BAB 25 // Manipulative

955 80 14
                                    

Jangan malas vote dan komen yaa!! Setelah kalian mendapatkan hiburan jangan lupa say thank you sama author. Caranya kalian cukup vote dan komen aja. Karena kalau kalian malas kasih feedback aku juga ngerasa gak dihargai.

***

Terhitung sudah dua minggu sejak kepulangan Axel dan Nesha dari luar negri. Hubungan keduanya saat ini menjadi lebih dekat dan akrab—walaupun tidak sepenuhnya normal seperti pasangan suami istri semestinya. Mereka sering makan bersama jika sama-sama di rumah atau sekedar Nesha yang diantarkan Axel ke gedung agensi.

Axel tidak menolak ataupun membiarkan dirinya terlalu responsif terhadap apapun yang Nesha lakukan. Axel masih berusaha mencari tahu apa yang sedang direncanakan Nesha dengan sikapnya yang sekarang, karena Axel yakin pasti ada maksud tertentu didalamnya.

"Mohon maaf mengganggu anda, Tuan. Diluar ada seseorang yang ingin bertemu dengan anda. Dia bernama Dion dan mengatakan bahwa apa yang ia sampaikan menyangkut tentang Nona Nesha."

Axel kira Christian datang untuk membahas tentang meeting yang akan berlangsung sebentar lagi. Axel mengetukkan telunjuknya diatas meja, berpikir hal apa yang ingin disampaikan laki-laki bernama Dion itu. Kalau tidak keliru, nama itu adalah sosok yang terlibat skandal bersama Nesha dan menjadi salah satu penyebab pernikahannya dan Nesha terjadi.

Mungkinkah ini berhubungan dengan perubahan sikap Nesha akhir-akhir ini?

"Berapa waktu yang tersisa hingga meeting kita dilakukan?"

"Masih tiga puluh menit lagi, Tuan," jelas Christian cepat.

"Apakah berkas-berkas dan yang lainnya sudah siap?" tanya Axel memastikan.

"Sudah semua, Tuan," jawab Cristian.

Axel menganggukkan kepalanya, kemudian ia bangkit dari duduknya—berjalan keluar dari ruangannya. Axel merasa dirinya perlu untuk bertemu dengan Dion.

Elevator berdenting—berhenti di lantai loby perusahaannya. Ternyata Dion masih betah menunggunya dengan duduk di sebuah sofa. Axel membuang nafasnya. Apapun yang akan laki-laki itu katakan, Axel bersumpah tidak akan ada kekalahan baginya.

"Ternyata kamu cukup bersabar menungguku," ucap Axel begitu sampai dihadapan Dion.

Dion menatap laki-laki dihadapannya—tatapannya terlihat gelisah. Dion merasa harus semakin berhati-hati mengingat sosok didepannya bukanlah orang sembarangan. Dion yakin, orang seperti Axelion Abivandya bisa menghancurkannya dengan mudah jika ia melakukan kesalahan.

"Tidak masalah, Tuan Abivandya," balas Dion setelah membuka masker dan topinya.

"Apakah yang akan kamu sampaikan adalah hal penting? Jika tidak, kamu telah membuat saya rugi."

Dion tersenyum kecil mendengar perkataan dengan nada angkuh tersebut. "Bisakah kita bicara di cafe depan?" tanyanya setelah melihat sekelilingnya yang banyak karyawan berlalu lalang.

Axel mengangguk, kemudian berjalan lebih dulu dan membiarkan Dion mengikutinya dibelakang. Sesampainya di cafe yang tepat berada di sebrang perusahaannya, Axel memutuskan untuk mereservasi private room.

Axel duduk di salah satu kursi dari empat yang tersedia, kemudian melihat jam tangannya. "Waktu saya hanya ada lima belas menit, jadi langsung to the points saja. Apa yang ingin kamu sampaikan?"

Dion tersenyum sebelum mengeluarkan ponselnya. Dion memutarkan sebuah video untuk Axel lihat. Akhirnya, mau tidak mau Axel melihat video tersebut yang beberapa kali ia sengaja percepat untuk menghemat waktu.

Hourglass Of Love Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang