Selama liburan 3 hari penuh ini rizal tanpa mengabari istri nya yang berada jauh dari nya, bukan disengaja ia benar benar lupa terhadap putri dan putri juga tidak mengabari nya, tapi apa sih yang ia harapkan? Putri mengabarinya? Jangan mimpi itu tidak akan terjadi.
Jika bukan amel mengingatkan dan menyuruhnya, rizal akan acuh tanpa mengabari, toh yang dikabari juga tidak langsung menjawab pesannya.
Rizal menatap samping kursi pengemudi, dimana anak nya yang masih bocil, 1,6 itu terdiam dengan wajah menatap depan dengan kaca mata bertengger di hidungnya. Gaya nya membuat rizal merasa gemas sendiri, anaknya ini sudah bisa minta jajan dan es cream. Tempat yang dituju untuk berbelanja hanya di Alfamart saja, tidak mau ditempat lain, indomaret saja ia tidak mau padahal toko nya hampir sama namun rakha menolak bahkan menangis.
Mereka berdua dengan rizal menyetir menuju rumah, belanjaan yang dibeli rakha sangat banyak 1 keresek besar penuh.
Rizal mengambil handphone nya menghubungi amel lewat chat untuk menunggu depan rumah, amel harus menatap anak nya duduk manis dengan tubuh dikunci oleh sabuk pengaman, tidak rewel saat digunakan sabuk pengaman si bocil malah anteng, tangannya masih diam dikedua sisi tubuhnya.
"Gaya mu nak" Gumam rizal meringis.
Rizal membelokkan mobil nya ke gang perumahan, 10 rumah ia lewati lalu mobilnya memasuki pekarangan rumah dimana gerbangnya sengaja dibuka oleh pak satpam.
Rizal melihat amel yang berdiri di teras rumah entah sudah berapa lama ia berdiri padahal dibelakang nya ada kursi plastik putih dan meja yang memang disiapkan oleh ayu untuk tamu yang datang.
Amel menghampiri mobil rizal, ia melihat dari luar. Amel ingin memastikan sesuatu ia menuju samping pengemudi.
"Ya ampun gaya mu nak" Kata amel membuka pintu mobil dikagetkan dengan gaya rakha.
"Sultan sejak dini gayanya" Balas rizal dengan tertawa kecil di kursi pengemudi.
Rakha mengarahkan tangannya kepada amel, "buka dulu sambuk pengamannya." Kata amel membukakan sabuk pengaman nya, lalu mengangkat tubuh gembrot itu.
"Jannn" Kata rakha menunjuk kursi belakang.
"Nanti papa yang bawain, bunda udah keberatan gendong kamu. Papa nanti bawain jajan aka ke dalam ya." Kata amel meniru suara rakha walaupun berbeda.
"Iya bunda" Sahut rizal mulai memindahkan mobilnya menuju garasi, amel memasuki rumah dengan menggendong rakha, jika lama menggendong rakha amel tidak kuat tanpa menggunakan gendongan kain.
Rizal terdiam di dalam mobilnya, ia merasa bersalah kepada putri bagaimana pun putri istri nya, juga dia yang menemani rizal dari semasih sekolah sampai ia bekerja. Menghadirkan buah cinta mereka, hanya saja putri mengabaikan rakha, salah rizal juga yang tidak menegur putri malah ia ikut seperti putri mengabaikan sang anak.
Rizal mengusap wajahnya, dia bimbang. Rizal turun dari mobil tak lupa mengambil jajan sang anak di kursi belakang, ia menatap jajan yang dibeli oleh sang anak entah itu dia mengambil dengan sendiri dan juga menunjuk untuk di ambilkan. Rizal heran sejak kapan rakha memakan jajan snack, apa mungkin amel? Entah lah rizal tidak tahu kita lihat aja nanti.
Rizal memasuki rumah nya berjalan menuju ruang tamu.
"Paaa" Teriak rakha yang ingin turun dari pangkuan amel.
Rakha berjalan 5 langkah lalu ingin mengambil plastik berlogo alfamart itu dari tangan rizal.
"Papa bawain dede nggak bisa bawanya berat" Kata rizal namun rakha tetap kekeh ingin membawanya sendiri.
"Kasih aja mas, biar anak nya tau." Kata amel yang dituruti oleh rizal, rakha memegang plastik besar itu dengan kedua tangannya, plastik penuh akan jajan, es cream dan minuman itu sama tinggi nya dengan tubuh rakha yang gembul.
Rakha tetap membawa plastik itu walaupun keberatan, karna berat rakha menyeret plastik itu menuju amel dengan tubuh tertatih.
Amel tertawa menatap wajah rakha yang memerah karna keberatan, rizal pun membantu dari bawah namun langsung dimarahi oleh anaknya.
"Jan, nooo." Kata rakha saat rizal mengangkat plastik itu dari bawah.
Rakha berusaha keras membawa plastik itu sampai kehadapan amel, amel mengelap jidat rakha yang keringatan.
"Hebat ya anak bunda, bisa bawa jajan sendiri padahal berat loh." Kata amel memuji rakha membuat anak imut itu tertawa malu, ais kenapa sangat lucu, Batin amel.
Rizal duduk disamping amel, mereka bukan duduk di atas sofa tapi dibawah sofa beralas karpet bulu yang memang disediakan.
"Udah makan siang?" Tanya rizal dengan amel menyalami tangan rizal, tadi sebelum pergi rizal dan rakha sudah makan siang hanya amel saja yang belum kata nya sih belum laper, ayu tidak ada di rumah ia menemani wanto ke ladang.
"Udah waktu kamu kirim pesan baru selesai makan, gimana rewel nggak rakha tadi." Kata amel menatap rakha yang sudah mengeluarkan isi didalam plastik yang dibeli olehnya bersama rizal.
"Anteng semasih semua yang dia minta aku turutin, tadi sempat minta beli kond*m." Kata rizal dengan berbisik di akhir katanya membuat mata amel belo karna kaget, ia juga menepuk paha rizal. Itu semua reflek bukan di sengaja, ingat reflek.
"Aku beli tapi nggak aku masukin dalam plastik itu, mau liat ini ada disaku celana." Kata rizal menunjuk celananya yang memang berbentuk kotak, astaga amel syok. Ia bukan hanya melihat celana mengembung berbentuk kotak itu, ia juga melihat bagian sensitif milik rakha.
'Mata jelalatan' batin amel merutuki dirinya sendiri.
"Kamu liat saku nya, apa kamu liat yang tengah?" Tanya rizal yang menatap amel salah tingkah.
"Daaa" Kata rakha menyerahkan 1 bungkus snack berukuran besar.
"Ini buat bunda atau buka?" Tanya amel memastikan.
"Daa" Balas rakha yang berarti untuk dirinya, tidak tanggung tanggung amel diberikan 3 snack berukuran besar, roti kesukaannya rasa coklat, susu favorit nya rasa strawberry. Memang banyak amel malam ini bisa jajan malam malam, surga duniawi yang sesungguhnya, batin amel bersorak bahagia.
"Aduh makasih anak gantengnya bunda, tau aja bunda suka jajan malam malam." Kata amel mencium pipi rakha bertubi tubi.
"Kalo nggak ada jajan makan aku aja ikhlas lahir batin aku nya." Bisik rizal dengan wajah menahan tawa.
Plakk, bunyi pukulan tangan amel saat mendarat di paha sang suami yang tidak tertutupi oleh celana pendek coklatnya.
"Renyah kali bunyi nya, kaya aku nampar bokong kamu tadi malam." Kata rizal lagi membuat amel menatap wajah rizal dengan marahnya.
"Mesum kali, nggak usah ngomong kaya gitu, itu privasi kita berdua. Nggak boleh ada yang tau, sekali lagi mas ngomong kaya gitu apalagi didepan rakha aku nggak bakal mau lagi." Kata amel mengancam rizal yang sudah terlihat memucat, bahaya. Ini sangat bahaya rizal harus bisa mengunci mulutnya yang sangat suka sekali menggoda amel.
"Maaf ndoro, hamba tidak akan melakukan kesalahan untuk ke dua kali nya. Apakah ndoro mau memaafkan hamba?" Tanya rizal tidak lupa dengan tangan tercakup didepan dada dan kepala menunduk hormat.
"Af loo" Kata rakha mengikuti apa yang rizal lakukan.
Amel menatap kedua lelaki yang beda usia itu dengan tertawa, ia tidak kuat menatap wajah rakha yang sangat imut apalagi papa nya yang sangat lucu, walaupun lawakan nya sedikit ngeselin.
KAMU SEDANG MEMBACA
Menjadi istri kedua (END)
Short Storymenceritakan kisah tentang perjalanan amel menjadi istri kedua dan ibu sambung buat anak imut, gemoy, gembrot bernama rakha.