Acara ulang tahun rakha berjalan dengan lancar tidak ada hambatan sedikitpun, drama pertanyaan tentang keberadaan putri juga amel lewati dengan hati lapang. Amel menjawab dengan kenyataan, namun ia tidak menjelekkan.
Para tamu sudah pulang, begitupun dengan keluarga ibu pamit pulang diantar oleh orang suruhan wanto, tidak bisa kembali menginap karna urusan pekerjaan di kampung.
Rumah sudah kembali bersih seperti sedia kala hanya dekor saja yang masih tersusun rapi, sisa bingkisan dan nasi nya amel kasih ke uak dan tante nya untuk dibawa ke kampung.
Entah kenapa saat bangun dari tidur singkatnya rakha terus rewel, menangis. Amel bingung, padahal anaknya tidak panas, amel memeriksa tubuh anak nya semuanya aman.
"Aka kenapa?" Tanya amel pada rakha yang berada di gendongan rizal.
"Maaa maa" Kata rakha menunjuk foto keluarga yang terdapat putri di sana.
"Aka kangen mama?" Tanya amel dengan memegang tangan rakha.
"Ma ma" Kata rakha kembali dengan menangis, amel mengambil rakha dari gendongan rizal.
Amel mencoba berjalan berbicara kepada rakha untuk mengalihkan perhatian rakha agar tidak kembali menangis, amel berjalan memutari ruang keluarga.
"Ih itu mobil siapa nyangkut" Kata amel menunjuk mobil mini mainan rakha yang nyangkut di sela sela tv belakang, entah bagaimana cara rakha bermain sampai bisa nyangkut di sana.
Rakha menatap yang ditunjuk oleh amel, rakha menggerakkan tubuhnya untuk menuju mobil mini mainan miliknya.
"Nanti papa yang ambilkan, bahaya itu ada kabelnya. Minta tolong ke papa suruh ambilkan." Kata amel yang langsung dituruti oleh rakha.
"Paa billl, bun kaa naa." Kata rakha kepada rizal dengan menoleh kebelakang, rizal masih berdiri diposisinya semula. Berbeda dengan ayu dan wanto yang duduk di sofa.
"Iya, papa ambilkan." Kata rizal menjawab ia menghampiri amel dan rakha.
"Gimana mainnya kok bisa nyangkut." Tanya rizal kepada rakha.
"Bumm" Kata rakha dengan tangan bertabrakan.
"Owh kecelakaan mobil" Kata rizal mengambil mobil mini mainan rakha, saat ingin menarik mobil itu sebuah foto terjatuh dengan suara kencang mengangetkan untuk semua orang yang berada diruang tamu, bahkan rakha yang terlihat sangat kaget sampai menangis kembali dengan memeluk tubuh amel dan berguman kata mama.
Ayu bergegas mengambil sapu dan sekop sampah untuk membersihkan pecahan kaca dari bingkai foto, amel dan rizal kembali menenangkan rakha yang menangis semakin kencang. Wanto menatap sekitaran perasaannya tidak enak, tapi ia tidak tahu kenapa.
"Mas ambilin air dong buat aka, kaget banget ini tubuhnya sampe bergeter." Kata amel sangat khawatir.
Tanpa bertele tele rizal langsung berjalan menuju dapur mengambilkan air untuk sang anak, perasaannya cemas, pikirannya penuh akan putri.
"Aka minum dulu sayang" Kata amel menyerahkan botol minum dengan sedotan kepada rakha.
Rizal berjalan meunuju handphone nya diatas meja ruang tamu yang berbunyi, amel ikut menghampiri rizal, rakha masih sesegukan dalam pelukannya.
"Halo" Kata rizal karna nomor yang menelponnya tidak ada di kontaknya.
"...."
"Apa? Iya saya akan menuju ke sana" Kata rizal dengan wajah memerah.
"Kenapa zal?" Tanya ayu kepada rizal.
"Putri bu, dia kecelakaan." Kata rizal dengan nafas memburu.
Semua yang berada di sana terkejut, amel pun sampai menutup mulutnya.
"Rizal bakal ke rumah sakit bu, pak. Mel mas izin buat samperin putri." Kata rizal meminta izin.
"Bapak akan ikut kamu" Kata wanto.
"Bapak diam disini, kasihan ibu sama amel kalo berdua saja apalagi mereka perempuan. Nanti rizal kabarin kalian." Kata rizal menolak tawaran wanto.
"Ibu suruh pak moh yang supirin" Ucap ayu yang sedari tadi terdiam.
"Rizal masih kuat bawa mobil bu, rizal langsung berangkat." Kata rizal.
"Hati hati mas bawa mobilnya" Kata amel menyalami tangan rizal setelah rizal bersalaman kepada ayu dan wanto.
Rizal mengangguk menjawabnya, tak lupa rizal mengecup jidat amel dan mencium pipi rakha yang ternyata tertidur dalam pelukan amel.
"Mas berangkat" Pamit rizal
...__...
Pagi ini amel melamun, pikirannya penuh akan omongan sang ibu mertua. Kabar yang sangat memukul perasaan nya, perasaan bersalah terus menghantui amel sejak 10 menit lalu.
Amel menatap rakha yang masih tertidur, air matanya tidak terasa mengalir membasahi pipinya. Apakah tadi malam adalah sebuah firasat? Amel kembali memikirkan rizal, rizal pasti sangat terpukul.
Amel menyeka air matanya, ia menarik nafas sedalam dalamnya dan menghembuskannya secara kasar. Perasaannya tidak bisa ia damaikan, pikirannya terus berkecamuk.
"Mel" Panggil ayu memasuki kamar amel, ia menghampiri amel yang duduk di kasur bawah. Bisa ayu tebak tadi malam amel tidur di kasur bawah, dengan rakha juga berada di kasur bawah
"Bu mas rizal gimana? Keluarga mba putri gimana? Mereka pasti terpukul banget." Kata amel memeluk ayu.
"Ibu juga pasti sangat terpukul, aku juga merasa terpukul bu, apalagi omongan ku yang tidak bisa ku jaga saat berbicara sama mba putri." Kata amel tanpa melepaskan pelukannya.
"Kehilangan buah hati itu sangat menyakitkan mel, apalagi ia anak satu satu nya." Kata ayu menyahuti amel.
"Kita ke rumah keluarganya putri, putri hari ini akan disemayamkan." Kata ayu kembali dengan wajah menatap amel.
Tanpa menolak amel langsung bergegas membereskan pakaian yang akan ia gunakan di sana, ia membawa baju lebih tidak mungkin mereka akan langsung pulang apalagi putri adalah menantu ayu dan wanto. Amel juga mengemasi baju rakha sedikit banyak, peralatan juga amel masukkan dalam satu tas.
Amel langsung menggendong rakha yang masih tertidur, amel mengambil tas berukuran sedang yang terdapat baju nya dan rakha, tidak lupa juga amel membawa tas Selempang berisikan dompet dan juga handphone nya.
Amel menghampiri wanto dan ayu yang berada di luar rumah, mereka menaruh barang yang dibawa di bagasi, setelah semuanya beres mereka berangkat menuju semarang tempat tinggal orang tua putri.
Didalam mobil hening tidak ada percakapan sedikitpun, mereka fokus pada diri sendiri dengan perasaan sesak. Amel menatap rakha yang sudah terbangun, rakha menatap amel dalam diamnya. Air mata nya kembali keluar saat menatap rakha, disaat umur 2 tahun ia harus kehilangan seorang ibu yang telah melahirkannya. Amel mengusap kepala rakha yang hanya diam saja, tidak terlihat senang padahal ia sedang menaiki mobil. Rakha ikut merasakan kehilangan, kehilangan seorang ibu.
"Aka lagi naik mobil loh" Kata amel mencoba mengalihkan perhatian rakha agar mau berbicara.
"Itu liat ada mobil juga" Kata amel kembali sambil menunjuk sebelah kanan yang terdapat mobil melintas menyalip mobil mereka.
Amek menghela nafas usahanya gagal tidak membuahkan hasil, rakha tetap diam dengan menatap jendela dan juga menatap wajah amel.
Ayu dan wanto yang berada didepan ikut terenyah saat menatap rakha yang tidak memiliki gairah hidup, hanya diam dengan wajah lesu nya.
"Dede mau duduk dipangkuan opa? Sambil nyetir." Kata wanto menawarkan rakha yang sangat menyukai duduk dipangkuan dan menyetir.
"Daa" Kata rakha menyembunyikan wajahnya di dada amel menghiraukan kata sang opa.
"Aka mau apa?" Tanya amel mengusap rambut rakha.
Tidak menjawab hanya diam saja, amel kembali menghela nafas dan memilih diam, tangannya mengusap rambut dan punggung rakha. Membiarkan rakha yang tidak bergairah untuk diajak ngomong.
KAMU SEDANG MEMBACA
Menjadi istri kedua (END)
Short Storymenceritakan kisah tentang perjalanan amel menjadi istri kedua dan ibu sambung buat anak imut, gemoy, gembrot bernama rakha.