Happy reading
35.4 tahun kemudian
~~~
November Indonesia
Tampak di sebuah komplek perumahan tepatnya di blok B rumah nomor 6 di depan gerbang tampak ada dua orang bocah yang tengah berdebat entah merebuatkan apa seorang gadis dengan sepedahnya yang berwarna ungun dan seorang bocah lelaki yang berdiri dengan cuek di depan gerbang rumahnya
"Bangcat bapa elo ya yang tilu tilu dady gue"
Pekik seorang gadis manis ia turun dari sepedah roda empatnya tampak sangat lucu menggunakan baju kaos dan juga celana pendek yang berwarna senada dengan sepedah, helem sepedah yang melekat pada kepalanya dan pengaman di lutut dan juga sikutnya
Wajahnya yang bulat itu tampak sangat manis di kelilingi oleh tali helem yang menjaga kepalanya bocah lelaki itu melipat tanganya di depan dadanya "Bapak siapa aku ga punya bapak punyanya ayah" kata bocah itu dengan nada cuek dan tenang ia ta peduli dengan apa yang gadis itu lakukan
Pintu gerbang di belakang bocah lelaki itu terbuka tampak seorang pria dewasa yang melihat kearah gadis manis itu dan pada putra mereka "Siang adek cantik" kata arga ia menunduk menyamakan tingginya dengan gadis kecil yang usianya kisaran 3 tahun 7 bulan itu
Gadis itu menatap sinis kearah arga yang menyapanya menggungu saja ia akan hendak perang sekarang "Awac om awac uwi au cemekdon ocah plik itu" kata gadis manis itu sambil menunjuk kearah bocah lelaki di hadapanya yang merupakan putra pria itu
Gadis manis itu dengan lagak soknya seolah ia yang paling kuat mengulung baju lengan pendeknya semakin keatas seolah mengajak bocah lelaki itu untuk adu kekuatan "Acu cini aju elo, gue cemekdon elo!" kata gadis itu sangat dengan wajah garangnya
Tangan arga terulur mengusak rambut gadis manis itu ia berlutut di antara kedua bocah itu menyamakan tingginya "Dewikan cantik perempuan harus anggun masa mau apa tadi, demekdom ya?" kata arga ia berpura-pura tidak tau padahal jelas saja ia lebih tau dari gadis cilik itu
Gadis cikil itu berdecak pinggang menatap kearah arga dengan penuh kekesalan yang sangat membara "Kok demekdom cih om halusna cemekdon" kata gadis itu seolah ia lah yang paling benar dan tak ada yang lebih benar lagi darinya tapi
Bocah lelaki itu berdecak kecil saat melihat gadis itu berlagak sok paling benar "Smackdown kali" gumam bocah lelaki itu tanganya masih terlipat dengan rapih tubuhnya sekarang bersender pada tembok yang menjadi tiang penyangga pager
Gadis itu menatap tajam kearah bocah lelaki itu seolah tatapannya bisa membunuh detik itu juga padahal terlihat sangatlah menggemaskan "Cok plintel anet ci elo, tapi di tabok uwi aja nangis kejel, dasal mental keltas" kata gadis itu ia bersiap melemparkan pukulannya
Arga yang melihat itu sekalin memajukan tubuhnya ia ta ingain melihat putranya di aniyaya oleh gadis cilik nan imut itu "Ta apa tidak sakit kok" kata arga sata mendengar kekehan putranya dan juga seorang wanita yang ternayat mengikutinya siapa lagi jika bukan calya wanitanya
Gadis cilik itu semakin menatap penuh amarah dan juga kekesalan yang sangat membara karna pria itu menggagalkan rencanaya "Om kok melindungi ocah plik itu cih cook itu halus belani lawan cini aju" kata gadis cilik itu tampak amarahnya semakin meluap-luap
Arga menunjukan senyumnya yang tampak sangat indah setelah memiliki putra ia selalu berusaha mengontrol emosinya "Anak perempuan tidak boleh kasar harus sopan dan anggun" kata arga menasehati dengan seulas senyumnya yang masih tampak terlihat indah itu
Wajahnya tampak masih sangat lah tampan penuh wibawa tak termakan oleh usianya yang hampir 42 gadis cilik itu sedikit melembut dan berkata "Tapi uwi iat aktu itu om di pukul ate cekci kenapa uwi nda boyeh uwian ceek" kata gadis cilik itu ia bahkan masih belum bisa berucap dengan baik
KAMU SEDANG MEMBACA
My Twilight
General Fiction"ga papa lo selingkuh gue juga bakal selingkuh" katanya ia memunguti baju yang berceceran di lantai membuka jendela kamar itu melempar seluruh baju dan juga sepatu ia ta menyisakan apa pun di sana "Sama siapa gue tau ga ada yang mau sama lo selain g...