10

1.4K 50 0
                                    

Suara handphone membuat amel terbangun dari tidur siangnya, ia menatap rakha yang masih tertidur nyenyak. Amel meraba kasur mengambil handphone nya, matanya menyipit melihat nama sang penelpon.

Melihat nama sang pemanggil amel langsung mengangkatnya, "Heh gw telpon lama amat lo jawabnya." Kata sang penelpon dengan nada galaknya.

"Baru bangun, nggak usah teriak anak aku lagi tidur." Kata amel dengan suara serak khas baru bangun tidur.

"Sorry gw kan nggak tau anak lo lagi tidur, btw gw mau berkunjung ke sana. Lo mau oleh oleh apa?" Kata anggun membuat amel sumringah, ia tidak akan menyia-nyiakan kesempatan ini.

"Mau roti bakar dong yang selai asem asem itu sama coklat, btw beliin lebih ya buat mertua aku juga. Sama nitip beliin aku belut tapi yang masih utuh, nggak terima yang udah di masak atau di marinasi maunya yang masih hidup." Kata amel menyampaikan permintaannya, bisa amel dengar diseberang sana bahwa anggun menghela nafas nya dengan keras, membuat amel tertawa kecil.

"Sedikit menyesal, tapi emang penyesalan itu selalu datang diakhir. Besok gw berangkat pagi, mungkin sampai sana siang jadi lo harus siapin gw makanan yang enak dan harus lo yang masak." Kata anggun ternyata ada udang dibalik bakwan yang sering amel buat untuk cemilan bersama anggun.

"Bilang aja kamu kangen masakan aku, segala nawarin oleh oleh." Bongkar amel membuat anggun tertawa dengan kencangnya di seberang sana, amel mendengus mendengar ketawa sang sahabat yang sangat tidak berakhlak.

"Udah dulu ya besok kita ketemu, gw mau cari pesanan lo dulu. Belut yang masih utuh masih hidup." Kata anggun, panggilan telpon terputus dengan dibarengi si gembul rakha terbangun.

Amel menaruh handphonenya kembali ketempat semula, amel menatap rakha yang juga menatapnya dengan wajah yang masih mengantuk. Tidak merengek rakha terdiam, mengumpulkan nyawanya mungkin.

"Bobo lagi yaa" Kata amel menepuk pantat rakha, mata itu kembali meredup dan terang dan meredup kembali begitupun selanjut sampai ke hitungan ke lima mata belo mungil itu akhirnya kembali tertutup dengan rapat tanpa ada celah sedikitpun.

"Ngurus anak memang lelah, namun lebih lelah lagi tanpa ada anak." Kata amel menatap rakha, mengusap rambut lebat rakha dengan penuh kasih sayang.

"Aka memang bukan anak kandung bunda, tapi bunda sudah menganggap aka seperti anak bunda sendiri. Jangan cepat besar bunda masih seneng liat aka masih bayi, masih senang ngurus aka, masih senang ngajarin aka banyak hal. Bunda sayang banget sama aka, semoga kelak jika bunda bukan lagi jodoh papa, aka tetap mau ketemu sama bunda." Kata amel mencium pipi rakha lama, setelahnya ia hanya memandang wajah imut rakha hingga sang anak kembali terbangun.

...__...

"Ibu..." Panggil amel menggendong rakha.

"Di dapur mel" Sahut ayu sedikit berteriak, amel langsung melangkahkan kakinya menuju dapur. Amel melihat ayu yang sedang berkutat dengan kompor dan panci dengan asap yang mengepul.

"Buat apa bu" Tanya amel mendudukkan dirinya di kursi plastik.

"Buatin bapak kolek pisang sama ubi" Sahut ayu mengecilkan kompornya.

"Owh, bu besok teman amel mau mampir sini. Amel lupa nanya bakal nginep atau ndak, tadi dia minta masakin buat makan siang di sini. Gapapa kan bu, dia kangen masakan amel katanya." Kata amel menjelaskan, membuat ayu tersenyum.

"Anggun?" Tanya ayu yang dibalas anggukkan.

"Gapapa dong, ibu nggak akan ngelarang. Nanti ibu bantu masak dan belanja nya, ini kenapa cucu oma diam aja." Kata ayu mengusap kepala rakha yang bersandar di dada amel.

Menjadi istri kedua (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang