20

1.9K 54 1
                                    

Pagi ini amel sudah sibuk, menata bingkisan agar tidak memakan banyak tempat, mengamankan kue didalam kulkas, memompa balon karakter untuk dibagikan ke tamu undangan.

Di dapur luar saudara ibu datang membantu, mereka masak nasi di dapur luar belakang rumah, di dapur dalam ada ayu dan keponakan yang sudah dewasa memasak ikan untuk nasi kuning, ayam suir, perkedel kentang, tempe manis, mie bihun, telur puyuh rebus, telur gulung, kulit ayam tepung, saur ayu pesan di pasar, ketimun sudah dikupas dan dipotong, sambal dibungkus menggunakan plastik obat yang kecil. (apaan dah namanya, info dong.)

Rakha yang menjadi pemeran utama acara ini sedang melepas rindu bersama papa nya yang sudah pulang dari kemarin malam, jadi amel aman bisa membantu.

"Hmm, caca. Bisa minta tolong nggak." Kata amel kepada sepupu rizal dari wanto yang umurnya 16 tahun.

"Boleh aja kak, emang apa." Kata caca.

"Bantu bawain kotak makan sama botol minumnya ke ruang utama, sama siapin tasnya juga. Kakak mau angkat air kemasan dulu." Kata amel kepada caca.

"Minta bantuan kak riki aja kak, dia nganggur tuh diluar. Berat juga kemasan botol sedang se dus."  Kata caca menunjuk luar yang terdapat pemuda dibawah umur rizal 1 tahun.

"Iya udah nanti kak amel minta bantuan kak riki juga." Kata amel yang dibalas acungan jempol oleh caca.

Semua sudah siap, kotak makan, botol minum, tas futsal karakter, serta air botol kecil beberapa dus. Amel kembali kebelakang rumah tepatnya dapur luar, di sana terdapat 3 saudara ayu yang membuat nasi kuning dan putih.

"Tante, uak." Sapa amel kepada saudara ayu.

"Kenapa nak amel" Kata tante tira saudara paling kecil ayu.

"Mau ambil nasi kuningnya, kata rika sudah masak." Kata amel dengan sopan.

"Sudah, baru 3 kilo tinggal 2 kilo lagi, nasi putihnya juga baru 2 kilo, masih lagi 4 kilo." Kata uak wena saudara ibu paling besar, memang uak wena paling tegas dari ke 3 saudaranya, karna ia menjadi anak paling besar didikannya sangat keras.

"Minta bantuan kak riki buat angkat nasi kuningnya berat, kalo nasi putihnya agak ringan." Kata nora saudara dibawah ayu, jadi uak wena anak pertama, ayu anak kedua, nora anak ketiga dan tira anak terakhir.

"Amel bawa nasi putihnya dulu, nanti amel suruh kak riki kesini buat bawa nasi kuningnya. Maaf ya uak tante amel malah ngerepotin kalian." Kata amel dengan sopannya, jujur ia sangat tidak enak hati.

"Gapapa toh kita keluarga, ini juga buat cucu kita. Nggak ada kata ngerepotin buat keluarga, kamu juga keponakan kita jadi jangan merasa tidak enak." Kata uak wena.

Pagi berganti siang, semua sudah siap tinggal menunggu jam untuk acaranya dimulai, ternyata sangat melelahkan namun ada rasa senang dan bahagia melingkupi hati nya, amel tadi sempat merasa gelisah. Ternyata waktu nya lambat berlalu dan semua persiapan sudah beres, tinggal menunggu bakso, mie ayam, soto dan raon saja dari catering yang amel pesan. Tadi juga amel merasa dongkol kepada sang pendekor, datangnya sangat ngaret dan melebihi batas janji. Jadi sebelum mulai mendekor mereka kena semprotan dari mulut amel, sudah dibayar lebih tapi tidak ada gesit gesitnya.

Amel mengistirahatkan tubuhnya didalam kamar yang sudah ada rizal dan rakha, rakha sudah tertidur nyenyak, sedangkan rizal ia masih melek dengan memainkan handphone nya.

Amel menghampiri kasur merebahkan tubuhnya disamping rizal, kebetulan masih ada luang disamping rizal itu dipinggir.

"Capek ya" Kata rizal menaruh handphonenya diatas meja nakas, memeluk perut amel.

"Capek tapi seneng" Kata amel menyahuti dengan mata terpejam.

"Mba putri beneran nggak mau datang mas?" Tanya amel kembali.

Rizal menggeleng menjawabnya, ia juga bingung terhadap putri yang akhir akhir ini sangat jauh dari nya. Bukan rizal yang menjauh tapi putri sendiri, padahal selama ini rizal berlaku adil terhadap amel dan putri bahkan bisa dibilang putri mendapatkan lebih terhadap rizal. Uang jajan rizal berikan lebih daripada amel, tubuh rizal juga ada didekat putri. Bukan karna rizal menikah lagi putri seperti ini tapi sudah dari awal setelah rakha lahir, putri sudah berubah dan menjauhkan dirinya dari keluarga suaminya dan juga suaminya sendiri. Tidurpun mereka pisah, putri tidak mau dekat dengan rizal, putri menolak sentuhan rizal, selama 2 tahun ini pun rakha tidak pernah menyentuh putri. Jadi tidak salah jika rizal bisa berpaling ke amel, walaupun itu kesalahan rizal karna mabuk. Tapi rizal mensyukuri semuanya yang berkaitan dengan amel dan kejadian itu, entah kenapa ia malah bersyukur.

"Mba putri kenapa sih mas?" Tanya amel lirih menatap langit kamarnya.

"Mas juga nggak tau mel" Sahut rizal.

"Apa karna ada aku mas?" Kata amel menatap rizal.

"Tidak, putri seperti ini setelah ia melahir kan rakha. Mas tidak paham akan jalan pikiran putri, mas bisa dibilang mulai jengah dengan sifatnya itu. Bukan hanya pada rakha putri juga berlaku demikian sama mas, dia tidak mau disentuh, tidurpun kita pisah ranjang. Mas acuh, mas sudah coba bicara sama dia tapi apa? Mas malah disalahkan dan mas dicaci maki sama dia. Dari sana hubungan mas sama putri mulai renggang, jika putri keluar maka mas ikut keluar seolah didepan ibu bapak kita tidak ada apa apa padahal aslinya kita sedang tidak baik baik aja, mas hanya ingin melindungi putri agar ibu bapak tidak menjelekkan putri." Kata mas rizal bercerita, amel mendengarnya menatap mata rizal tidak ada kebohongan sama sekali.

"Mas hanya tau putri menyesal melahirkan rakha, dia tidak bahagia. Itu yang mas dengar saat kita berseteru, dari sana mas tidak lagi mau berkomunikasi dengan putri. Mas terlalu sakit mendengar kata kata yang dia ucapkan." Kata rizal kembali memeluk tubuh amel menenggelamkan wajahnya yang sangat menyedihkan itu.

"Aku kaget loh mas, nggak nyangka banget. Padahal kan kalian nikah karna suka sama suka, bukan paksaan dalam perjodohan." Kata amel mengusap rambut rizal, prihatin terhadap apa yang rizal alami.

"Mas" Panggil amel kembali karna tidak mendengar jawaban dari rizal.

"Hmm" Kata rizal masih betah dalam posisinya.

"Selama ada rakha mas nggak pernah dapat itu dong dari mba putri, mas nggak gituin aku karna masalah mas kan." Ucap amel entah mengapa ia berkata seperti itu, padahal pertanyaan itu tidak ada dipikirannya.

"Kenapa bisa mikir itu?" Tanya rizal bangun dari tidur dan pelukan ditubuh amel, rizal menindih amel namun ia kasih jarak.

"Mas waktu itu tidak ada niat sengaja, mas waktu itu lagi mabuk karna pusing mikirin tingkah putri semakin hari semakin tidak bisa dikendalikan. Tapi mas ada beruntungnya melakukan hal itu, apalagi kalo hadiahnya mas miliki kamu selamanya." Kata rizal dengan wajah reseknya, lihat alis nya pun di naik turun kan mendukung wajahnya tambah terlihat resek. Ingin rasanya amel menabok wajah sang suami, namun sayang wajah tampan nya jika di pukul, kenapa tidak ia cium saja.

"Ganteng ya suaminya?" Tanya rizal tambah menggoda amel.

"Iya ganteng banget, sayang harus dipamerin ke orang. Dikurung boleh nggak sih? Aduhh nggak kuat sama ketampanan suami ku ini." Kata amel meraba wajah rizal dan mengecup dagu rizal sekilas, tindakan amel membuat rizal mengeram dalam pertahanannya, ini salah nya.

"Bisa aja sih ngebuat suaminya horn*" Kata rizal mencium bibir amel, "masih ada waktu nggak, yang." Lanjut rizal.

"Ih" Kata amel memukul tangan berotot rizal, wajahnya memerah antara malu dan kesal.

"Lagi bentar acara anaknya mulai, nggak usah main main." Kata amel.

"Bentar aja mel, yuk kamar mandi." Kata rizal lagi dengan wajah reseknya.

Menjadi istri kedua (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang