BAB 49 // That's Mrs. Leonard

539 80 42
                                    

Sudah lima menit Nesha memandang lurus pintu apartemen di depannya. Dadanya berdebar, sementara tiba-tiba perasaannya terserang gugup. Namun Nesha juga tidak bisa mundur untuk meninggalkan apartemen Liam atau semua masalah keluarganya tidak akan segera terselesaikan.

Kemarin, sesampainya di Jakarta, Nesha langsung menemui maminya. Dia dan Mesha sudah pernah mendengar cerita dari sudut pandang Diana, dan Nesha juga turut memaparkan cerita ayah kandungnya yang ia dengar langsung dari Sean. Kini, Nesha memutuskan untuk bertemu langsung dengan Om Sean dan Tante Novia. Ia ingin menegaskan pada mereka agar tidak mengusik keluarganya lagi. Biarlah, seperti sebelum rahasia ini terbuka, lebih baik mereka fokus saja pada keluarga masing-masing. Nesha sadar bahwa masa lalu tidak bisa diubah.

Dengan mantap, Nesha menarik napas dalam-dalam dan akhirnya memencet bel yang tersedia. Beberapa saat kemudian, pintu tinggi tersebut terbuka.

"Oh, hai babe," sapa Liam yang awalnya terkejut mendapati Nesha.

Tanpa bisa dicegah, mereka saling menatap lurus. Mereka seakan berbagi beban masing-masing atas dampak dari rahasia besar yang baru-baru ini meledak, dan ini adalah pertemuan pertama mereka sejak pengungkapan itu.

Suasana terasa canggung.

"Liam-" Nesha memulai, namun Liam memotongnya.

"Maaf, bukankah seharusnya gue manggil lo dengan sebutan kakak? Kak Nesha?" ungkap Liam dengan nada yang terdengar aneh, bahkan untuk indra pendengarannya sendiri.

Situasi ini tentu saja membawa ketegangan dan kecanggungan di antara mereka. Nesha menarik napas panjang, berusaha mencari kata-kata yang tepat. "Liam, gue tahu ini pasti sulit untuk lo, juga gue. Gue kesini agar kita bisa bicara dengan tenang dan mencoba memahami satu sama lain. Bisa gue masuk?"

Liam mengangguk pelan, lalu mempersilakan Nesha masuk. Dengan langkah hati-hati, Nesha melangkah memasuki penthouse mewah Liam. Suasana di dalam terasa begitu tenang, elegan, dan dingin sesuai dengan kepribadian pemiliknya.

Liam membimbing Nesha menuju ruang tamu yang luas. "Bisa tolong lo panggil orang tua lo untuk menemui gue?" pinta Nesha dengan nada serius.

Liam tidak langsung menjawab, hingga pasti pria itu mengangguk. Mereka berdua tahu bahwa pembicaraan kali ini akan menjadi salah satu yang paling sulit dan mungkin juga melibatkan emosional yang mendalam. Nesha mengedarkan pandangannya menatap pemandangan kota dibawah sana. Sampai seorang pelayan dengan cekatan menyajikan minuman berwarna merah yang Nesha tebak adalah jus strawberry. Nesha lalu sedikit meminumnya untuk membasahi tenggorokannya. Namun, selama sepuluh menit berlalu, orang tua Liam belum juga muncul.

"Jadi, apa yang membuat Nyonya muda Leonard mengunjungi kediaman kami?" tanya Novia tanpa basa-basi.

Nesha mendongakkan kepalanya, tak gentar untuk membalas tatapan intimidasi Tante Novia. Dia juga bisa merasakan kekakuan pada anggota keluarga kecil tersebut.

"Apakah aku tanpa sengaja telah menghancurkan family time kalian?" Nesha balik bertanya sambil mengubah kakinya yang kemudian dia silangkan dengannya anggun.

"Bisa kalian tinggalkan kami sendiri? Kami wanita biasanya akan berbicara dari hati ke hati, benar begitu Nyonya muda Leonard?" Novia berkata dengan nada memerintah.

Brengsek. Batin Nesha merutuk berkali-kali. Dia tahu bahwa Tante Novia mencoba mengambil kendali atas situasi.

"Novia, kita semua berhak untuk membicarakan ini bersama-sama," ucap Sean cepat. Tak dapat dicegah, bahwa Sean yang sudah lama hidup berdampingan dengan Novia mengenal cukup baik peringai sadis wanita itu. Sean tak ingin terjadi hal tidak baik kepada Nesha.

Hourglass Of Love Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang