Tidak terasa umur rakha 3 hari lagi akan menuju angka 2, senang banget. Amel tidak sabar ingin merayakan bertambah usianya rakha, amel sudah merancang semua rencana dengan bantuan kedua mertua nya, dan juga keluarga nya walaupun dari jauh.
Konsep yang amel pilih adalah kapten bajak laut, karna apa? Karna itu kesukaan rakha akhir akhir ini. Amel saat ini menyiapkan snack dan minuman untuk bingkisan yang dibagikan nanti kepada anak anak yang di undang, amel memilih Snack yang baik dikomsumsi oleh anak kecil, ada 7 buah snack dan 1 minuman susu yang amel isi di setiap bingkisan. Nasi yang amel pilih tidak hanya nasi kuning tapi juga nasi putih juga dalam bentuk seperti KFC.
Untuk ibu dan bapak yang mengantar sang buah hati amel menyajikan sebuah soto, bakso, mie ayam dan juga raon. Untuk cemilan amel memesan cireng, batagor goreng dan basah.
Diulang tahun ke 2 rakha ini amel akan membuat hal yang berkesan dan mewah, tidak apa ia harus mengeluarkan uang banyak yang terpenting anaknya senang dan bahagia, apalagi ulang tahun ke 1 rakha tidak dirayakan hanya tiup lilin saja.
"Liii maa lii, maa buu" Kata rakha memberikan bingkisan yang sudah dibungkus dengan tas bergambar kapten bajak laut.
Amel tertawa mendengarnya sedangkan sang oma menatap bingung mau menyahuti apa, ia tidak mengerti yang di ucapkan oleh sang cucu.
"Bunda bukan mau jualan tau ka, itu buat nanti ulang tahun kamu." Kata amel kepada rakha namun tetap sang anak menawari sang oma dan opa yang duduk dihadapan amel, oma membantu memasukan jajan dan minuman lalu diikat oleh wanto.
"Ibu nggak ngerti mel" Kata ayu menatap amel.
"Beli oma beli, lima ribu." Kata amel men translate ucapan rakha.
"Astaga" Kata ayu lalu tertawa bersama wanto.
"Sini opa yang beli" Kata wanto mengambil bingkisan ditangan rakha.
Rakha mengarahkan tangannya kepada wanto, "kenapa?" Tanya wanto.
"Ang na" Kata rakha.
"Uangnya opa" Kata amel sambil tertawa, ayu sudah tertawa memegang perutnya.
Wanto merogoh saku celananya dan menyerahkan uang satu satu nya didalam saku celananya, uang warna pink membuat rakha kegirangan.
"Eh papa telpon" Kata amel melihat handphonenya berbunyi dan terdapat panggilan vidio dari rizal.
Amel mengangkatnya, "lagi apa, yang." Kata rizal dari seberang sana membuat amel malu terhadap ayu dan wanto.
"Aku lagi sama ibu, bapak. Lagi bungkus bingkisan buat 3 hari lagi, itu anak nya lagi jualan." Kata amel membuat rizal bingung, amel kemudian mengarahkan kamera handphonenya.
"Paa liii" Teriak rakha melihatkan bingkisan ditangannya.
Rakha menghampiri amel, duduk dipangkuan amel. Mengambil handphone ditangan amel dan memegangnya dengan kedua tangannya.
"Paa lii, ma bu." Kata rakha sambil melihatkan bingkisan dan juga uang yang dia taruh dilantai.
"Wah siapa yang beli itu 100 ribu" Kata rizal dengan mata berbinar membuat rakha tersenyum bahagia.
"O paa" Kata rakha dengan terpisah, bahkan rakha terlihat sulit mengeluarkan suaranya.
"Mintain banyak banyak, opa kan kaya." Kata rizal mengajarkan anaknya.
"Heh nggak boleh, kalo mau minta ke papa okay boys." Kata amel kepada rakha yang langsung dibalas senyuman manis rakha.
"Kaii" Kata rakha.
"Noo paa paa" Kata rakha dengan tangan ke kiri ke kanan.
"Mas harus pulang sebelum hari H, sama mba putri dipaksa buat pulang juga. Nggak kangen apa sama anaknya, pokoknya mas sama mba putri harus pulang, ini hari ulang tahun rakha setahun sekali, mas sama mba putri harus dampingi rakha saat tiup lilin sampai selesai." Kata amel mengoceh kepada rizal dengan tangan dan mata fokus memasukan jajan ke tas bingkisan.
"Iya bundanya aka, mas pasti pulang sebelum hari H. Tapi mas nggak janji soal putri." Kata rizal membuat amel mengambil handphone nya ditangan rakha.
"Mas harus tegas dong, ini juga menyangkut darah daging kalian, mau sampai kapan kalian abai gini soal rakha. Nggak kasihan sama anak sendiri, kalian nggak pantas tau jadi orang tua." Kata amel tanpa takut, toh yang dia bilang memang benar, kenyataan, real.
"Udah lah mas, kalo emang mba putri nggak mau jangan dipaksa tapi jangan menyesal kalo suatu saat nanti diabaikan kembali oleh rakha, maaf kalo amel ngomongnya nggak sopan, amel tutup." Kata amel lagi dan langsung sambungan teleponnya, tanpa mendengarkan sautan rizal.
Amel menatap ke depan, ayu dan wanto menatapnya. "Maaf bu, pak. Amel nggak sopan, amel memang gini orangnya kalo lagi kesal." Lirih amel menatap ayu dan wanto.
Ayu dna wanto diam tidak tau harus mengatakan apa, membela siapa, lebih baik diam.
"Daaa" Kata rakha berdiri dihadapan amel, memeluk leher amel dengan kencang.
"Aduh anak bunda kaget ya dengar bunda ngomongnya gitu" Kata amel mengusap punggung kecil rakha.
"Maafin bunda ya nak" Kata amel berbisik ditelinga kanan rakha.
"Mel nanti nasi kuningnya pake kotak mika atau apa" Tanya ayu kepada amel, ia bertanya ingin mengembalikan suasana sebelumnya.
"Amel maunya nanti beli kotak makan gitu, bu. Yang ada batas nya gitu, biar ikan sama nasi nya nggak jadi satu, amel niatnya mau beli sekalian sama botol minumnya. Tapi nggak langsung kita isi air, air nya tetap kemasan." Kata amel mengutarakan keinginannya dan harus ia wujudkan.
"Nanti ibu deh yang beli kotak makan sama botol minumnya" Kata ayu.
"Itu udah aku atur semua bu, biar aku tau pengeluarannya berapa, bukan amel perhitungan." Kata amel menatap kedua mertuanya itu.
"Amel bukan nolak, hanya amel ingin tahun ini amel akan merayakan ulang tahun rakha dengan uang amel sendiri, amel juga menolak uang dari mas rizal bukan dari ibu saja." Kata amel kepada mertuanya, ia sangat bingung berkata takut menyingung sang mertua.
"Aduh, amel salah ngomong nggak sih, maafin amel kalo ibu sama bapak tersinggung. Amel hanya ingin tahun ini amel yang merayakan uang tahun rakha, nanti tahun yang akan datang boleh deh kalian ikut adil." Kata amel nyengir, sedikit meringis takut dibilang tidak sopan.
"Iya sudah gapapa, toh bisa ibu kasih lewat kado." Kata ayu kepada amel.
"Kalo itu baru amel tidak bisa nolak" Kata amel tertawa, ia menatap kebawah di pangkuannya terdapat buntalan lemak dan daging menyelimuti tulangnya, pipi nya gembul sekali.
"Lah bobok si bayik" Ucap amel menatap rakha yang sudah tertidur.
"Sini bapak yang tidurin, bapak juga ada kerjaan ini. Biar papa jaga dikamar." Kata wanto bangun dari duduk nya menghampiri amel, mengambil dan menggendong rakha dengan hati hati.
"Makasih ya pak" Kata amel kembali membungkus bingkisan dengan ayu menemani dirinya, ia membuat bingkisan sebanyak 100 orang namun ia akan melebihkan 20, takut yang datang membawa 2 anak bahkan lebih.
"Bu nanti saudara nya mas rizal sama paman, tante nya. Suruh datang ya bu, amel kan belum kenal semua sama keluarga ibu atau bapak."
"Owh iya, kamu belum tau keluarga besar ibu sama bapak ya. Nanti coba ibu kasih tau, tapi jangan tersinggung kalo keluarga besar ibu sama bapak nggak bisa semuanya datang, apalagi keluarga bapak sibuk semua nggak ada waktu buat keluarga." Kata ayu menyahuti amel.
"Gapapa bu yang bisa datang aja, amel nggak akan tersinggung toh keluarga amel juga seperti itu. Owh iya bu, nanti waktu masak nasi kuning dan nasi putihnya kita panggil orang ya. Takut keteteran kalo cuma berdua apalagi masaknya 120 kotak makan, kalo soal ikan buat di nasi putihnya amel udah pesan ayam yang tulangnya udah dipisah, kita tinggal masak nasinya aja."
"Nggak usah panggil orang, nanti saudara ibu ada yang bakal datang 3 orang, mereka mau bantu masak katanya."
"Nggak keteteran bu? Acaranya jam 5, belum maska nasi belum ikannya, terus nata di kotak makan. 120 kotak makan masalahnya ini loh, jangan sampai nanti selesai masak saudaranya ibu malah teler dan nggak bisa ikut liat rakha tiup lilin." Kata amel, kan ngeri jadi nya. Nggak enak juga sama saudaranya ibu, niat pulang ngerayain ulang tahun cucu malah di suruh masak.
"Nggak bakal, dikampung mereka udah biasa kaya gini." Kata ayu meyakinkan amel.
KAMU SEDANG MEMBACA
Menjadi istri kedua (END)
Short Storymenceritakan kisah tentang perjalanan amel menjadi istri kedua dan ibu sambung buat anak imut, gemoy, gembrot bernama rakha.