak saya, saya tidak akan terima anak saya diperlakukan dengan kejam. Kalau memang tidak bisa ditegur kasih tau saya, saya yang akan turun tangan untuk anak saya. Hanya itu permintaan saya kepada ibu sekeluarga, terutama kamu nak rizal dan putri. Amel ini kesayangan saya sekeluarga, saya memanjakan dia dengan berlebihan, tidak pernah sedikitpun saya sekeluarga bermain fisik dengannya." Kata laras yang disetujui oleh mereka semua, amel hanya menangis di pelukan sang kakak mendengar permintaan bundanya bahkan bisa dikatakan memohon.

"Saya akan memperlakukan amel seperti anak saya sendiri bu, jangan khawatirkan itu. Saya juga tidak menyukai adanya kekerasan." Jawab ayu ning.

Rizal sendiri hanya diam mendengarkan, putri yang berada disampingnya pun ikut terdiam tapi wajahnya sangat amat tidak menyenangkan untuk dipandang, amel dan keluarga memaklumi itu semua, siapa juga yang mau dimadu? Tidak ada. Tapi putri? Hanya diam saja tidak mengizinkan dan tidak menolak ia menyerahkan semuanya kepada rizal. Amel dan putri sama sama merasakan sakit.

Setelah acara pamit pamitan amel dengan keluarga nya, amel memasuki kamar untuk mengganti baju, tubuhnya masih melekat kain kebaya pakaian akad nya tadi.

Berkutat dengan riasan wajahnya, suara pintu terdengar terbuka dan tampaklah seorang rizal yang menggendong anak kecil berumur 1 tahunan. Itu pasti anaknya, pikir amel. Karna dari wajah si bayi sudah sangat mencopy bapaknya, semua wajah rizal diborong oleh rakha.

"Kenapa?" Tanya amel tanpa menyebut nama, ia belum tahu mau memanggil rizal dengan sebutan apa, karna kalau nama saja jelas tidak sopan. Rizal sudah menjadi suaminya dan umur rizal dengan dirinya hanya berbeda 4 tahun, rizal 24 amel sendiri berumur 20 tahun. Putri berumur 23 tahun, info rizal dan putri menikah karna saling cinta.

"Disuruh makan sama ibu" Kata rizal menurunkan anaknya yang memberontak minta turun.

"Nanti habis mandi langsung makan, eh aka no nggak boleh dimakan." Kata amel melihatkan tangannya telunjuknya didepan wajahnya ke kiri kanan berkata tidak boleh, saat melihat si bayi yang akan memakan bunga melati hiasan dihijabnya tadi.

Rizal langsung mengambil anaknya bernama Rakha aviantara, bukannya diam anaknya malah semakin memberontak dan tangannya terulur ke arah amel. Karna tidak tega amel mengendong rakha dan meletakkannya di pangkuannya, untungnya langsung anteng walaupun amel harus merelakan toner pembersih wajahnya dikocok sebagai mainannya.

"Dede sama papa yuk cari mama di kamar." Kata rizal namun tidak dihiraukan oleh rakha.

"Biar sama aku aja, nanti kalo nangis aku antar ke sana." Kata amel yang langsung disetujui oleh rizal, karna rizal tanpa menawar lagi langsung keluar dari kamar miliknya.

Meninggalkan amel dan rakha, setidaknya amel tidak akan merasa kesepian, ia mempunyai mainan baru. Rakha sendiri bocil kebanggaan amel, tubuhnya yang gembrot dan putih bersih serta harum bayi membuat amel sangat menyukai rakha saat pertama kali bertemu walaupun hanya menatap sekilas.

"Aku punya mainan baru, kenapa sih gembul banget. Pengen gigit tapi nanti nangis, gigit lucu aja kali ya." Kata amel lalu menggigit tangan gembrot rakha pelan, bukannya memberontak atau merengek rakha malah tertawa lucu khas bayik membuat amel melakukan hal yang sama berulang kali, sampai ia lupa mengganti baju pengantinnya.

"Ya ampun bunda suruh rizal panggil kamu buat makan siang malah kamu disuruh jaga anaknya" Kata ayu memasuki kamar amel, memergoki amel yang masih bermain dengan rakha.

Amel menghentikan tawa nya, "aku yang mau kok bu, rakha juga kayanya bosan sama papanya. Iya kan aka, aka bosan kan sama papa dan mau main sama tante." Kata amel kepada ayu dan rakha secara bergantian, ayu ning menggeleng mendengar ucapan amel sedangkan rakha tertawa seolah sedang diajak bercanda.

"Panggilnya bunda bukan tante, sini sama oma dulu kasih bunda ganti bajunya dulu lalu makan siang, nanti dede main lagi sama bunda." Kata ayu yang dituruti oleh rakha.

Kesempatan itu dengan tergesa amel mengganti baju akad nya dengan baju rumahan miliknya, hanya baju kaos hitam polos lengan pendek serta celana legging hitam gantungnya.

Tidak mau lepas dari amel, rakha langsung merentangkan tangannya minta di gendong kembali kepada amel yang sudah selesai mengganti baju.

"Ulu Ulu, anaknya sapa sih ini gemoy kali." Kata amel mengikuti ibu mertuanya keluar kamar untuk makan siang, amel tetap bercanda dengan menggendong rakha menghadap dirinya, gendong koala.

Amel menatap putri yang menatapnya dari ruang tamu, tatapannya seolah berkata caper. Amel abaikan saja, toh ia caper kepada siapa? Pada rakha? Kalo iya jelas dia sangat menyukai anak kecil seperti rakha. Takut posisinya tersundul ya mba? Batin amel, tapi maaf saya tidak sepeti itu orangnya, lanjut amel membatin.

"Bunda mau makan dulu dede sama oma dulu ya, nanti kalo bunda nggak makan siang bunda nya sakit." Kata ayu yang langsung dituruti oleh rakha, seolah ia tidak akan membiarkan bunda nya sakit.

"Nanti main lagi sayang" Kata amel mencium pipi bulat serta tembam milik rakha.

"Pintar ya dede nurut sama bunda" Kata ayu, ia pamit menemui mantunya satu lagi, sebisa mungkin ayu akan berlaku adil ke kedua mantunya ini.

Menjadi istri kedua (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang