17

1.7K 51 0
                                    

Malam ini rakha rewel tidak mau lepas dari sang bunda, badannya panas. Dari yang amel ketahui panas berasal karna rakha akan bertambah gusi lagi, namun gusi nya langsung tumbuh sebanyak 3 gusi, belum lagi rakha sedang panas dalam yang membuat bibir nya ditumbuhi sariawan. Amel menatap sedih rakha dari tadi pagi sudah tidak mau makan karna sakit, bubur nya ia makan hanya 3 suap, diberikan roti tidak mau.

"Aka mau maem bubur lagi?" Tanya amel kepada rakha yang berada di gendongannya, amel menggendong rakha menggunakan jarik.

Rakha hanya diam tidak menjawab sama sekali wajahnya terlihat lesu dan pucat, bibir nya sedikit terbuka dengan air liur sedikit demi sedikit membasahi baju amel.

"Sakit banget ya nak, maaf in bunda yang nggak bisa ngapa ngapain." Kata amel mengusap kepala rakha yang bersandar di dada nya.

Amel saat ini sedang berdua saja berada di rumah, ibu dan bapak mertua nya sedang menghadiri syukuran tetangga nya tidak jauh dari rumah, hanya dibatasi 4 rumah saja.

"Minum dulu" Kata amel menyerahkan botol minum namun ditolak oleh rakha dengan rengekan.

Amel tidak bisa diam saja, ia mengambil handphone nya menghubungi rizal entah kenapa ia malah ingin mengabari rizal.

2 kali panggilan baru lah di angkat oleh rizal, "mas lagi dimana, sibuk nggak." Kata amel langsung tanpa salam, diri nya kalut.

"Lagi di apart, enggak kenapa?" Tanya rizal.

"Mas aka lagi sakit, aku dari tadi kalut banget, aka nggak mau makan. Minum pun juga nolak." Kata amel membuat rizal diseberang sana ikut khawatir.

"Kenapa? Dede sakit apa?"

"Aka, panas sama sariawan. Panasnya karna gusi aka tumbuh 3 sekali gus, sariawannya  mungkin karna panas dalam." Kata amel mengusap wajah rakha yang tidak ada pergerakan selain rengekan keluar dari mulutnya.

"Udah cek dokter? Nanti mas coba minta izin buat pulang." Kata rizal diseberang sana.

"Belum karna aku kira nggak bakal kaya gini, tadi bangun siang malah badan aka hangat terus aku lap, tadi waktu ibu sama bapak pergi syukuran badan aka tambah panas. Dari pagi makannya dikit tadi siang juga gitu terus barusan aka malah makan nya cuma 3 suap bubur, aku kasih minum aka nggak mau." Cerita amel dengan suara seraknya, matanya berembun.

"Kamu tenangkan diri, nanti kalo ibu sama bapak udah pulang coba tanya ke mereka apa yang lebih baik di lakukan, kalo ke dokter nggak mungkin selain udah malam kita juga harus buat janji dulu apalagi rakha tuh dokternya pilih pilih. Nanti mas buat janji sama dokter keo, nanti mas kabarin kamu lagi. Sekarang dede lagi apa." Kata rizal mencoba membuat amel tegar.

"Aka papa nanya aka lagi apa" Kata amel kepada rakha yang masih terdiam saja.

Amel merubah panggilan dari panggilan suara menjadi panggilan vidio call, amel memperlihatkan wajah rakha yang tidak biasa itu kepada rizal melalui handphone.

"Anak papa lagi sakit apa?" Tanya rizal.

Rakha mengangkat tangannya menunjuk bibir nya yang sedikit terbuka dan keluar liur, "sakit banget ya?" Tanya rizal lagi dengan wajah kasihan, andai rasa sakit itu bisa dipindahkan, ia akan mengambil rasa sakit yang di alami oleh anaknya itu.

Rakha mengangguk menjawab, interaksi yang diberikan oleh rakha kepada rizal membuat amel sedikit senang, rasa khawatir masih ada tapi ia sedikit merasa lega lantaran sang anak mau menjawab walaupun dengan isyarat.

"Udah coba pake madu belum, mel." Kata rizal menatap wajah amel yang sangat ketara khawatirnya.

"Tadi siang waktu mau bobo aku kasih madu, tapi aka nya merengek. Aku takut madu nya malah ngebuat bibir aka tambah sakit." Kata amel kepada rizal, amel baru sadar rizal tidak menggunakan baju. Pikirannya makin terlena, sesuatu yang membuat hati tidak tenang.

Menjadi istri kedua (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang