Epilog

1K 73 22
                                    

Finally!!! Udah akhirnya udah epilog aja. Aku berharap di bab terakhir ini kalian komen banyak-banyak yaww

Heppy Reading guys

*
*
*
*

Suara sorak sorai yang berisi kekaguman dan apresiasi penuh hormat terdengar kencang begitu Axel telah menutup pidato singkatnya. Pidato itu diakhiri dengan sebuah pengumuman tentang proyek pembangunan Tranquil Resort, yang merupakan salah satu pencapaian ambisi Axel yang akan segera terwujud. Mata Nesha tak bisa dipungkiri ikut berbinar. Dia mengakui bahwa suaminya itu memang bersinar, disegani, dan diperhitungkan posisinya dalam dunia bisnis.

"Kamu menginginkan sesuatu?" tanya Axel dengan nada perhatian, begitu melihat Nesha tidak ikut makan.

Nesha menggelengkan kepalanya kecil. Sesi jamuan makan malam adalah puncak dari acara mewah yang Axel sebut sederhana tersebut. Namun, sedari tadi Nesha samasekali tidak menyentuh hidangan mewah yang tersaji di mejanya, dia hanya memakan cake coklat saja, karena selain ia masih merasa kenyang, sejujurnya kaki Nesha dibawah meja bergetar hebat. Tiba-tiba rasa gugup dan takut merayap begitu liar dalam dirinya.

Tangannya perlahan membuka ponselnya untuk yang kesekian kali, hanya untuk melihat jam yang terus bergulir, sementara degup jantungnya semakin menggila. Sisa lima menit. Matanya bergerak liar, memindai seisi ruangan besar dan luas tersebut, memperkirakan kebisingan yang akan terjadi dalam beberapa menit kemudian.

Nesha menarik napas dalam-dalam, berusaha menenangkan diri. Dia tidak boleh panik. Rencana ini harus berjalan lancar, tidak boleh ada yang salah. Dengan tangan yang sedikit gemetar, Nesha kembali menutup ponselnya, mencoba fokus pada acara yang sedang berlangsung.

"Are you okay?" tanya Axel saat merasakan ketidak nyamanan wanita disampingnya.

Nesha tersenyum tipis, ia paksakan walaupun bibirnya mendadak kaku. Nesha meyakinkan diri bahwa semuanya akan baik-baik saja, rencananya akan berjalan lancar. Nesha harus menjalankan rencana yang telah disusunnya dengan matang.

Tujuh menit berlalu, tiba-tiba saja dari pintu masuk, para awak media pencari berita berteriak-teriak, menyebut nama Axel dan meminta pria itu untuk keluar. Ricuh sekali. Para wartawan yang dihadang oleh para penjaga keamanan tak gentar, seolah-olah mereka menginginkan sebuah mangsa berharga. Keributan ini membuat tamu undangan tak lagi khidmat menikmati hidangan yang disajikan.

Axel berdiri dari duduknya, raut wajahnya penuh tanya. Nesha mendongakkan kepalanya, menatap ekspresi suaminya dengan datar. Bom telah dijatuhkan. Lalu, menyusul Christian yang datang ke meja mereka dengan raut wajah panik. Pria itu membisikkan sesuatu pada bosnya, lalu memperlihatkan layar ponsel miliknya di hadapan Axel. Seketika, Axel menggeram marah, rahangnya mengeras dengan tatapan tajam yang berbahaya. Bersamaan dengan itu, bisik-bisik dari meja tamu di sekitar mereka mulai terdengar, para tamu yang awalnya tampil begitu elegan, berubah tak jauh beda seperti ibu-ibu di pasar biang gosip.

Suasana di ruangan itu berubah menjadi semakin tegang. Axel tampak geram, sementara Nesha menundukkan kepalanya, berusaha menyembunyikan ekspresi wajahnya. Perlahan, Axel berjalan menuju pintu, diikuti oleh Christian. Nesha dapat melihat kemarahan terpancar jelas dari raut wajah suaminya.

"Apakah rumor yang beredar adalah benar, Mr. Leonard?" tanya salah seorang wartawan dengan nada menyelidik.

"Apa alasan anda berselingkuh dibelakang Nesha Viersa?" timpal wartawan lain.

"Apakah istri anda sudah tahu bahwa anda berselingkuh dibelakangnya? Maka dari itu, istri anda datang kesini sendirian?" seorang wartawan lagi mencoba mengorek informasi.

Hourglass Of Love Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang