Mungkin ini memang yang namanya perjalanan hidup ada kala nya bahagia ada kala nya kita sedih, tidak melulu tentang cinta dalam segala hal ke dua nya selalu ada. Seperti kopi dan gula, kedua nya dibutuhkan untuk saling melengkapi rasa.
Masalah demi masalah amel terima dan lewati dengan sabar dan penuh ke ikhlasan, menerima seorang anak, menerima takdir menjadi istri ke dua, menerima rasa sakit, dan juga menerima rasa bahagia. Kisah amel seperti istilah pahit di awal manis di akhir, masalah demi masalah selalu datang namun amel dan rizal selalu menyelesaikannya dengan kepala dingin, saling mengalah, mencari jalan keluar hingga semua nya berjalan dengan damai.
Pagi ini suasa sangat menyejukkan hawa dingin dari awan mendung, amel bangun dengan tidak ikhlas. Namun ia harus tetap bangun karna sang anak sudah merengek merasa bosan di dalam kamar.
Rizal sendiri masih dalam mimpi, tidak perduli akan rengekan sang anak yang sangat brutal, merengek dengan tangan tak henti memukul lengan dan badan amel juga rizal.
"Baru bangun udah bosan" Kata amel bangun dari tidur nya dan memangku rakha, tidak tahu saja anak nya sudah bangun dari tadi.
"Eh" Kaget amel saat tangan rakha menangkap dan meremas payudara amel.
"Nggak boleh loh" Kata amel kaget, nyawa nya belum sadar anaknya ini malah ngebuatnya shock.
"Pa yeh" Kata rakha menunjuk rizal yang masih tidur dengan tubuh telanjang dada.
Amel melotot mendengarnya, issh ini salah rizal yang tidak tahu sikon dalam melakukan suatu hal yang tidak boleh orang tahu dan orang lain liat.
Amel dengan segera turun dari ranjang, ia akan menitipkan rakha pada bapak mertua nya. Ia akan menyidang rizal terlebih dahulu.
Amel berjalan menuju dapur yang sudah terdapat ayu yang sedang memasak depan kompor dan wanto meminum kopi, amel menghampiri wanto dan langsung menyerahkan rakha yang diterima baik oleh sang mertua.
"Titip bentar pak, mau sidang anak bapak dulu ini." Kata amel tanpa menunggu jawaban wanto amel langsung melesat kembali ke kamar, ia sudah tidak sabar mengomeli rizal.
Amel menutup pintu dan bahkan menguncinya agar tidak diganggu oleh orang lain, ia harus puas mengomeli rizal supaya unek unek nya keluar dan dirinya merasa plong. Ada yang sama seperti amel?
"Mas bangun" Kata amel membangunkan rizal dengan tidak sabaran, memukul tangan berotot dan juga mencubit pinggang rizal dengan brutal.
"Au au, sakit yang. Bangunin suami itu harus pelan penuh kasih sayang." Kata rizal menatap amel memicing menyesuaikan cahaya lampu.
"Kali ini nggak bisa sabar, mas tau aku tadi shock mas sama tindakan rakha. Belum terkumpul nyawa ku udah di buat terkejut, bayangin lagi ngumpulin nyama anak nya malah pegang payudara aku dan meremasnya mas, meremasnya kaya mas tadi malam. Aku kan udah bilang jangan tapi mas tetap bebal, sekarang liat anak nya ngikutin." Kata amel dengan mengomel tangannya tidak henti meremas kaki rizal yang ada di hadapannya, sesekali tangannya mencubit kaki rizal dan yang paling parah di akhir kata amel mencabut bulu kaki nya.
Rizal menahan nafas untuk tidak menjerit kesakitan, ia dengan wajah lesu nya menatap amel. Tidak bisa kah istri nya itu berbicara tanpa melukai dirinya? Tidak bisakah seorang wanita kalau berbicara tangannya tidak ikut memukul? Rizal dengan sabar jika ada disamping istri nya jika sedang tertawa maupun mengomel.
Dengan wajah tidak berdosanya amel nyengir dan melihatkan tangannya yang memegang bulu kaki rizal dengan jari jempol dan telunjuknya menyatu, jika dilihat terdapat 4 bulu kaki rizal yang tercabut, kebayang kan gimana sakitnya.
"Sakit loh itu" Kata rizal dengan wajah lesu nya.
"Lebih sakit mana kalo di cabut bulu kaki nya apa bulu itu nya hah? Kamu pernah ya mencabut bulu itu aku, kata kamu nggak sengaja." Kata amel membela dirinya, ingat perempuan itu tidak mau salah apalagi mengalah.
"Ya, memang nggak sengaja. Mana tau ikut ketarik waktu aku mau lepas celana dalam kamu." Kata rizal ikut membela diri, moto nya jika sedang berhadapan dengan amel, ikut membela diri walaupun ujung ujungnya diri nya kalah.
"Emang nggak bisa pelan pelan? Aku kalo minta sesuatu selalu sabar."
"Mana bisa kalo udah liat kamu cuma pake daleman doang, nggak ada yang sabar yang. Harus gercep sebelum amel rubah pikiran, nggak etis banget di kasih tapi lama dikit langsung nggak jadi padahal tinggal buk celana doang." Kata rizal mengingat suatu dulu ketika amel sudah memberikan izin namun karna lama amel merasa bosan jadi nya tidak jadi dan berakhir rizal solo player di dalam kamar mandi.
"Ih kenapa jadi nya ke sana sih? Aku kan mau ngomelin mas loh, bukan mau membahas masalah dulu." Kata amel baru sadar akan arah bicara mereka berdua.
"Dari pada ngomel dan ngebahas masalah laa lebih baik kamu temenin mas mandi, sekalian nyobain main di kamar mandi. Mas nggak terima penolakan." Kata rizal menggendong amel menuju kamar mandi, tanpa penolakan sedikitpun amel pasrah diam dalam gendongan rizal yang membawanya ke kamar mandi.
Gimana ya itu juga suatu hal yang amel sukai, jadi tidak sanggup untuk menolaknya.
Tamat....
KAMU SEDANG MEMBACA
Menjadi istri kedua (END)
Short Storymenceritakan kisah tentang perjalanan amel menjadi istri kedua dan ibu sambung buat anak imut, gemoy, gembrot bernama rakha.